Susi Pudjiastuti

Susi Pudjiastuti
lahir 15 Januari 1965 di Pangandaran, Ciamis
ibu: Hj. Suwuh Lasminah
ayah: H. Ahmad Karlan meninggal 2007
suami: Christian von Strombeck
anak: Panji Hilmansyah, Nadine Pascale Kaiser, Alvy Xavier

GOSIPNYA
Susi Pudjiastuti adalah anak sulung dari 3 bersaudara. Kakek buyutnya yang berasal dari Jawa Tengah, Haji Ireng, berdagang sapi dan kerbau di Jawa Barat. Haji Ireng lalu menetap di Pangandaran. Orangtua Susi adalah generasi ke 5 dan mempunyai banyak tanah, antara lain kolam-kolam ikan dan kebun kelapa untuk dipanen dan dijual kopranya. Ayahnya juga mengusahakan beberapa buah perahu untuk para nelayan mencari ikan dengan sistem bagi hasil.

Meskipun sudah dikenal sebagai salah satu objek wisata, dulu pantai Pangandaran masih sepi pengunjung. Pada akhir pekan atau hari libur pun jarang ada wisatawan yang datang. Pasar di dekat rumahnya, dulu cuma ramai hingga pukul 9 pagi. Susi bersekolah di SD Negeri 8 Pangandaran. Ia merupakan anak yang pintar dan supel tapi lebih banyak diam ketika berada di kelas. Hal berbeda ditunjukkan di luar kelas, salah satunya adalah ketika duduk di bangku kelas 6, diam-diam ia mengemudikan sendiri mobil Toyota Land Cruiser Hardtop.

Ketika bersekolah di SMP Negeri 1 Pangandaran tahun 1972-1977, ia mulai membuka diri. Ia sering menjadi wakil sekolah dan menjuarai lomba cerdas cermat tingkat kabupaten di Ciamis. Ia juga pernah mengikuti Musabaqah Tilawatil Quran di Pangandaran dan menjadi juara. Saat itu Pangandaran belum memiliki SMA sehingga tahun 1978-1980 ia bersekolah ke SMA Negeri 1 Yogyakarta.

Suatu ketika ia tergelincir di tangga, tubuhnya menggelinding ke bawah dan kepalanya terbentur tembok din­ding sekolahnya. Susi berbaring di tempat kosnya beberapa hari. Hal itu membuat orangtuanya memintanya kembali ke Pangandaran. Susi lalu memutuskan tidak kembali lagi ke sekolah (GOSIPNYA sih ia tidak suka hidupnya diatur orang lain). Ia pun drop out di kelas 2 SMA.

Ketika masa SMP dan SMA, ia suka berjualan baju atau T-shirt pada teman-temannya. Ia melihat Pangandaran makin berkembang sebagai daerah tujuan wisata dan hotel pun mulai bermunculan. Ia lalu memesan bed cover dan sarung bantal dari temannya di Yogyakarta dan menawarkannya pada hotel-hotel tersebut.

Sepulang dirinya dari Yogyakarta, ia menjadi buah bibir masyarakat setempat karena hobinya yang aneh, yakni berenang di laut pada tengah malam. Tahun 1982, ketika Gunung Galunggung meletus, Eka Santosa, mantan ketua DPRD Jawa Barat, yang saat itu sedang kuliah semester enam di Unpad, Bandung, memutuskan pulang ke Pangandaran untuk menemui ayahnya, Musa, yang bekerja sebagai kepala Perhutani. Eka pun mendengar kabar itu dan ingin mengenalnya. Karena sang ayah bersahabat dengan ayah Susi, Eka pun berkunjung ke rumah H. Karlan untuk menemui Susi. Mereka pun menjadi akrab.

Menjelang Pemilu 1982, Eka memberikan sebuah kaus yang ia produksi sendiri kepada Susi. Kaus itu bertuliskan ajakan untuk golput dan Susi mengapresiasinya. Mereka sepaham untuk menentang Soeharto. Susi mengenakan kaus itu kemana pun ia pergi dan ternyata ada orang yang melaporkannya sehingga Susi dibawa ke Markas Komando Distrik Militer Ciamis dan menjalani pemeriksaan intensif. Beruntung, hanya semalam ia berurusan dengan militer dan dibebaskan.

GOSIPNYA ketika kecil ia bercita-cita menjadi ahli oceanologi dan karenanya ia sering bermain ke pantai. Di sana tiap hari ia melihat ratusan nelayan mendapat hasil ikan yang melimpah. Ia lalu meninggalkan usaha berjualan bed cover-nya dan beralih profesi menjadi bakul ikan. Bakul ikan adalah pengepul hasil laut tangkapan nelayan yang biasanya dilakukan oleh kaum wanita.

Pada tahun 1983 ia menjual semua perhiasan yang ia miliki berupa gelang keroncong, kalung, serta cincin dan mendapatkan 750.000 Rupiah. Ia lalu menjadi seorang bakul ikan. Tiap pagi ia ikut berkerumun di tempat pelelangan ikan menjadi peserta lelang. Ia harus cepat menaksir berapa harga jual ikan-ikan di keranjang yang sedang ditawarkan juru lelang dan memperkirakan kepada siapa ikan-ikan itu akan dijual.

Pada hari pertama ia cuma berhasil menjual 1 kg ikan untuk sebuah restoran kecil kenalannya. Setelah ia mulai bisa meyakinkan calon pembeli, jumlah penjualannya pun perlahan-lahan meningkat. Usahanya itu bukan tanpa kendala. Ia sering menilai harga ikan terlalu tinggi bahkan sering juga pemesan ingkar, tidak jadi membeli ikan darinya.

Pada musim tertentu nelayan tidak menangkap ikan sehingga ia beralih menjadi pedagang dadar gulung. Dadar gulung adalah makanan tradisional yang terbuat dari tepung beras yang didalamnya terdapat parutan kelapa dan gula merah. Ia menjajakannya dengan nyiru dan berkeliling berjalan kaki dan juga menitipkan jualannya pada warung-warung dengan sistem konsinyansi.

Ia lalu bertemu dengan seorang bakul ikan paling terkenal di Pangandaran, Yoyok Yudi Suharyo, seorang pria asal Gumelar, Banyumas, Jawa Tengah. Yoyok terkenal piawai menaksir harga ikan. Keahlian itu membuatnya terpincut sehingga pada tahun yang sama ia menikah dengan Yoyok dan membuahkan seorang anak laki-laki bernama Panji Hilmansyah.

GOSIPNYA untuk mengatasi kerugian akibat menilai harga ikan terlalu tinggi, ia mulai menyewakan perahu pada nelayan dengan harga kompetitif dan hasil tangkapannya ia beli dengan harga yang kompetitif pula. Kabar baik ini lalu menyebar di kalangan nelayan sehingga dari mulanya hanya satu perahu lalu berkembang menjadi ratusan perahu. Dalam setahun ia telah menguasai pasar Pangandaran dan pasar Cilacap.

