Ciputra


Ciputra (Tjie Tjin Hoan)
lahir 24 agustus 1931 di Parigi, Sulawesi Tengah
meninggal 27 November 2019
ayah: Tjie Sim Poe
ibu: Lie Eng Nio

ISTRI
Dian Sumeler, lahir 1931
Lulus dari Sekolah Farmasi Surabaya pada tahun 1954.

ANAK

Rina Ciputra Sastrawinata, lahir 6 Maret 1955 di Bandung
Ia meraih BCom dari University of Auckland, New Zealand pada 1978 dan MBA dari Claremont Graduate School, Los Angeles, AS pada 1980.


Junita Ciputra Hajadi, lahir 1961
Ia meraih Bachelor in Finance dari University of San Fransisco, AS pada 1987 dan MBA dari University of Southern California, AS pada 1988.


Cakra Ciputra, lahir 1964
Ia meraih BEng dari San Fransisco University, AS pada 1991.


Candra Ciputra, lahir 31 Mei 1964 di Jakarta
Ia meraih Bachelor in Finance dari University of San Fransisco, USA pada 1987 dan MBA in Finance dari Golden Gate University pada 1988.

MENANTU

Budiarsa Sastrawinata, lahir 10 Agustus 1955 di Jakarta
Ia adalah suami Rina, meraih HND dari Willesden College of Technology, London Inggris pada 1979, BEng dari Plymouth Polytechnic, Plymouth Inggris pada 1981 dan MBA dari Prasetiya Mulya Management Institute, Jakarta pada 1985.


Harun Hajadi, lahir 19 Maret 1961 di Jakarta
Ia adalah suami Junita, meraih B.Arch. dari University of California, Berkeley AS pada 1984 dan MBA dari University of Southern California, AS pada 1988.


Sandra Hendharto, lahir 1970
Ia adalah istri Candra, meraih BSIE dari University of Southern California, USA pada 1991.

USAHA
-Residential & Township (28)
*Citra Garden City Jakarta 400 hektare (1984)
*Citra Garden Pekalongan 10 hektare (2011)
*Citra Garden Sidoarjo 26 hektare (2005)
*Citra Garden Lampung 57 hektare (2005)
*Citra Garden Makassar 20 hektare (2010)
*Citra Garden Banjarmasin 10 hektare (2006)
*Citra Sun Garden Semarang 17 hektare (2011) bersama PT Sunindo Property Jaya
*Citra Sun Garden Yogyakarta (2005)
*Citra Indah Timur Cibubur Jonggol 550 hektare (1997)
*Citra Indah Sidoarjo 2 hektare (2011)
*Citra Land Tegal 10 hektare (2011)
*Citra Land Surabaya 1700 hektare (1993)
*Citra Land Denpasar 18 hektare (2011)
*Citra Land NGK Jambi 35 hektare (2011)
*Citra Land Pekanbaru 20 hektare (2011)
*Citra Land Ambon (2011)
*Citra Land Manado (2003)
*Citra Land Celebes Makassar 30 hektare (2009) bersama PT Graha Celebes Realty
*Citra Land Kendari (2011) bersama PT Graha Pelita Indah
*Citra Land Samarinda 93 hektare (2007)
*Citra Land Banjarmasin 40 hektare (2009)
*Citra Grand Cibubur (1997)
*Citra Grand City Palembang 160 hektare (2008) bersama PT Cipta Asrigriya
*Citra Raya Tangerang 2760 hektare (1996)
*Citra Green Dago Bandung 70 hektare (2010)
*Citra Harmoni Sidoarjo 325 hektare (1997)
*Citra Bukit Indah Balikpapan 21 hektare (2007)
*The Taman Dayu Pandaan Surabaya 600 hektare (2012)

