Toserba Yogya

Boedi Siswanto Basuki

Pada tahun 1948 Gondosasmito membuka sebuah toko batik seluas 100 meter persegi di Jl. Ahmad Yani 119, Bandung dengan karyawan 8 orang dengan nama Djockja. Selama 24 tahun toko batik bertahan tanpa ada kemajuan. Pada tahun 1972 toko diserahkan pada Boedi Siswanto Basuki yang menikah dengan Tina Handayani, putri Gondosasmito (GOSIPNYA sih setelah menikahi Tina, sebenarnya Boedi berencana bekerja di Jakarta tapi karena Tina ingin ikut maka mereka memilih tinggal di Bandung dan meneruskan toko batik). Selain mengubah toko menjadi toko serba ada, Boedi juga mengganti nama toko menjadi Yogya.

Tahun 1978 Boedi membeli tanah di Jl. Sunda no. 60 seluas 1.000 meter persegi yang akan dijadikan toko sekaligus rumah senilai 100 juta Rupiah (GOSIPNYA sih dibayar dengan 7 kg emas). Pada 28 Oktober 1982 Boedi membuka toko di Jl. Sunda itu dengan luas 300 meter persegi dan mempekerjakan 40 orang karyawan. Kemampuan Boedi mengelola toko dengan sangat baik mungkin disebabkan karena ia merupakan seorang Sarjana Ekonomi UNPAR Bandung.

Pada akhir tahun 1990 saingan besar seperti Matahari, Hero, Gelael, mulai mendirikan cabang di Bandung sehingga pada Juni 1998 Boedi menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada manajemen profesional dibawah kepemimpinan Siswanto Wibowo. Meski begitu, hingga kini saingan terberat Yogya bukanlah peritel besar melainkan ritel lokal Borobudur Market yang kini bernama Borma. GOSIPNYA ritel besar kalah bersaing dengan Yogya karena Yogya tidak pernah melakukan promosi yang sering mengecewakan konsumen seperti yang dilakukan para pesaingnya yaitu taktik "barang sudah habis". Meski begitu Yogya mendapat persaingan ketat dari Borma yang meski tidak pernah melakukan iklan di media massa tapi menyedot banyak konsumen karena menyediakan barang-barang dengan harga terjangkau yang tidak tersedia di Yogya.

Dibawah manajemen profesional, Yogya menjadi Yogya Group dengan nama PT Akur Pratama. Toko pun dibagi menjadi 3 berdasar luasnya:
*8.000-15.000 m² : Pasaraya Yogya
*4.000-5.000 m²   : Toserba Yogya
*600-1.500 m²      : Toserba Griya

Kantor pusat terbagi menjadi 2: Kantor pusat pertama berada di jalan Sunda no. 83 Bandung sebagai kantor HRD dan Accounting atau lebih dikenal dengan nama kantor Yogya Learning Center. Kantor pusat kedua berada di jalan Soekarno Hatta no. 236 Bandung sebagai kantor pusat pengendalian kegiatan cabang, pusat pembelian merchandising, keuangan dan pengembangan masa depan. Hingga akhir 2011 Pasaraya Yogya, Toserba Yogya, dan Toserba Griya telah mencapai 52 gerai.

GOSIP YOMART
Yogya menyadari bahwa pasar mini market sangat besar dan mereka sudah tertinggal jauh dari Alfamart yang berdiri sejak tahun 1989 dan Indomaret yang berdiri sejak tahun 1988. Pada 22 Agustus 2003 Yogya pun ikut meramaikan pasar ini dengan mendirikan Yomart di jalan Ciwastra, Bandung.

Yomart sempat bermasalah dalam menyesuaikan pengadaan barang dan distribusi karena manajemen terbiasa mengurus sekitar 10-12 ribu stock keeping unit (SKU) sedangkan di Yomart hanya sekitar 2-4 ribu SKU. Tapi setelah masalah tersebut teratasi, Yomart yang menyasar konsumen menengah ke bawah mampu menghasilkan omzet rata-rata 11 juta Rupiah per hari untuk tiap gerainya. GOSIPNYA Break Even Point telah dicapai pada tahun 2006.

Sejak tahun 2006, Yomart menawarkan 2 tipe waralaba yakni Yomart Minimarket dan Yomart Express. Yomart Minimarket memiliki syarat luas bangunan minimal 100m² dengan lebar muka toko minimal 8m² (60m² luas area penjualan, 30m² untuk kantor, gudang, toilet), dan daya listrik minimal 10.600 watt dengan investasi sekitar Rp. 300 juta sedangkan Yomart Express beroperasi 24 jam, berada di area pelayanan umum (RS, SPBU, terminal, stasiun), dan luas minimal 18m² dengan investasi sekitar Rp. 150 juta. 

Selain itu, Yomart menawarkan 2 bentuk kerjasama yaitu Loka Usaha (sewa tempat) dan Waralaba Swadana (franchise). Dalam Loka Usaha mitra dikenakan biaya distribusi 2% dari penjualan bersih per bulan selama 7 tahun kerjasama, kebutuhan toko disediakan Yomart, dan laba bersih dibagi dua dengan Yomart, sedangkan dalam Waralaba Swadana mitra membayar biaya waralaba Rp. 42 juta ditambah PPN untuk 7 tahun, biaya royalti 0-3% dari penjualan bersih per bulan, biaya distribusi 2% dari penjualan bersih per bulan, dan biaya administrasi Rp. 500 ribu per bulan. Mitra juga harus menyediakan tempat usaha dan dana untuk renovasi, peralatan, dan perlengkapan toko. Meski begitu, laba bersih sepenuhnya milik mitra. GOSIPNYA sih keuntungan kotor rata-rata 12,5% dari penjualan bersih sedangkan keuntungan bersih rata-rata 3-4 % dari penjualan bersih dan modal akan kembali pada tahun ke 4 kerjasama.

Hingga akhir tahun 2011 Yomart masih berada di atas kompetitor asingnya, Circle K yang memiliki 110 gerai dan 7-Eleven yang memiliki 57 gerai. Meski begitu, Yomart yang hingga Juni 2011 telah memiliki 287 gerai tampaknya masih jauh tertinggal dari Alfamart yang hingga akhir tahun 2011 telah mencapai 5.670 gerai dan Indomaret yang telah mencapai 6.003 gerai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.