Meski bisnis pariwisata terus berkembang, hasil tangkapan yang melimpah itu banyak yang tidak terjual sehingga dijadikan ikan awetan, baik ikan kering atau ikan asin, padahal harga jual ikan segar jauh lebih mahal daripada ikan asin. Ia lalu menyasar Jakarta yang membutuhkan sangat banyak ikan segar. Mulanya ia menyewa truk dan mengangkut ikan-ikannya ke Jakarta. Setelah mengetahui seluk-beluknya, ia lalu membeli truk dan dengan pendingin es batu membawanya langsung ke pasar-pasar di Jakarta. Setelah berlangsung beberapa waktu, ia mulai dipercaya untuk memasok ikan segar ke beberapa pabrik untuk diekspor.

Setiap hari pukul 15.00, ia berangkat dari Pangandaran dan sampai di Jakarta pada tengah malam. Setelah mandi dan istirahat sebentar, ia balik lagi ke Pangandaran. Rutinitas itu berlangsung bertahun-tahun. Tidak hanya itu, ia pun jeli menangkap peluang bisnis baru. Ia mengamati bahwa di sepanjang kawasan Cikampek hingga Karawang, ketika malam selalu ramai oleh suara kodok dan ia tahu kodok hidup laku di pasar Glodok.

Dalam perjalanan Pangandaran-Jakarta ia lalu mampir ke sentra-sentra pengepul kodok dan membawanya sekalian ke beberapa pasar di Jakarta. GOSIPNYA karena hal ini ia bahkan sempat dijuluki ‘Susi Kodok’. Tidak hanya kodok, ia juga terkenal sebagai pemasok lobster berkualitas yang GOSIPNYA menguasai hingga 70% pangsa pasar di Jakarta. Bisnis lobster ia jalankan di Lampung selama 5 tahun, bahkan kedua orangtuanya sempat ikut tinggal di Lampung. Selain itu ia juga memasok sarang burung walet yang diambilnya dari para pemanen di gua-gua laut di pesisir pantai selatan pulau Jawa.

Meski bisnisnya terus meningkat, kehidupan rumah tangganya malah hancur dan pada tahun 1988 ia bercerai dengan Yoyok. Tahun 1989 ia membuka restoran Hilmans di dekat pantai Pangandaran dengan spesialisasi menu ikan segar. Calon pembeli bisa memilih sendiri ikan segar yang diminatinya lalu para koki mengolahnya menjadi hidangan pilihan. Tahun 1991 ia bertemu dengan seorang pria asal Swiss, Daniel Kaiser dan menikah dengannya. Pernikahan itu membuahkan seorang putri bernama Nadine Pascale Kaiser.

Tahun 1996 ia mendirikan pabrik pengolahan ikan PT ASI Pudjiastuti di pekarangan samping rumahnya di depan terminal bus Pangandaran dan membuatnya dapat mengekspor lobster beku ke Jepang dengan label Susi Brand. Ratusan tenaga kerja lokal diserap pabriknya untuk menyiangi ikan. Limbah yang berupa tulang dan isi perut ikan dipisahkan, dicacah atau digiling, untuk pakan itik di kebunnya, sementara bagian dagingnya dibuat filet atau produk turunannya seperti baso, dan lainnya. Setahun setelah ia mengekspor lobster beku, berbagai jenis seafood beku dari pabriknya mulai diekspor ke Jepang.

Pada tahun 1997 ia bercerai dengan Daniel dan bertemu dengan seorang pilot asal Jerman yang bekerja di IPTN Bandung yang lalu menjadi suaminya, Christian von Strombeck, di restoran Hilmans di Pangandaran. Pernikahannya dengan Christian membuahkan seorang anak laki-laki bernama Alvy Xavier.

Tahun 2000 ia mengajukan proposal meminjam uang pada berbagai bank untuk membeli pesawat terbang yang akan dipakai untuk mengangkut ikan yang rencananya akan diekspor ke Eropa dan Amerika. Proposalnya itu ditolak karena dianggap terlalu muluk-muluk. Ia tak menyerah dan pada tahun 2004 Bank Mandiri bersedia memberi pinjaman 4,7 juta Dolar AS. Ia lalu membeli sebuah pesawat Cessna Caravan berkapasitas 12 tempat duduk buatan AS seharga Rp. 20 milyar.

Pesawat Cessna itu lalu dipakai untuk mengangkut ikan dan lobster. Christian menjadi pilot sedangkan Susi sebagai pramugari. GOSIPNYA dengan pesawat itu pula ia dapat mengirimkan ikan ke Jepang dalam waktu kurang dari 24 jam sejak ditangkap dari laut sehingga nilai jualnya pun meningkat hingga 2 kali lipat.

Pada tanggal 26 Desember 2004 terjadi gempa bumi sebesar 9,2 Skala Richter (SR) yang menimbulkan tsunami. Bantuan udara menumpuk di Bandara Iskandar Muda, Banda Aceh karena puing-puing kerusakan menghambat arus bantuan. Sekitar 2 hari setelah tsunami, ia berhasil mendarat di Meulaboh membawa bantuan obat-obatan dan makanan. Setelah itu ia menyewakan pesawatnya kepada pihak-pihak internasional yang membantu pemulihan Aceh yang GOSIPNYA disewakan seharga 10 ribu Dolar AS per hari. Istilah Susi Air pun lahir dari para penyewa awal itu.

Ketika membantu korban tsunami di Aceh, ia menemukan Pulau Simeulue untuk beternak lobster. Ia membawa sekitar 200 nelayan setempat untuk membudidayakan lobster. Usahanya itu mampu menghasilkan keuntungan sekitar 12 milyar Rupiah per tahun dan juga membantu perekonomian para korban tsunami.

Pada Juli 2006 gempa bumi 6,8 SR mengguncang Pangandaran dan menyebabkan tsunami. GOSIPNYA karena tsunami ini bisnis perikanannya tidak dapat beroperasi. GOSIPNYA karena hal inilah pada tahun 2007 ia membangun Masjid Istiqomah di Pangandaran senilai 3 milyar Rupiah. Tahun 2008 ia mendirikan PT ASI Pudjiastuti Flying School namun GOSIPNYA hingga kini ia masih belum mendapatkan izin operasionalnya.

Sejak tahun 2011 Susi Air terlibat dalam beberapa kecelakaan pesawat dan hal ini membuat duta besar AS di Indonesia mengeluarkan larangan bagi warganya agar tidak menaiki pesawat Susi Air pada 4 Mei 2012. Kini Susi Air telah memiliki lebih dari 50 pesawat berbagai jenis. Pada bulan November 2014, ia dilantik menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan

Syumeiraty Rashando

Syumeiraty Rashando
lahir 1 April 1976 di Bandung
suami: Handi Susilo Yulianto
anak: Emily Florence dan Frederick Anderson

GOSIPNYA
Syumeiraty yang kerap dipanggil Yoyong memulai usahanya tahun 1995 sembari kuliah jurusan Sastra Inggris di Universitas Kristen Maranatha, Bandung. Ia memulai usahanya di bidang aksesoris dan pernak-pernik perempuan yang barangnya ia dapatkan dari mal Mangga Dua, Jakarta (GOSIP lain bilang ia menjual aneka kado dan souvenir untuk perkawinan). Mulanya ia berjualan di rumah orangtuanya. Bisnisnya berkembang pesat sehingga ia dapat menyewa toko di salah satu mal di Bandung. Tahun 2000 ia sudah punya lima gerai toko di lima mal dengan jumlah karyawan 50 orang (GOSIPNYA omzetnya ketika itu mencapai ratusan juta Rupiah per bulan). Tokonya ia beri nama Crayon karena ia sangat menyukai sebuah kafe yang bernama sama yang pernah ia kunjungi di Australia.

