Wawa Sulaeman


Wawa Sulaeman lahir pada 12 Agustus 1959 di Cirebon dari pasangan Sugiharto Sulaeman (Lie Soe Kie) dan Ninin. Ia memiliki dua adik: Wijaya Sulaeman dan Wahyu Sulaeman. Ayahnya adalah seorang tukang tambal ban sepeda yang lalu berkembang menjadi penjual suku cadang sepeda. Sejak duduk di SMA Santa Maria Cirebon, ia telah menyukai desain. Ia lalu diterima masuk jurusan arsitektur Institut Teknologi Bandung tahun 1979 dan lulus tahun 1984.

Setelah menjadi sarjana arsitektur ia hijrah ke Jakarta dan menjadi staf pemasaran di PT Honda Motor Indonesia. Sambil bekerja, malamnya ia kursus bahasa Inggris di Lembaga Indonesia Amerika. Cita-citanya kuliah lagi tercapai ketika ia memperoleh beasiswa kuliah di University of Minnesota, AS. Ia mengambil 2 program dan mendapat gelar master arsitektur (M.Arch.) dan master administrasi bisnis (MBA) setelah 3 tahun kuliah.

Setelah kembali ke Indonesia pada tahun 1989, ia bergabung dengan Grup Ciputra dan mengerjakan proyek Pondok Indah Mal I (PIM I). Desainnya yang unik membuatnya terkenal baik di Indonesia maupun di mancanegara. Awalnya, desain PIM I tidak jauh berbeda dengan desain Plaza Hayam Wuruk yakni tokonya kecil-kecil dan memiliki banyak koridor.

Suami dari Dra. Alice Sulaeman ini menawarkan perubahan desain. Meski awalnya pihak pemilik enggan karena berkaitan dengan masalah biaya, akhirnya usulnya diterima dan dilakukanlah perombakan total. Sebelum proyek PIM I selesai, tahun 1991 ia hijrah ke Grup Salim untuk mengembangkan beberapa hotel. Salah satunya, mengubah total desain Delta Plaza, yang sekarang disebut Plaza Surabaya.

Tahun 1993, Wawa bersama seorang arsitek asal AS yang pernah direkrutnya ketika mengerjakan proyek PIM I, Medardo Cadiz, mendirikan perusahaan desain Cadiz Design Group (CDG) yang berbasis di Singapura. Beberapa proyek CDG adalah Tunjungan Plaza III (Surabaya), Mal Kelapa Gading III (Jakarta), Pluit Mega Mal (Jakarta), Galaxy Mal I (Surabaya), Plaza Hotel (Surabaya), Somerset Apartment (Jakarta), dan Water Site Apartment (Surabaya). Wawa pun pernah mengerjakan desain beberapa pusat perbelanjaan di UEA, Filipina, Cina, dan beberapa negara lainnya (GOSIPNYA satu desain Wawa berharga 250-350 ribu Dolar AS). Tahun 1996 kepemilikan Wawa atas CDG dijual seluruhnya kepada CDG.

Tahun 1995 Alice dan Wawa menjadi franchisee restoran asal AS, Auntie Anne's, yang menawarkan makanan ringan pretzel. Di Jakarta, mereka membukanya di Mall Taman Anggrek dan Puri Indah Mall. Setelah itu mereka lalu mendirikan perusahaan ekspor-impor D’Fruitty Company di Orchard Road, Singapura dan membuka cabang-cabang Auntie Anne's di Singapura, Malaysia dan Australia.

Wawa lalu mendirikan PT Bintang Bangun Mandiri. Tahun 2000 ia mulai mengerjakan proyek Paris Van Java (PVJ) di Bandung. PVJ dibangun di atas lahan seluas 8 hektare yang GOSIPNYA menghabiskan dana Rp. 100 milyar. Pengagum arsitek Yuswandi Salia itu pun melakukan survei dan riset dulu sebelum mendesainnya. Selain lama, GOSIPNYA desain sempat diubah hingga 10 kali. Hasilnya adalah sebuah mal yang GOSIPNYA merupakan mal pertama di Asia Tenggara yang menggabungkan konsep main street dan al fresco dining.

Sejak dibuka pada November 2006, GOSIPNYA setiap hari PVJ dikunjungi 15 ribu orang dan pada akhir pekan mencapai 40 ribu. Demikian pula halnya dengan bioskop Blitz Megaplex satu-satunya di Bandung yang selalu padat oleh penonton.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.