Elisabeth Halim dan Handoko Subali
GOSIP TAS ELIZABETH
Handoko Subali lahir lahir 27 Juli 1928 di Purwakarta. Mulanya Handoko Subali adalah seorang buruh di pabrik tas. Mereka memulai usaha dengan pinjaman uang senilai 5 kg korek api. Bersama istrinya, Elizabeth Halim, mereka mencoba membuat sendiri tas di rumahnya di Kebon Tangkil, Gardujati, Bandung dan memasarkannya dengan berkeliling kota memakai sepeda kumbang. Sejak kecil, Elizabeth suka menjahit baju. Ia berpikir membuat tas tidak beda jauh dengan menjahit baju. Jadi, ia tidak kesulitan memulai usaha tas.
Tas-tas mereka diproduksi tanpa merek dan dijual pada berbagai toko di Bandung. Pada 2 September 1961 mereka mulai mempekerjakan seorang pegawai untuk memproduksi tas. Tahun 1963, pesanan tas sekitar dua lusin sehari dan dikerjakan tiga orang. Akhir tahun 1963, produksi rata-rata enam lusin sehari dengan delapan tenaga kerja. Tahun 1965, pasangan ini pindah ke rumah milik sendiri di Kalipah Apo. Saat itu, jumlah karyawan 15 orang dan mereka diperlakukan sebagai anak asuh. Setiap anak asuh diberikan satu mesin jahit, bahan baku, dan aksesorinya. Satu anak asuh rata-rata bisa menghidupkan lima orang karena mereka dibantu istri, anak, saudara. Setelah selesai membuat tas, mereka mendapat upah. Tiga-empat hari kemudian, mereka mengambil lagi bahan mentah. Tas-tas tersebut belum diberi merek.
Pada 1 Januari 1968 merek Elizabeth mulai dipakai. Merek Elizabeth pun dipatenkan, bukan hanya pada tas bermerek Elizabeth, melainkan juga pada nama toko yang beroperasi tahun 1974. Salah satu rahasia sukses tas Elizabeth adalah penggunaan bahan tas yang tidak ada di pasaran Indonesia sehingga perusahaan lain sulit meniru. Sejak tahun 1972, Handoko dan Elizabeth ke Hongkong dan Singapura untuk mengikuti tren tas terkini. Kini, aktivitas ini dilanjutkan putri mereka, Lisa Subali. Tahun 1972, keluarga Handoko pindah ke Jalan Otista. Produksi di Otista sebanyak 60 lusin per hari dikerjakan sekitar 100 anak asuh.
Untuk memperluas pemasaran, tahun 1982 mereka membangun gerai berlantai tiga di Jalan Otista. Tahun 1985, Handoko dan Elizabeth membeli tanah di Leuwigajah di kawasan industri Cimahi-Cimindi. Dua tahun kemudian, pabrik beroperasi. Mereka ingin memiliki satu tempat di mana semuanya dikerjakan dengan pengawasan yang baik. Jumlah karyawan saat itu 150 orang. Sistem anak asuh bertahap dikurangi. Sejak tahun 1980-an, banyak pembeli, termasuk duta besar dan diplomat, datang ke Bandung. Salah satunya mengunjungi ruang pamer toko tas Elizabeth di Jalan Otista. Harga tas ditawar dengan harga grosir.
Pada 2 Maret 1997, dibuka toko baru berlantai lima dengan luas tanah 1.000 meter persegi di Jl. Ibu Inggit Garnarsih 15. Pada 4 Desember 1997, Handoko menerima penghargaan Upakarti atas jasanya membuka banyak lapangan pekerjaan.
Tahun 1998, saat krisis ekonomi, usaha tas Elizabeth tidak terkena dampak serius karena mereka tidak meminjam uang ke bank karena sesungguhnya Handoko tak berambisi besar. Mereka berdagang tidak melebihi jumlah uang yang dimiliki. Mereka hanya punya utang dagang ke pemasok yang dibayar sebulan sampai dua bulan sekali. Karena tertib membayar, Handoko dan Elizabeth selalu menjadi pengusaha pertama yang ditawari bahan baku yang bagus.