Ketika mal makin banyak di Bandung, banyak juga yang meniru bisnisnya sehingga satu-persatu tokonya tutup karena kalah bersaing. Ketika bangkrut, suaminya menyarankan untuk berganti bidang usaha dan orangtuanya mengizinkan ia memakai rumah yang tidak ditinggali di Jalan Aceh nomor 15. GOSIPNYA ia lalu pergi ke Bangkok dan Hongkong untuk mencari inspirasi. Di sana ia melihat berbagai miniatur dari lilin. Ia lalu pulang ke Indonesia dan membuat miniatur mie bakso. Ia mencoba menjualnya seharga 250 ribu Rupiah dan ternyata banyak yang bersedia membelinya dan sebagian lagi malah meminta miniatur lainnya. GOSIPNYA keahliannya ia dapatkan hasil berguru pada orang Jepang.

Mengetahui produk semacam itu laku keras, pada tahun 2005 ia mendirikan Crayon's Craft & Co dengan modal 20 juta Rupiah dan 5 orang pegawai. Ia menyelenggarakan kursus gratis. Peserta cukup membeli bahan lengkap darinya sekitar 100.000 Rupiah lalu dapat mengikuti kursus apa saja di tempatnya setiap hari. Meski begitu, setelah satu tahun pengunjung masih sepi, sekitar 3-5 orang pengunjung sehari.

Ia tetap optimistis tokonya bakal ramai sehingga ia berpikir seandainya toko ramai, ia takkan sanggup mengajar kursus seorang diri. Ia mengantisipasinya dengan mengajari pegawainya berbagai keterampilan sesuai dengan minat masing-masing seperti sulam pita, brayen, hakken, manik, clay, miniatur, paper tole, origami, batik, boneka kawat dan lain-lain.

Ia mengiklankan bisnisnya dengan menyebar brosur, mengikuti bazaar, dan pameran Inacraft di Jakarta. Sesaat setelah melahirkan anak keduanya, ia membuka-buka buku tentang prakarya dan memutuskan untuk membuat miniatur makanan khas Indonesia dari clay yang ketika itu belum ada miniatur semacam itu.

Ketika mengikuti pameran Inacraft, berbagai miniatur gerobak yang berjumlah ratusan habis dibeli pengunjung yang salah satunya adalah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Berkat pameran tersebut, tempat kursusnya mulai terkenal dan kini tidak pernah sepi lagi.

Salah satu kelebihan tempat kursusnya adalah waktu belajar diperbolehkan sesuai keinginan peserta selama tempatnya masih buka yaitu Senin-Sabtu jam 9 pagi hingga 6 sore. Selain itu peserta tidak perlu membeli bahan kerajinan lagi jika bahan belum habis dipakai.

Sejak Februari 2009 ia membuat Mobil Kreatif, sebuah strategi yang mendekatkan diri pada konsumen. Mobil Kreatif beroperasi dari Senin-Sabtu dari jam 9 pagi hingga 5 sore. Sasaran utamanya adalah sekolah-sekolah yang mengijinkan mobilnya parkir di halaman mereka.

Gayatri Wailissa

Gayatri Wailissa
lahir 31 Agustus 1995 di Maluku, Ambon
meninggal 23 Oktober 2014
ayah: Deddy Darwis Wailissa
ibu: Nurul Idawaty

Deddy Darwis Wailissa, Gayatri Wailissa, Nurul Idawaty

PENDIDIKAN
-SDN 19 Waihaong
-SMPN 2 Ambon
-SMA Siwalima

PRESTASI
2002: Juara 1 Lomba bercerita dalam bahasa Ambon
2005: Juara 1 Lomba bercerita dalam bahasa Inggris
2006: Juara 1 Kompetisi Cerita Rakyat
2007: Juara Bertutur Kanak-kanak
2008: Juara 2 Lomba Cerpen Nasional
2009
- Juara 1 Lomba Cipta Puisi
- Juara 3 Lomba Baca Puisi Provinsi
2010
- Juara 1 Debat Konsep Pembangunan Daerah
- Juara 2 Karya Tarian Kreasi Baru
2011
- Juara Peragaan Busana Fashion Putri Daerah
- Nominasi 3 Besar Icon Busana Nasional
- Juara 1 Lomba Pidato di Hari Anak Nasional
2012
- Juara 2 Lomba Karya Ilmiah Sains Terapan
- Juara Medali Perunggu Olimpiade SAINS Astronomi
- Juara Karya Tulis Sastra Nasional
- Juara 1 Lomba Pidato Remaja Hari Kebangkitan Nasional
- Juara Esay Nasional "Hari Perdamaian Dunia"

PEKERJAAN
- Pimpinan Redaksi Majalah Anak (Suara Anak Maluku)
- Pengurus Forum Anak Maluku
- Ketua Forum Perdamaian (KAPATA DAMAI)
- Penerjemah Bahasa
- Pramuwisata
- Penulis Sastra (Puisi, Prosa, Novel)
- Instruktur Klub Teater
- Penyiar Radio Swasta-Siaran Anak
- Reporter/Presenter/Host - Icon Clip Documenter Film

BAHASA YANG DIKUASAI
-Inggris
-Spanyol
-Perancis
-Italia
-Jerman
-Belanda
-Rusia
-Arab
-Thailand
-Mandarin
-Jepang
-Korea
-Hindi Nepal


GOSIPNYA
Gayatri lahir dalam sebuah keluarga sederhana di Maluku. Ayahnya seorang perajin kaligrafi di pinggir jalan sedangkan ibunya seorang ibu rumah tangga biasa. GOSIPNYA ia mulai belajar bahasa asing secara otodidak ketika menonton film Tom & Jerry ketika berusia 10 tahun. Karena penasaran,  ia mempelajari tata bahasanya dari buku, pengucapannya dari film dan lagu, sedangkan kosakata ia hafalkan dari kamus.

Bersama sang ibu, ia pernah menemui Gubernur Maluku, Karel Albert Ralahalu. Ia sempat meminta Gubernur agar memberikan beasiswa serta percepatan ujian dini bagi dirinya namun Gubernur menolak permintaan ujian dini dan menyuruhnya mencari beasiswa lewat internet. Ia tidak putus asa dan meneruskan perjuangannya.

Perjuangannya tidak sia-sia dan namanya mulai mendunia kala berhasil masuk seleksi untuk menjadi duta anak, mulai dari tingkat provinsi hingga tingkat nasional. Dari situ, ia mengikuti seleksi kepribadian hingga kemampuan intelektual. Ia lantas masuk 10 besar dari ribuan siswa yang ikut seleksi sebelum terpilih mengikuti seleksi mewakili Indonesia menjadi Duta ASEAN untuk anak tahun 2012. Dalam forum Konvensi Hak-Hak Anak tingkat ASEAN di Thailand, ia mendapat panggilan doktor karena ia menjadi penerjemah para peserta dalam forum tersebut.