-Commercial (25)
*BizPark Commercial Estate Penggilingan Jakarta (2011)
*BizPark Commercial Estate Pulogadung Jakarta (2011)
*BizPark Commercial Estate Kopo Bandung (2011)
*BizPark Commercial Estate Banjarmasin (2011)
*Ciputra World Jakarta 10 hektare (2008)
*Ciputra World Surabaya 7,7 hektare (2007)
*Ciputra Golf & Family Club Surabaya 100 hektare (1996)
*Ciputra Mall & Hotel Jakarta 4,1 hektare (1991)
*Ciputra Mall & Hotel Semarang 1,7 hektare (1993)
*Ciputra Mall Seraya Pekanbaru (2006)
*Somerset Grand Citra Apartment Jakarta 1,2 hektare (1996)
*Citra Raya Hospital Tangerang 1,2 hektare (2011)
*Ciputra Hanoi International City 301 hektare (2002)
*Grand Phnom Penh International City Kamboja 53 hektare (2006) bersama YLP Group
*Kolkata West International City India (2006) bersama Universal Success Group dan Salim Group
*Ciputra Waterpark Surabaya 4 hektare (2005)
*Bukit Palma Surabaya 575 hektare (1996)
*Dipo Business Center 7000m² (2011)
*Universitas Ciputra (2006) 
*Sekolah Citra Berkat (2004)
*Sekolah Citra Kasih (2003)
*Sekolah Ciputra Surabaya (1996)
*Century 21 (1997)
*Tabloid Bintang (1991)
*PT Ciptakomunindo Pradipta (1991)

GOSIPNYA
Ketika berumur 6 tahun, ia tinggal bersama bibinya. Ia harus melakukan pekerjaan hina seperti membersihkan tempat ludah dan GOSIPNYA ia hanya diberi makanan sisa bekas bibinya. Setiap hari, ia berjalan kaki tanpa alas sejauh 7 kilometer untuk pergi sekolah. Ketika itu ia sangat nakal dan bertingkah seenaknya sendiri. Ia tidak mau belajar bahasa Belanda, Jepang atau China. Ia hanya belajar bahasa yang dianggapnya akan berguna baginya yaitu bahasa Indonesia. Karena itu, pada usia 12 tahun dia masih duduk di kelas 2 SD karena berkali-kali tinggal kelas.

Orangtuanya memiliki toko kelontong di kota kecil Bumbulan, 150 km dari Gorontalo. Tahun 1943 ayahnya dituduh anti-Jepang oleh tentara Jepang, lalu ditangkap dan meninggal dalam penjara. Sejak itu ia harus bangun pagi-pagi untuk mengurus sapi piaraan sebelum berangkat ke sekolah. Ia juga harus membantu ibunya berjualan kue dan menawarkannya dari satu tempat ke tempat lainnya.

Ketika remaja, ia sudah terbiasa berlari bersama puluhan anjing miliknya untuk berburu babi dan rusa di hutan. Hal itu membuatnya terpilih menjadi pelari 800 dan 1500 meter mewakili Sulawesi Utara di PON Jakarta tahun 1951. Ia sempat mengenyam bangku SMP di Gorontalo dan bangku SMA di Manado.

Setelah lulus SMA ia merantau ke Jawa dan diterima di jurusan Arsitektur ITB Bandung. Pada tahun 1954 ia menikahi Dian Sumeler yang telah ia kenal sejak SMA di Manado. Untuk membiayai keluarganya, pada tingkat IV, ia bersama dua temannya mendirikan Daja Tjipta (kini Perentjana Djaja), sebuah konsultan arsitektur bangunan yang berkantor di sebuah garasi. Karena tidak memenuhi harapannya, setelah lulus kuliah, pada tahun 1960 mereka pindah ke Kebayoran Baru, Jakarta. Mereka berpindah-pindah dari losmen ke losmen.

Tahun 1961 ia mendirikan PT Pembangunan Jaya bersama Hasyim Ning. Kantornya menumpang di sebuah ruangan Pemda DKI Jakarta Raya. Proyek pertamanya adalah mengubah kawasan Senen. Kawasan Senen yang dikenal sebagai daerah pelacuran dan pusat kejahatan diubahnya menjadi pusat perbelanjaan modern yang tertib dan bersih.

Proyek keduanya adalah Ancol. Saat itu Presiden Soekarno ingin Ancol menjadi seperti Disneyland di Amerika tapi proyek itu terhenti karena manajemen Disneyland tidak menyetujui pembangunan Disneyland di Jakarta. Ciputra yang ditunjuk menyelesaikan proyek itu akhirnya mendirikan Taman Impian Jaya Ancol tahun 1966 yang memiliki luas 552 hektare untuk kawasan wisata. Ia berhasil membuat Ancol menjadi kawasan wisata yang dikunjungi 14 juta orang per tahun pada tahun 2011, jauh melebihi jumlah pengunjung Disneyland Hong Kong yang hanya mencapai 6 juta pengunjung.