Elizabeth Halim mengungkapkan, salah satu kunci sukses usaha tas Elizabeth adalah tepat waktu bayar. Hal itu dilakukan mereka sejak tahun 1963. Kunci sukses lain adalah sejak awal Elizabeth memproduksi tas dengan harga terjangkau. Karena itu, ia tidak mau menggunakan kulit asli, tetapi menggunakan kulit imitasi. Meski imitasi, tas ini tetap mempertahankan kualitas dan selalu mengikuti tren terkini. Keluarga Subali tidak hanya fokus pada produksi tas perempuan, tetapi juga tas kosmetik, tas perjalanan, tas kerja, dompet, dan ransel.
Lebih dari 60 persen produk adalah tas perempuan multifungsi, bisa digunakan ke kantor sekaligus untuk jalan-jalan. Tas Elizabeth juga membuat produk terbatas, eksklusif, unik, dan trendi. Lisa tidak khawatir apabila desain tas dicontek. ”Desain itu universal. Dipatenkan pun tidak bisa,” katanya. Bagaimana jika tenaga kerja dibajak? ”Sudah banyak tenaga kerja Elizabeth dibajak, tetapi kami tidak pernah khawatir. Malah kami bangga dapat mencetak banyak bibit dan senang mereka, yang pernah bekerja di tas Elizabeth, maju,” kata Lisa. Saat ini, jumlah karyawan di pabrik 800 orang. Bagaimana sampai bisa bertahan hingga setengah abad? ”Yang harus selalu dipertahankan adalah semangat untuk terus berkarya dan berusaha,” kata Handoko. Elizabeth Halim berkeyakinan, ”Tak ada yang tidak bisa dikerjakan.” Pedoman inilah yang membuat tas Elizabeth terus berkembang.
Handoko mengakui sudah puas dengan apa yang dicapai perusahaan yang didirikannya 50 tahun silam. Ia menyerahkannya kepada anak-anak dan cucu-cucu untuk mengembangkan usaha. Yang penting mereka sudah dibekali pendidikan maksimal. ”Empat anak yang meneruskan usaha selalu kompak. Perusahaan akan tetap besar bila mereka tetap bersatu, akur satu dengan yang lain,” kata Handoko. Apa kegiatan Handoko yang tetap sehat dan bugar di usia senja? ”Saya menikmati masa tua. Pagi-pagi saya joging berkeliling Lapangan Tegallega lima kali. ”Aktivitas sehari-hari, membaca koran, tetap latihan menulis huruf kanji, dan masih suka membuat sajak filosofi,” kata Handoko.
Handoko pernah menjabat Presiden Komunitas Marga Lie sedunia, juga sewilayah Kota Bandung, dan Chairman Yayasan Sosial Dana Priangan selama tiga periode. Elizabeth Halim pernah terpilih sebagai salah satu Kartini Indonesia tahun 1995 bersama 20 perempuan Indonesia lainnya.
Perusahaan yang kini menjadi PT Indo Elizabeth Permai itu memiliki motto: Tas berkualitas dengan harga terjangkau.
GOSIP CIWALK
CiWalk dibangun di lahan seluas 3,5 hektare sejak Januari 2002 oleh PT Karya Abadi Samarga yang dikelola oleh anak sulung Handoko, Denny Subali. CiWalk dibangun dengan konsep mal terbuka menyerupai Clarke Quay, Bugis Junction, dan Far East Plaza di Singapura. GOSIPNYA untuk merealisasikan konsep itu dilakukan studi selama setahun di Singapura.
Handoko mempercayakan pembangunan gedungnya kepada PT Birano, yang telah membangun Masjid At-Tin di TMII dan Masjid Salman ITB yang modern. Pemasaran dipercayakan kepada perusahaan konsultan terbesar di Indonesia, PT Procon Indah, yang telah berdiri sejak tahun 1980. GOSIPNYA untuk membangun gedungnya saja membutuhkan biaya 40 milyar Rupiah.
Sebagai investor terbesar, gerai Tas Elizabeth mengambil lahan seluas 900 meter persegi. GOSIPNYA Toserba Yogya yang merupakan raja supermarket se-Jawa Barat digaet Handoko demi mewujudkan ambisinya menjadikan CiWalk sebagai mal tersukses di Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.