Menurut Gayatri kesuksesannya menjadi duta ASEAN tidak lepas dari doa dan dorongan kedua orangtuanya. GOSIPNYA hanya Wakil Gubernur Maluku yang membantunya saat mewakili Indonesia di Thailand. Ketika pemilihan Putri Indonesia, begitu banyak baliho dan pengumuman yang dipasang di seluruh kota Ambon. Namun, ketika ia pulang dari Bangkok hanya ayah dan ibunya yang menjemputnya di Bandara Pattimura. Baliho pun sudah tidak ada lagi di jalan-jalan kota Ambon.

Pada tahun 2013 ia kembali terpilih menjadi delegasi tunggal anak Indonesia dalam konferensi Asia Pasifik di Nepal dan menerima Anugerah Tunas Muda Pemimpin Indonesia. Pada 23 Oktober 2014, ia meninggal dunia di Rumah Sakit Abdi Waluyo, Jakarta Pusat karena pembuluh darah di otaknya pecah.

Donat Madu Cihanjuang

Pasar Gambir tahun 1922

Pada 31 Agustus 1898 untuk merayakan hari ulang tahun Ratu Wilhelmina, diadakanlah Pasar Gambir, sebuah pasar malam yang diadakan di Koningsplein (kini komplek Monumen Nasional), Batavia. Pasar Gambir lalu diadakan secara rutin setiap tahun pada pertengahan Agustus-September.

Pasar Gambir diramaikan oleh berbagai tontonan, pameran, rumah makan, dan pedagang kaki lima. Pada awalnya Pasar Gambir hanya berlangsung selama satu minggu tapi karena minat masyarakat sangat tinggi maka acara tersebut diperpanjang hingga dua minggu dari jam 10 pagi hingga 12 malam. Pada tahun 1906, jumlah pengunjung kegiatan ini tercatat mencapai lebih dari 75.000 orang baik dari dalam maupun luar Batavia dimana harga karcis untuk pribumi adalah 10 sen, sedangkan untuk orang Belanda sebesar 25 sen.

Pasar malam ini diberhentikan sejak tahun 1942 ketika Jepang menjajah Hindia Belanda. Pada tahun yang sama untuk menarik hati penduduk, Jepang mengganti nama Batavia menjadi Jakarta.

Suatu hari ketika menginspeksi kebersihan Monas pada tahun 1968, asisten Gubernur Djumatidjin mengusulkan ide pada sang Gubernur, Ali Sadikin, untuk mengembalikan Pasar Gambir dengan nama Djakarta Fair. GOSIPNYA pada acara tahun ini pula stan American Donut, mengenalkan donat yang digoreng dengan mesin otomatis sehingga kehadiran waralaba Dunkin Donuts pada tahun 1985 di Indonesia disambut dengan baik.

Pada tahun 2005 munculnya donat modern J. CO membuat Dunkin Donuts seakan terlupakan. GOSIPNYA pada awal pembukaannya, banyak orang rela mengantri lama hanya untuk membeli donat yang sangat harum tersebut. Warnanya yang jauh lebih beraneka ragam daripada donat Dunkin Donuts serta teksturnya yang begitu lembut ditambah rasa yang memanjakan lidah membawa gairah baru bagi kalangan pecinta donat di Indonesia.

Fanina Nisfulaily

GOSIPNYA melihat hal tersebut pasangan suami istri Ridwan Iskandar dan Fanina Nisfulaily membuka sebuah gerai donat di Jalan Cihanjuang 158 A Cimahi, Jawa Barat pada Mei 2010. Dengan memakai madu Sumbawa, mereka bereksperimen membuat donat madu yang berdesain dan berwarna menarik seperti donat J. CO.

Ridwan lalu mencoba mengembangkan usaha dengan cara kerja sama kemitraan. Tiga mitra pertama beroperasi di Depok, Bogor, dan Cinere dan ternyata ketiganya dipenuhi pembeli. Ridwan lalu mewaralabakan bisnisnya sejak April 2011 dengan biaya investasi 10 juta Rupiah yang telah termasuk atas penggunaan merek Donat Madu Cihanjuang, pelatihan karyawan, serta biaya promosi.

Setelah beroperasi, investor harus membayar biaya royalti sebesar 9 persen dari total omzet per bulan sedangkan kebutuhan lain seperti mesin pembuat adonan, interior gerai, etalase dan tempat usaha harus disediakan oleh para franchisee. Untuk bahan baku donat, disediakan oleh franchisor dengan biaya 7,5 juta Rupiah per bulan. Menurut simulasi hitungan Break Even Point (BEP) tahun 2013 ala Ridwan, seorang franchisee bisa mencapai BEP dalam waktu 5-6 bulan dengan cara menjual minimal 300 buah donat per hari yang akan menghasilkan omzet Rp. 900.000 atau setara dengan Rp. 27 juta per bulan.

GOSIPNYA hingga awal tahun 2013 Ridwan sudah memiliki 38 gerai cabang milik mitra dan 10 gerai cabang milik sendiri. Harga franchise pun terus meningkat dan kini telah menjadi Rp. 56,5 juta. Biaya itu telah termasuk franchise fee selama lima tahun, resep serta pelatihan senilai Rp. 20 juta sementara sisanya sebesar Rp. 26,5 juta dipakai untuk perlengkapan produksi dan bahan baku awal donat, sedangkan interior dan tempat usaha tetap ditanggung franchisee meski tidak lagi dipungut biaya royalti. Namun, bahan baku donat tetap harus berasal dari pusat demi menjaga kualitas donat.

Andianto Setiabudi

Manajemen Cipaganti Group

Keluarga Besar Andianto

PENCAPAIAN CIPAGANTI GROUP
-1994: Pemindahan Aset Hotel menjadi Perumahan Cipaganti Graha yang menjadi cikal bakal divisi properti, PT. Cipaganti Citra Graha didirikan yang kemudian hari menjadi Holding Cipaganti Group.
-1995: Membuka Rental Forklift yang menjadi cikal bakal unit bisnis Heavy Equipment.
-1998: Krisis III - Krisis Moneter seluruh divisi mengalami penyusutan.
-2000: Membuka Cabang Rental Mobil di Jakarta - Cikini (Cikini Raya No. 8) yang dilanjutkan dengan cabang Pondok Indah, Bekasi.
-2002
*Membuka Travel Door to Door Bandung.
*Membuka Koperasi Cipaganti Karya Guna Persada menjembatani kemitraan usaha bagi hasil.

-2004: Membuka Cabang Alat Berat di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
-2005: Membuka Cabang Alat Berat di Batulicin, Kalimantan Selatan.
-2006
*Membuka Cabang Alat Berat di Palangkaraya, Kalimantan Tengah.
*Membuka Shuttle Point to Point seluruh Jabodetabek dan Bandung.

