Astra

William Soeryadjaya (Tjia Kian Lion)
lahir 22 Desember 1922 di Majalengka
meninggal 2 April 2010

Edward Soeryadjaya

Edwin Soeryadjaya

Judith Soeryadjaya

FAMILI
Anak - Menantu
*Edward Seky Soeryadjaya (Tjia Han Sek), lahir 21 Mei 1948 - BRA Atilah Rapatriati
*Edwin Soeryadjaya (Tjia Han Pun), lahir 17 Juli 1949 - Julie Hendharto
*Joyce Soeryadjaya (Tjia May Ling), lahir 14 Agustus 1950 - Bradley F. Kerr
*Judith Soeryadjaya (Tjia May Lan), lahir 14 Februari 1952

Cucu - Menantu
*Aditya W. Seky Soeryadjaya - Kristin Lee Sugihara
*Adimas Seky Soeryadjaya
*Layana Hermes Cavallius - Andreas Cavallius
*Larisa Putri Isara
*Augusta George L S. Soeryadjaya
*Latisha Putri Ravania Soeryadjaya
*Michael William Soeryadjaya
*Marissa Lily Soeryadjaya
*Michele Julianne Soeryadjaya
*Matthew George S. Kerr
*Angelica Nathania Tan - Roberto P. Lumban Gaol
*William Shane Tan - Fanny Maeloa

Buyut
*Angelina MRS Lumban Gaol
*Aldrich J. Lumban Gaol
*William Nathanael S. Tan

USAHA
-Otomotif
*PT Toyota Astra Motor sebagai ATPM Toyota dan Lexus di Indonesia
*Auto 2000 sebagai salah satu Dealer Utama Toyota di Indonesia
*PT Astra Daihatsu Motor sebagai ATPM Daihatsu di Indonesia
*PT Pantja Motor sebagai ATPM Isuzu di Indonesia
*PT Astra Nissan Diesel Indonesia sebagai ATPM Truk Nissan Diesel di Indonesia
*PT Tjahja Sakti Motor sebagai ATPM BMW dan Peugeot di Indonesia
*PT Serasi Autoraya atau biasa dikenal dengan TRAC
*Mobil 88
*PT Astra Honda Motor sebagai ATPM motor bermerk Honda
*PT Astra Otoparts Tbk sebagai supplier suku cadang

-Pelayanan Finansial
*PT Astra Sedaya (mobil)
*PT Toyota Astra Financial Services (mobil)
*PT Federal International Finance atau biasa dikenal dengan FIF (motor)
*PT Komatsu Astra Finance (peralatan berat)
*PT Surya Artha Nusantara Finance (peralatan berat)
*PT Asuransi Astra Buana dengan salah satu produk terkenalnya adalah Garda Oto (asuransi umum)
*PT Bank Permata Tbk

-Alat Berat
*PT United Tractors Tbk sebagai ATPM Scania di indonesia (mesin konstruksi)
*PT Traktor Nusantara (mesin konstruksi)
*PT Pamapersada Nusantara (kontraktor tambang)
*PT Dasa Eka Jasatama (tambang)
*PT Tuah Turangga Agung (tambang)

-Agro Industri
*PT Astra Agro Lestari Tbk

-Teknologi Informasi
*PT Astragraphia Tbk
*PT SCS Astragraphia Technologies

-Infrastruktur
*PT Astratel Nusantara (infrastruktur umum)
*PT Intertel Nusaperdana (infrastruktur umum)
*PT Serasi Autoraya (logistik)

GOSIPNYA
William adalah anak kedua dari 5 bersaudara dan telah menjadi yatim piatu pada umur 12 tahun. Ketika berusia 19 tahun, ia berhenti bersekolah di Meer Ultgebreid Lager Onderwijs (MULO), Cirebon. Saat itu terjadi kelangkaan kertas dan ia pun mengangkut kertas ke Cirebon selama beberapa bulan.  Hasil warisan dari orangtua ia pakai untuk berdagang benang tenun di Majalaya. Tidak lama kemudian ia beralih menjadi pedagang hasil bumi.

Ia berpacaran dengan Lily Anwar - seorang anggota Palang Merah Cina - dan menikahinya pada 15 Januari 1947 tanpa pesta di kantor catatan sipil Bandung dengan naik becak. Tidak lama setelah menikah, tabungan hasil berdagang ia pakai untuk kuliah di Middlebare Vakschool V/d Leder & Schoen Industrie Waalwijk yang mengajarkan ilmu penyamakan kulit. Lalu istrinya menyusul ke Belanda dan melahirkan putra pertama mereka di Amsterdam. GOSIPNYA mereka mendapat uang dengan cara berjualan kacang dan rokok yang dikirimkan lewat paket dari Bandung.

Tahun 1949 ia kembali ke Indonesia dan mendirikan pabrik kulit. Dua tahun kemudian (GOSIP lain bilang 3 tahun) ia mendirikan CV Sanggabuana yang bergerak di bidang ekspor-impor. Ia ditipu rekannya dan rugi jutaan Deutsche Mark. Pada 20 Februari 1957 ia bersama adiknya Benjamin Soeryadjaya (Tjia Kian Tie), dan Lim Peng Hong mendirikan Astra International Incorporated yang memasarkan minuman ringan merek Prem Club dan mengekspor hasil bumi. Astra juga memasok baja untuk proyek Jatiluhur.

