Ignatius William Liem

Ignatius William Liem
lahir 1990
meninggal 14 Maret 2012

Luisa Laurentia Liem

USAHA
-PT Logam Bima Jl. Arjuna 56-58 Bandung Telp. 022 603 4620 / 603 0313
-La Oma Hotel & Restaurant: Jl. Cijeruk 62 Lembang Telp. 022 278 9200 / 9662 / 8919 / 9632

FAMILI
kakek dari ayah: Liem Tiang Hok
nenek dari ayah: Elizabeth Oey Lan Eng
kakek dari ibu: Dr. E. S. Limandibrata, Sp.Pd.
nenek dari ibu: Elsye Kusardy Limandibrata
ayah: Paul Liem Hwie Liong
ibu: Dr. Cynthia Laurentia Limandibrata
kakak: Luisa Laurentia Liem
kakak ipar: Ignatius Denny Bintoro (suami Luisa)
kakak: Michelle Vincentia Liem, S.Ked.

GOSIPNYA
Ignatius William Liem yang biasa dipanggil Willy adalah anak lelaki satu-satunya yang dipersiapkan oleh orang tuanya untuk mewarisi perusahaan pembuat panci merek Bima, PT Logam Bima. Ia sekolah SMA di ST Michael, Melbourne, Australia dan menamatkan kuliah di University of San Fransisco, AS setelah lulus dari University of Manchester, Inggris jurusan teknik mesin.

Willy memiliki dua kakak perempuan. Kakak pertamanya, Luisa Laurentia Liem, adalah seorang pemain harpa yang menikah dengan Ignatius Denny Bintoro (GOSIPNYA sih pemilik PT Olympindo Multi Finance). Kakak keduanya, Michelle Vincentia Liem, menempuh pendidikan dokter di UNPAD, Bandung.

Pada bulan Januari 2012 ia mendirikan LA Disco Production bersama teman-temannya. Melalui perusahaan yang berlokasi di Jakarta Selatan ini, ia membuat sebuah program otomotif bernama Ngepotz yang belum sempat ditayangkan di televisi.

Pada hari Minggu, 11 Maret 2012, Willy pergi ke Bandung untuk merayakan ulang tahun ibunya. Malam harinya, ia bergegas pulang ke Jakarta karena ada rapat esok pagi dengan rekan kerjanya. Esoknya ia diantar supirnya ke kawasan Panglima Polim untuk rapat. Ketika menunggu teman yang belum datang, ia menerima telepon dari seseorang yang memintanya menemuinya di sebuah mobil, tak jauh dari mobilnya parkir. Ia menyuruh supirnya meninggalkannya di situ.

Willy dikeroyok oleh 4 orang, yakni Mario Budiman, Alex Wiguna, Roby, dan Mulyadi Budiman (yang GOSIPNYA merupakan otak pembunuhan) di warnet Granat miliknya sendiri di Jl. Mangga Besar V no. 210 lantai 4 Jakarta Barat. GOSIPNYA Willy memiliki hutang bisnis dan judi sebesar 800 juta Rupiah pada para pelaku pengeroyokan. Ketika ditagih, Willy mengaku belum bisa membayar hutangnya sehingga para pelaku emosi dan memukulnya dengan paralon dan martil.

Menjelang pukul 14.00, sang supir menelepon Willy untuk mengingatkannya ada rapat lain yang harus dihadiri, tapi ponselnya tak aktif. Setelah dicari dan tak kunjung ditemukan, keluarga memutuskan melaporkan hilangnya Willy ke Polda.

Ponsel Willy baru aktif lagi pada hari Rabu, 14 Maret 2012 dan tak direspon ketika dihubungi. Pada hari itu juga seorang pemulung menemukan bungkusan plastik besar hitam di tepi jalan Daan Mogot, Jakarta Barat, dekat Stasiun Televisi Indosiar. Ternyata isinya adalah mayat Willy tanpa busana yang menderita luka lebam akibat pukulan keras benda tumpul dan kedua kakinya terikat erat oleh lakban. Pemulung itu segera melaporkan temuannya pada satpam Indosiar yang segera menghubungi Polsek Daan Mogot.

Esok harinya, ayahnya menerima BBM dari nomor milik Willy. Seseorang mengaku menculik Willy dan meminta tebusan Rp. 19 milyar. Meski mayat telah ditemukan, penculik masih minta tebusan Rp. 11 milyar dan mengancam akan menculik anggota keluarga lain bila permintaannya tak dipenuhi.

Keluarga lalu melihat mayat Willy sudah terbujur kaku di ruangan mayat RSCM. Jenazah lalu dibawa ke Bandung dan disemayamkan di Rumah Duka Borromeus dan lalu dikremasi. Hari Selasa, 20 Maret 2012, para pelayat memberi penghormatan terakhir untuk Willy. Dalam Misa tersebut, pemain harpa Maya Hasan memainkan alunan harpa yang sendu.

Setelah kematian Willy, pihak keluarga bungkam dan hanya mengatakan bahwa musibah tersebut sudah selesai. Rumahnya di Setiabudi, Bandung, tampak sepi. Kematian Willy juga tidak diketahui warga sekitar. GOSIPNYA setelah misa pemakaman, beberapa teman Willy mengunggah beberapa posting di Twitter yang berisi kronologis kematian Willy berdasarkan cerita ibu Willy ketika misa. GOSIPNYA kronologis ini juga sempat dikirimkan secara berantai lewat BBM. Gosip yang beredar menjadi alasan pihak keluarga bungkam karena GOSIPNYA kematian Willy dilakukan oleh orang dekat keluarga yang tidak mau Willy mengambil alih PT Logam Bima. GOSIPNYA selain berbisnis panci, keluarga Willy pun memiliki usaha refleksi, hotel, dan restoran bernama La Oma.

Kejadian tragis ini membuat salah seorang kawan lama Willy, Tarsih Ekaputra, syok. Tarsih pernah bekerja bersama Willy dan Handoko Limaho (sahabat Willy) mengerjakan program Impian 1 Milyar. Willy menjadi managing partner dari program yang dicetus oleh Handoko ini. Tahun 2011 Willy masih baru di dunia kerja dan GOSIPNYA belum siap mengelola pabrik. Ia minta waktu pada ayahnya untuk menjajal bisnis sebelum mengelola pabrik dan ia lalu terlibat dalam program Impian 1 Milyar. Sayang, belum sempat Willy mengelola pabrik yang berdiri sejak tahun 1950 dan menghasilkan panci yang telah melegenda di Bandung itu, ia telah tiada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.