-2007
*Membuka Cabang Alat Berat di Pekanbaru, Riau.
*Penambahan dua layanan usaha baru, yaitu: Tours - Airline Ticketing dan Courier Cargo.
*Cipaganti Otojasa Sebagai Layanan Transportasi Terpadu.

-2008
*Membuka BPR Syariah di Cimahi.
*Ekspansi Rental Alat Berat ke Kalimantan Timur.

-2009
*Dimulainya Implementasi ISO 9000-2008.
*Ekspansi Rental Alat Berat ke Banjar - Ciamis.

-2010
*Akuisisi PT. Grand Transportasi Sejahtera "Taxi Max", serta Launching Taxi Max di Jakarta dan bandung.
*Akuisisi PT. Starline "Stars Shuttle" Low Cost Shuttle.
*Launching Regular Taxi "Taxi Max" di Surabaya.
*Brand Management Cipaganti Group.
*Kick Off Mining Production di Kalimantan Timur.
*Pengembangan Tourism Business di Bali.

-2011
*Launching Buku Andianto Setiabudi, Bisnis Rental menjadi Korporasi Nasional.
*Ekspansi Rental Alat Berat ke Kalimantan Tengah.
*Akuisisi PT. Transportasi Lintas Indonesia "Transline" Luxury Shuttle.

-2012
*Launching Regular Taxi "Taxi Max" di Semarang.
*Ekspansi Target Market Penyewaan Alat Berat ke perkebunan, kehutanan, konstruksi dan infrastruktur.
*Pengembangan Produk Unit Usaha perjalanan wisata "Cipaganti Holiday".
*Restrukturisasi internal dari sebelumnya 3 (tiga) anak perusahaan menjadi 5 (lima) anak perusahaan.
*Memperoleh ISO 9001:2008 untuk sub-unit usaha shuttle dan travel serta sub-unit usaha rental kendaraan.
*Revitalisasi Call Center menjadi Sales Services Point.
*Pengembangan Produk Unit Usaha Cargo ke seluruh Jawa - Bali.
*Program Re-Branding Cipaganti untuk memperkuat Brand Arsitektur.
*Penetapan Segmentasi Layanan Shuttle dan Travel.
*Rencana penawaran umum perdana saham perseroan.

-2013: 5 Juni 2013, PT Cipaganti Citra Graha resmi menjadi perusahaan terbuka (tbk).

 Andianto Setiabudi
lahir 5 Desember 1962 di Banjarmasin
ayah: Rahmat Setiabudi (Lim Tek Tjoen)
ibu: Sri Makmuri Setiabudi (Thio Shio Lie)
istri: Yulinda Tjendrawati Setiawan
anak: Grace Mulyawan Setiabudi, Winston Mulyawan Setiabudi

bersama anak dan istri

GOSIPNYA
Andianto Setiabudi adalah anak bungsu dari empat bersaudara. Bisnis makanan ringan milik orangtuanya bangkrut sehingga pada tahun 1974 mereka memutuskan pindah ke kota Bandung. Orangtuanya kembali berbisnis makanan ringan sedangkan Andi melanjutkan pendidikannya di SD Agustinus. Ia lalu melanjutkan pendidikan di SMP dan SMA Aloysius. Ia lulus SMA tahun 1981.

Setiap berangkat sekolah ia selalu membawa banyak kue basah untuk dijual. Karena sering tidak laku, makanan yang dibawanya banyak yang basi sehingga orangtuanya merugi. Menyadari hal tersebut, orangtuanya beralih memproduksi berbagai macam makanan kering yakni: kue tambang, kacang sukro, dan kacang Bandung.

Pada 5 Mei 1982 Gunung Galunggung di Tasikmalaya meletus hingga 8 Januari 1983 sehingga membuat mereka kesulitan berbisnis karena bahan bakunya didapatkan dari Tasikmalaya. Pada tahun 1984 PT Indocipta Pangan Makmur meluncurkan produk makanan ringan baru, Chiki, yang menyedot pangsa pasar makanan ringan tradisional. Beruntung makanan ringan yang diproduksi Andi memiliki pangsa pasar tersendiri.

Ia lalu mulai menitipkan mobil-mobilnya di showroom mobil bekas milik temannya. Agar cepat diketahui konsumen, ia memasang iklan di koran. Tak disangka mobil bekasnya itu semuanya laku. Ia pun mulai berbisnis jual beli mobil sambil berjualan makanan ringan merek Cap Panda dan Dua Udang pada tahun 1984.

Pada tahun 1986 ia meninggalkan bisnis makanan ringan dan berfokus pada jual beli mobil. Awalnya, ia hanya menjual sekitar 5 atau 6 unit mobil bekas dengan nama Cipaganti Motor yang merupakan jalan tempat usaha sederhana miliknya yang terletak di jalan Cipaganti nomor 84. Bisnisnya maju pesat dan hingga tahun 1991 ia sudah memiliki 5 showroom mobil bekas di jalan Cipaganti, Cihampelas, Abdul Muis (kini Pungkur) dan menjual sekitar 150 unit per tahun.

Tahun 1991 suku bunga bank rata-rata mencapai 22% sehingga harga mobil bekas turun drastis. Ia lalu menyewakan puluhan unit mobil yang dimilikinya sedangkan beberapa bangunan showroom-nya yang belum selesai didirikan diubah menjadi hotel.

Pada tahun 1994 ia bekerjasama dengan salah satu rekannya untuk mendirikan perumahan. Perumahan tahap pertama di Ciwastra, Bandung yang lebih dikenal dengan Cipaganti Graha I tersebut membuatnya meraup untung besar dan mendirikan PT Cipaganti Citra Graha.

Tahun 1995 ia mendirikan PT Cipaganti Heavy Equipment dan mulai menyewakan alat angkat barang berat bagi perusahaan-perusahaan besar di Bandung. Perusahaannya dipercaya oleh PT United Tractors milik Astra Group sebagai dealer utama untuk suku cadang kendaraan alat berat merek Komatsu.

Pada tahun 1999 ia membangun perumahan kedua di Ujung Berung yang lebih dikenal dengan Cipaganti Graha II. Tahun 2000 ia mulai masuk ke bisnis taksi, rental mobil dan bus travel. Untuk menaungi bisnis travelnya, tahun 2002 Koperasi Cipaganti Karya Guna Persada (KCKGP) didirikan. Pada tahun yang sama ia membangun perumahan kelas menengah ke atas di Jalan A.H. Nasution, Bandung dengan nama Cipaganti Dream Land. Tahun 2005 ia membangun perumahan Cipaganti Rahayu Regency di Cipamokolan Soekarno-Hatta, Bandung.

Ia lalu terjun ke bisnis batu bara. Di bawah bendera Cipaganti Inti Resources, ia mengelola pertambangan batu bara seluas 35.000 hektare. Sementara melalui PT Inti Jaya Prima Coal, ia menguasai Blok Melak di Kalimantan Timur seluas 1.300 hektare. Ia juga memiliki 6.000 hektare lahan tambang di Blok Bentian Besar di Bontang dan 5.600 hektare di Kutai.