Sebuah kesalahan pencatatan kredit ekspor membuat Astra berkecimpung di bisnis otomotif. Pada tahun 1967 Astra mendapat tender pengadaan generator listrik buatan General Motors untuk PLN. Tapi terjadi kesalahan pencatatan sehingga proyek itu malah dipegang oleh Garuda Diesel. Astra yang telah membayar pada General Motors meminta ganti 800 truk Chevrolet karena mengetahui bahwa pada era Orde Baru itu pemerintah sedang berorientasi pada pembangunan. Bersamaan dengan kenaikan kurs Dolar AS dari Rp. 141 menjadi Rp. 378 membuat Astra meraup untung sekitar 400.000 Dolar AS.

William gagal mendapat izin dari General Motors untuk mendatangkan mobil Chevrolet dan juga dari Nissan karena ia tidak memiliki latar belakang dalam bisnis mobil. Tapi lalu keluar peraturan impor mobil dengan sistem Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) yang bertujuan agar pembelian mobil secara lengkap bisa dikurangi dengan perakitan lokal. William lalu membeli pabrik perakitan Gaya Motor milik General Motors. Rekomendasi dari pemerintah membuat Astra menjadi agen penjualan mobil-mobil Toyota. Setelahnya Astra mendapat kontrak ATPM merek mobil lain. Sejak itu Astra menjadi partner pemerintah untuk merek-merek seperti Komatsu, Forklifts, Timberjack, Westinghouse, Daihatsu, Honda, dan mesin fotokopi Xerox.

Saat itu terjadi kesenjangan sosial yang cukup besar dan William menyadari hal ini (GOSIPNYA dengan memakai uang pribadi karena ditolak direksi Astra, William mendirikan Multi Agro para Juli 1973). Ia mengenalkan Perkebunan Inti Rakyat (PIR) yang membuat rakyat dapat mengelola jutaan hektar perkebunan karet yang lalu membuat William menjadi pemasok karet bagi pabrik ban Goodyear.

Saat Perdana Menteri Jepang, Tanaka Kakuei, sedang berkunjung ke Jakarta pada 15 Januari 1974 mahasiswa berdemo menolak masuknya modal asing dan berujung kerusuhan. Peristiwa itu kini dikenang sebagai Malari (Malapetaka 15 Januari). Salah satu gedung Astra dibakar massa karena Toyota dianggap sebagai penjajahan Jepang model baru.

Pada 9 Juni 1977 PT Toyota Astra Motor (TAM) meluncurkan mobil legendaris Toyota Kijang yang terjual 200 unit per bulan. Tahun 2004 Kijang terjual 8.000 unit per bulan dan pada tahun yang sama produk baru bernama Avanza meneruskan kesuksesan Kijang (yang kini lebih dikenal dengan Innova) dengan penjualan 15.000 unit per bulan pada tahun 2011.

Pada tahun 1984 omzet Astra telah mencapai 1,5 milyar Dolar AS. Pada tahun itu Astra mulai memasuki sektor agrobisnis dengan membuka pertanian kelapa dan ubi seluas 15.000 hektar di Lampung. Pada tahun itu juga ia membeli Bank Summa Handelsbank yang pengelolaannya ia serahkan pada anak tertuanya, Edward, sarjana ekonomi lulusan Jerman Barat. William dan Edward memiliki masing-masing 30% saham Bank Summa.

Edward rupanya terlalu banyak memberi kredit yang disusul maraknya insider lending sehingga Bank Summa memiliki hutang 1,7 trilyun Rupiah dan terancam dipenjara. Berita-berita buruk di koran membuat semua nasabah menarik dananya. Bantuan modal dari Astra tidak dapat menyelamatkan bank tersebut dan membuatnya dilikuidasi oleh Bank Indonesia pada 14 Desember 1992.

Putera Sampoerna, Bob Hasan, Prajogo Pangestu, Sudono Salim menawarkan bantuan pinjaman dana dengan syarat ditukar dengan kepemilikan Astra. Jalan alternatif dengan mencari investor yang mau membeli 100 juta lembar saham Astra tanpa menggusur kepemilikan Astra tidak berhasil. William pun mengambil keputusan melepas kepemilikan Astra pada 4 konglomerat tersebut.

Setelah ditinggal William, Astra bangkrut pada tahun 1997. Hanya dalam setahun, direktur keuangan Astra, Rini Soewandi, membuat Astra yang saat itu rugi Rp. 7,36 trilyun menjadi untung Rp. 800 milyar dan memperpanjang jangka waktu pembayaran hutang perusahaan yang mencapai 1 milyar Dolar AS.

Rini Soewandi

Tahun 2000 William membeli Van Der Horst milik Bambang Trihatmodjo dan Johannes Kotjo dan diubah menjadi PT Siwani Makmur. Dana untuk membeli Van Der Horst berasal dari sisa kepemilikan anak usaha Astra yang tak tersentuh peristiwa akuisisi oleh 4 konglomerat The Big Five (GOSIPNYA sebelum bank Summa dilikuidasi, William memiliki 413 PT termasuk 91 perusahaan di bawah Astra International dan setelah melepas Astra, William masih memiliki omzet Rp. 6,7 trilyun dari 322 perusahaan yang tersisa).

Tahun 2013 Edwin Soeryadjaya berada di peringkat 24 orang terkaya di Indonesia versi majalah Forbes dengan kekayaan 1,2 milyar Dolar AS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.