Tahun 1971 bersama Budi Brasali, Ismail Sofyan, Sukrisman, dan Secakusuma mereka mendirikan Metropolitan Development. Ia lalu mulai mendirikan perusahaannya sendiri yaitu Ciputra Development tahun 1981, Ciputra Surya tahun 1989, dan Citraland Property (berubah menjadi Ciputra Property pada 5 Maret 1997) tahun 1994.

Tahun 1992, Ciputra mengubah kawasan hutan bakau seluas 830 hektare menjadi perumahan mewah bernama Pantai Indah Kapuk dengan anggaran dana 6 trilyun Rupiah. Ketika diprotes aktivis lingkungan hidup ia menjanjikan, “Monyet Angke tak akan berkurang. Saya akan lebih banyak menanam bakau, ketapang. Jika kelak kerusakan lingkungan terbukti, saya siap dihadapkan ke meja hijau. Saya mempertaruhkan segalanya: nama baik, moral, bank guarantee." seperti dicatat Kompas 5 September 1992.

Melalui PT Mandara Permai (pengelola Pantai Indah Kapuk) ia didukung para konglomerat seperti Sudono Salim (Liem Sioe Liong), Mochtar Riady, Henry Pribadi, Ibrahim Risjad, Djuhar Sutanto, dan juga birokrat seperti Soedjarwo (mantan Menteri Kehutanan), Hasrul Harahap (mantan Menteri Kehutanan), Ali Sadikin (mantan Gubernur Jakarta), dan Wiyogo Atmodarminto (mantan Gubernur Jakarta), sehingga ia pun membangunnya.

Banjir menggenangi jalan tol beberapa tahun setelah Pantai Indah Kapuk dibangun. Beton-beton penahan ombak memang menyuburkan bakau di muara sungai. Tapi akibatnya, mulut muara jadi menyempit hingga menahan air yang mestinya meluncur ke laut. Pantai Indah Kapuk adalah satu-satunya kesalahan besar yang dilakukan Ciputra yang hingga kini masih terus diingat masyarakat.

Setelah puluhan tahun menikmati sukses, tahun 1997 krisis ekonomi membuatnya harus memangkas 7 ribu karyawannya dan menyisakan 35% saja (GOSIPNYA Ciputra berada di peringkat 27 dalam daftar 50 pengutang terbesar Indonesia dan bahkan pernah berhutang sampai 3,5 trilyun Rupiah). Semua departemen perencanaan di masing-masing anak perusahaan ditutup dan digantikan satu design center yang bertugas memberikan servis desain kepada seluruh proyek. Jenjang komando 9 tingkat pun dipotong menjadi 5 yang membuat para manajer kehilangan pekerjaannya. Kantor pusat Grup Ciputra pun pindah dari Gedung Jaya, Thamrin ke Jl. Satrio. GOSIPNYA langkah-langkah tersebut membuat Grup Ciputra menghemat Rp. 4 milyar per tahun. GOSIPNYA krisis ekonomi itu membuat Ciputra bertobat dari keserakahannya dan mendirikan Patung Yesus Memberkati setinggi 30 meter di Citra Land Manado yang menghabiskan biaya Rp. 5 milyar.

Strategi baru mulai dilakukan seperti menjual kapling siap bangun dan mengontrol iklan di media massa. Awal 1999 bersamaan dengan turunnya suku bunga deposit, strategi itu mulai menampakkan hasil, khususnya di Surabaya. Ciputra Grup mulai bangkit kembali.

Sepanjang tahun 2011, PT Ciputra Development Tbk (CTRA) mencetak penjualan Rp. 3,67 trilyun dengan pendapatan Rp 2,18 triliun. PT Ciputra Surya Tbk (CTRS) mencetak penjualan Rp. 1,4 trilyun dengan pendapatan Rp. 805 milyar. PT Ciputra Property Tbk (CTRP) mencetak penjualan Rp. 500 milyar dengan pendapatan Rp. 440 milyar.

Pada tahun 2013 Ciputra berada di urutan ke 23 orang terkaya di Indonesia versi Forbes dengan kekayaan 1,3 milyar dolar AS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.