Tahun 2006 jalan tol Cipularang selesai dibangun sehingga ia pun membuka layanan Shuttle Point to Point Bandung-Jabodetabek. Begitu pesatnya pelanggan travel shuttle ini membuat KCKGP mengubah sistem bisnis penitipan kendaraan dengan kemitraan dalam bentuk uang pada tahun 2007.

Investor dapat menyetor modal awal minimal Rp. 100 juta dengan persentase keuntungan yang bervariasi antara 1,6% - 1,95% per bulan (GOSIP lain bilang 1,4% - 2%) tergantung besarnya investasi. Semakin lama menyimpan uang, semakin besar pula persentase keuntungan yang diberikan tiap bulan. Kesepakatannya dana itu akan dikelola oleh koperasi untuk kegiatan perumahan, SPBU, transportasi, perhotelan, alat berat dan tambang. GOSIPNYA pada awal bermitra, dana investasi investor tidak semuanya digunakan untuk kegiatan usaha melainkan diberikan kepada marketing yang berhasil menarik investor baru sebesar 1,5% - 2%.

Tahun 2009 ia mulai terjun ke bisnis perbankan dengan mengakusisi BPR Dana Tijarah di Cimahi dan menggantinya menjadi BPR Cipaganti Syariah. Dalam waktu singkat BPR Cipaganti Syariah sudah memiliki 13 kantor cabang di Jabar dengan dana pengelolaan Rp. 260 milyar.

GOSIPNYA begitu agresifnya Andi terjun ke berbagai bisnis baru ternyata untuk menutupi kerugian bisnisnya. Pada awal tahun 2014 PT Cipaganti Global Corporindo (CGC) mulai gencar menjual saham-sahamnya ke publik (GOSIPNYA penjualan ini dilakukan untuk menutupi beban bagi hasil yang harus dibayarkan pada mitra-mitranya).

Hingga Mei 2014 KCKGP menghimpun dana dari 8.700 mitra sebesar Rp. 3,2 trilyun. Investor diberi janji bahwa dana akan dikelola untuk bisnis perumahan, pompa bensin, transportasi, perhotelan, alat berat, dan tambang. Rupanya dana disalurkan ke 3 perusahaan Andianto yakni PT Cipaganti Citra Graha (CCG), PT Cipaganti Global Transportindo (CGT), dan CGP.

Djulia Sri Redjeki Setiabudi (kanan)

Sejak Maret 2014 koperasi gagal membayar persentase yang dijanjikan pada mitra-mitranya sehingga banyak mitranya melaporkan Andi pada polisi sehingga polisi menahan Andianto (direktur utama CCG), kakak Andi, Djulia Sri Redjeki Setiabudi (komisaris utama CCG), dan istri Andi, Yulinda Tjendrawati Setiawan (bendahara CCG) pada Juni 2014.

Dr. Lie Agustinus Dharmawan

Dr. Lie Agustinus Dharmawan (Lie Tek Bie)
lahir 16 April 1946 di Padang
ayah: Lie Goan Hoey
ibu: Julita Diana (Pek Leng Kiau)
istri: Listijani Gunawan (Tan Lie Tjhoen)
anak: Lie Mei Phing lahir 29 April 1978
Lie Ching Ming lahir 9 November 1980
Lie Mei Sing lahir 16 September 1992

PENDIDIKAN
- SD Ying Shi, Padang
- SMP Katolik Pius, Padang
- SMA Don Bosco, Padang
- S1 Free University, Jerman
- S2 University Hospital, Cologne
- S3 Free University Berlin, Jerman

KARIR
1971: Pendiri Mahasiswa Kedokteran Indonesia di Berlin
1981-1984: Pengurus Perhimpunan Dokter Indonesia di Jerman
1985- sekarang: Aktivis gereja Katolik, Jakarta
2000-sekarang: Wakil Ketua INTI (Perhimpunan Indonesia-Tionghoa) DKI Jakarta
2000-sekarang: Kepala bagian bedah RS Husada, Jakarta
2000-2006: Kepala Serikat Karyawan RS Husada
2005-sekarang: Ketua INTI Pusat bidang kesehatan
2006-2009: Kepala Komite Medik RS Husada
2008-sekarang: Pendiri Yayasan Dokter Peduli / doctorSHARE

GOSIPNYA
Saat Lie berusia 10 tahun ayahnya meninggal. Ibunya yang tidak tamat Sekolah Dasar (SD) harus menghidupi dan menyekolahkan ketujuh anaknya yang masih kecil. Dari mencuci piring, mencuci baju, menyetrika, memasak, hingga membuat kue dilakoninya. Lie sempat membantu berjualan kue. Meski keadaan keluarganya miskin, ia malah mengagumi ibunya yang pantang menyerah. Ibunya berpesan, "Lie, kalau kamu sudah jadi dokter, jangan memeras orang kecil. Mereka akan membayar berapapun tetapi diam-diam menangis di rumah karena tidak ada makanan." Inspirasi ini melekat kuat dalam benak Lie.

Kala itu, Lie memang melihat betapa sulitnya masyarakat sekitar pergi ke dokter saat sakit. Kemiskinan membuat masyarakat terpaksa pergi ke dukun sebagai alternatif pengobatan. Lie pun pernah merasakan, saat nyawa adiknya tak tertolong karena penyakit diare akut dan terlambat ditangani oleh dokter. Hal itulah yang membuat Lie bertekad kuat menjadi seorang dokter. Saat menyampaikan cita-citanya menjadi dokter, seisi kelas tertawa. Selain belajar keras, setiap pukul enam pagi ia juga selalu berdoa di gereja yang dekat dengan sekolahnya. Doa yang sama selalu ia ulang selama bertahun-tahun: “Tuhan, saya mau jadi dokter yang sekolah di Jerman.”

Tahun 1965 Lie lulus SMA dengan prestasi cemerlang. Berulang kali ia mendaftar di Fakultas Kedokteran Universitas di Pulau Jawa, namun tidak diterima. Lie lalu diterima di Universitas Res Publica (URECA) yang didirikan tahun 1958 oleh para petinggi organisasi Badan Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia (Baperki). Namun, baru saja berkuliah beberapa hari, gedung kampus tersebut dibakar massa. Alhasil, ia tak dapat melanjutkan kegiatan perkuliahan. Lie pun memutuskan bekerja serabutan untuk membeli tiket pergi ke Jerman.

Tahun 1967 Lie mendaftarkan diri ke sekolah kedokteran di Berlin Barat, tanpa dukungan beasiswa. Ia mulai berkuliah di Fakultas Kedokteran Free University, Berlin Barat. Untuk memenuhi biaya kuliah dan kehidupan sehari-harinya, Lie bekerja sebagai kuli bongkar muat barang. Di lain kesempatan, Lie juga pernah bekerja di sebuah panti jompo yang salah satu tugasnya adalah membersihkan kotoran orang tua berusia 80 tahunan.

Lie tetap berprestasi meski sibuk bekerja sehingga ia mendapat beasiswa sedangkan uang hasil kerjanya ia gunakan untuk biaya sekolah adik-adiknya. Tahun 1974, Lie lulus kuliah dan mendapat gelar M.D. (Medical Doctor). Tahun 1978 Lie sukses menyandang gelar Ph.D. Setelah berjuang selama sepuluh tahun, Lie akhirnya lulus dengan empat spesialisasi yakni ahli bedah umum, ahli bedah toraks, ahli bedah jantung dan ahli bedah pembuluh darah.

Setelah enam bulan bekerja di Semarang, ia lalu pergi ke RS Rajawali, Bandung. Tahun 1988, Lie berkarir di RS Husada, Jakarta hingga saat ini. Kegiatan sosial pertama Lie sebagai seorang dokter bedah di Indonesia dilakukan saat mengoperasi secara cuma-cuma seorang pembantu rumah tangga tahun 1988. Selanjutnya, Lie juga terus mengupayakan bedah jantung terbuka (bedah di mana jantung dihentikan untuk dibuka dan diperbaiki). Bedah semacam ini melawan arus karena butuh peralatan yang lebih canggih dan mahal, namun harus dilakukan dalam operasi skala besar. Tahun 1992, Lie akhirnya sukses melangsungkan bedah jantung terbuka untuk pertama kalinya di rumah sakit swasta di Jakarta.

Jangankan berobat, jika makan sehari-hari pun sulit. Kesadaran ini menerpa batin Lie begitu kuat hingga akhirnya bersama Lisa Suroso (yang juga aktivis Mei 1998) mendirikan sebuah organisasi nirlaba di bidang kemanusiaan dengan nama doctorSHARE atau Yayasan Dokter Peduli pada tahun 2008. DoctorSHARE adalah sebuah organisasi kemanusiaan nirlaba yang memfokuskan diri pada pelayanan kesehatan medis dan bantuan kemanusiaan di berbagai wilayah Indonesia.

Pada akhir Maret 2009, Lie tengah melakukan operasi di RSUD Karel Satsuitubun, Pulau Kei Kecil, Maluku Tenggara. Di luar jadwal, datang seorang ibu bersama anak gadisnya yang berusia 9 tahun. Kedatangan tamu tak diundang itu diiringi erangan kesakitan yang terus mengalun dari mulut sang anak. Untuk sampai ke tempat itu, mereka harus menempuh perjalanan 3 hari 2 malam dari Saumlaki dengan kapal. Usai diperiksa, ternyata usus sang anak terjepit. Mestinya, gadis itu dioperasi 6-8 jam sejak ususnya terjepit. Jika tidak, ususnya bisa pecah dan berakibat fatal. Alih-alih menutup praktik pengobatan yang waktunya sudah habis, Lie langsung mengoperasi gadis malang itu.

Pada tahun 2013 bersama DoctorSHARE, Lie mendirikan Rumah Sakit Apung (RSA) Swasta, yang diberi nama KM RSA DR. LIE DHARMAWAN. Pelayanan medis dalam RSA dilakukan dengan cuma-cuma. Tujuan didirikannya RSA ini adalah untuk melayani masyarakat yang selama ini kesulitan mendapat bantuan medis dengan segera karena kendala geografis dan finansial, terutama untuk kondisi darurat, khususnya bagi masyarakat prasejahtera yang tersebar di kepulauan di Indonesia.

GOSIPNYA gagasan pembuatan rumah sakit apung ini sebenarnya sudah ada di benak Lie sejak tahun 2008, namun baru bisa direalisasikan tahun 2013. Lamanya proses ini disebabkan karena adanya pro dan kontra, apalagi referensi mengenai rumah sakit apung di Indonesia belum ada. Sebenarnya konsep rumah sakit apung di Indonesia sudah ada, namun milik tentara dan hanya digunakan ketika perang, sedangkan yang dimiliki swasta tidak ada. Maka lewat yayasan doctorSHARE yang ia dirikan, Lie berupaya menggalang bantuan, baik moral maupun material untuk mewujudkan idenya.

Selama 4 tahun menyelesaikan proyek rumah sakit apung ini, tim doctorSHARE awalnya sulit menemukan jenis kapal yang sesuai. Beberapa jenis kapal dipertimbangkan untuk dicoba, termasuk kapal tongkang, namun dianggap tidak layak karena badannya terlalu lebar. Dari segi bahan juga demikian. Sempat diusulkan menggunakan kapal berbahan fiber, namun urung karena mudah pecah ketika menabrak. Akhirnya diputuskan menggunakan perahu nelayan yang sederhana karena dianggap lebih memadai. Setelah jadi, kapal itupun berganti nama menjadi 'Floating Hospital'.

Disebut kecil karena Floating Hospital ini sejatinya adalah kapal berukuran panjang 23,5 meter, lebar 6,55 meter dan bobot mati 114 ton. Kapal ini terbagi menjadi tiga dek. Dek atas untuk nahkoda dan tempat para relawan, dek tengah berisi ruangan steril dan ruang operasi, dek bawah adalah laboratorium.

Pembangunan rumah sakit ini menghabiskan dana Rp. 3 milyar dari rencana semula Rp. 6 milyar. Dana tersebut sepenuhnya diperoleh dari sponsor. Menurut Lie, ada sponsor yang menyumbang dengan cara memberikan diskon untuk peralatan dan perlengkapan yang diperlukan, jadi bisa menghemat biaya sekian banyak. Sebagai pilot project, kapal ini melakukan pelayaran perdananya selama 4,5 jam untuk menempuh pulau Panggang, kepulauan Seribu pada 16-17 Maret 2013. Di kapal itu, 25 dokter dan 25 orang relawan yang disiapkan mengobati 320 warga, 15 pasien bedah minor, dan 5 pasien bedah mayor.

Dalam sehari, Lie berhasil melakukan 3 operasi di atas kapal. Walau kapal sesekali bergoyang karena ombak, Lie bisa melakukan operasi dengan baik. Direncanakan akan ada 15 pasien yang menjalani operasi bedah di atas kapal, sedangkan penyuluhan kesehatan dilakukan di Balai Karang Taruna. Ada beberapa kendala yang ditemui dalam pelayaran pertama Floating Hospital ini, salah satunya adalah kecepatan kapal yang hanya 6-7 knot (11-13 km/jam), cukup lambat jika dibandingkan speed boat. Kendala lain adalah beberapa peralatan yang belum bisa dioperasikan seperti alat rontgen.

Masalah mesin tentu menjadi permasalahan yang cukup serius karena kapal ini direncanakan menjelajah daerah-daerah terpencil, lebih terpencil dari kepulauan seribu yang masih masuk dalam wilayah DKI Jakarta. Jadi bisa dibayangkan, sarana dan prasarananya tentu jauh lebih minim. Karena tidak memungut biaya dari pasien, Lie berharap bisa menjalin kerjasama dengan aparat-aparat setempat. Misalnya jika di suatu tempat sudah ada puskesmas, dokter setempat diharapkan bisa menjadi ujung tombak mencari pasien yang butuh pelayanan. Hal itu akan mempersingkat waktu singgah sehingga tim bisa melanjutkan ke tempat lain.

Hengky Setiawan

Hengky Setiawan
lahir 7 Juli 1969 di Jakarta
ayah: Herman Setiawan
ibu: Lanny

GOSIPNYA
Ketika kuliah jurusan Ekonomi di Universitas Tarumanegara, Jakarta tahun 1989, Hengky iseng-iseng berjualan ponsel Nokia NMT bekas ke teman-temannya. Ponsel seharga Rp. 5 juta tersebut laku terjual Rp. 7 juta. Dalam sebulan ia mampu menjual 5 ponsel bekas dengan laba 2 juta per ponsel.

Tahun 1990 PT Komselindo memotori perkembangan operator ponsel Advanced Mobile Phone System (AMPS). Ketika itu para dealer ponsel harus memakai sistem purchase order (PO) ketika membeli ponsel Motorola. Satu PO harganya Rp. 15 juta dan barang baru dikirim 1-2 bulan berikutnya.

Hengky ikut-ikutan berjualan PO dan dari jual-beli kertas PO itu saja, ia berhasil meraup keuntungan Rp. 1 juta per lembar PO. Kala itu ia bisa membeli satu buku yang berisi 25 lembar PO, sehingga mengeruk untung Rp. 25 juta sebulan. Pada bulan-bulan berikutnya ia berhasil menjual tiga buku PO dengan keuntungan Rp. 75 juta sebulan. Saat itu kebetulan ada dealer yang menjual izin dealership-nya sehingga ia langsung mencaploknya karena hampir dua tahun hanya berstatus calo ponsel.

Prestasinya itu ternyata menarik perhatian Star Express, distributor ponsel Motorola. Ia disarankan membentuk perseroan terbatas sehingga ia lalu mendirikan PT Setia Utama Telesindo pada tahun 1992 dengan investasi awal Rp. 100 juta. Pada tahun 1992-1993 pemasaran ponsel AMPS secara nasional stagnan. Ada produk yang tidak laku di pasar: bag phone, yaitu telepon yang ditenteng seharga Rp. 10 juta per unit. Ketika dealer lain menyerah, ia malah mampu menjual ratusan unit bag phone. Star Express senang sehingga ia diberi harga diskon spesial.

Ketika merangkap jadi dealer Satelindo dan Telkomsel pada tahun 1996-97, Satelindo mengeluarkan program Satelindo Direct dan menjanjikan komisi pada para dealer. Karena lama tidak kunjung dibayar, para dealer kesulitan keuangan karena hanya disubsidi penjualan ponsel saja. Akibatnya, banyak dealer yang tutup dan rugi, termasuk Hengky. Ia lalu memutuskan hubungan bisnis dengan Satelindo. Pada tahun 1997 XL ikut meramaikan industri teknologi GSM dan ia pun segera menjadi dealer penjualan voucher XL.

Setelah menjadi sarjana ekonomi ia makin agresif. Pada tahun 1999-2001 kartu ponsel mulai menjadi tren. Penjualan voucher Telkomsel paling mencolok di antara tiga operator di pasar (GOSIPNYA sih karena sinyal Telkomsel paling luas di Indonesia). Hengky meraup untung besar saat itu karena harga voucher senilai Rp. 250 ribu bisa laku Rp. 700 ribu. Ia lalu membuka gerai baru di Jalan Radio Dalam dan Megamal Pluit dengan nama Telesindo. Setelah Singapore Telecom (SingTel) masuk ke Telkomsel tahun 2002, mulai banyak terjadi perubahan yang mempengaruhi pola pikirnya sebagai pebisnis.

SingTel mentransfer pengetahuan dan mengubah paradigma dealer dan distributor. Distributor diwajibkan membuka toko sebanyak-banyaknya dan menyebar. Distributor yang tidak sanggup dipersilakan mundur. GOSIPNYA ketika itu ia disuruh SingTel membuka 30 gerai. Meski memberatkannya tapi karena produk Telkomsel laku keras, ia mampu membuka gerai melebihi target, yaitu 40 gerai. GOSIPNYA ketika itu ia adalah raja se-Jabotabek dengan jumlah toko terbanyak.

Pada 2003-04 SingTel kembali memaksa para dealer membuka jaringan toko di semua kota besar di Indonesia. Hengky menyiasatinya dengan membuka dulu di ibukota. Setelah sukses dengan jaringan di seluruh kota besar di Indonesia, SingTel menyuruh para dealer membuka gerai di tingkat kabupaten. Hengky kembali memasang strategi dengan hanya membuka toko di kabupaten besar. Gerainya merajalela sampai ke kabupaten-kabupaten di Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Sulawesi, serta Papua. Pada tahun 2006-07 total ada 400 gerai Telesindo Shop di seluruh Indonesia, belum termasuk jaringan 300 subdealer dimana satu subdealer membawahi 100 toko kecil (reseller). Jika ditotal, Telesindo Shop membawahi 400 gerai milik sendiri, 300 subdealer, dan 30 ribu reseller.

Untuk membuka sebuah gerai dibutuhkan dana investasi Rp 100-300 juta, dan Break Even Point (BEP) tiap gerai rata-rata diraih dalam dua tahun. Sumber pembiayaan ekspansi Hengky adalah perbankan. Jumlah karyawannya di seluruh Indonesia mencapai 2.000 orang dengan rincian 70% pegawai sendiri dan 30% karyawan kontrak yaitu Sales Promotion Girl (SPG). Caranya menjalin komunikasi dengan 400 gerai, 300 subdealer dan 30 ribu reseller adalah dengan sistem komputerisasi yang sudah saling terhubung secara online di seluruh Indonesia. Di tiap kota ia memiliki manajer cabang yang melaporkan kinerjanya kepada 12 General Manager (GM) di Jakarta. Hengky tinggal memanggil para GM untuk dimintai laporan bulanan.

Pola kerjasama Telesindo Shop dengan para subdealer dan reseller bersifat win-win solution. Jika harga naik, ia tidak mendadak menaikkan dengan drastis, tapi perlahan-lahan sehingga subdealer dan reseller menjadi nyaman. Ia juga memberikan hadiah bagi mereka yang berprestasi, seperti jalan-jalan ke luar negeri dan barang elektronik dengan syarat para subdealer mampu menjual di atas Rp. 250 juta per minggu dan reseller harus menjual di atas 50 buah kartu voucher apa saja setiap hari. Dengan cara ini kerjasama mereka menjadi langgeng. Sebagai contoh adalah Anton Hidayat yang bekerjasama dengan Hengky sejak tahun 2003. “Waktu itu saya mendapat informasi dari teman, lalu saya melamar ke Telesindo. Syukurlah, diterima, karena toko kami dinilai memenuhi syarat,” ujar pemilik gerai Christ Seluler itu. Lokasi gerai Anton di ruko dua lantai seluas 4x4 m² di kawasan Taman Palem, Jakarta Barat.

Sejak 2007 Hengky mulai memborong banyak lokasi atau bahkan seluruh lantai di mall dan selanjutnya dijual lagi secara ritel kepada relasinya untuk berdagang ponsel dan voucher. Selain berdagang tempat, ia juga mendagangkan dirinya sendiri. Wajahnya kerap menghiasi iklan produk ponsel di media cetak nasional dan papan-papan iklan di Jakarta dan kota besar lainnya. Iklannya yang paling sering adalah pada iklan ponsel TiPhone karena ia mengambil alih TiPhone sejak tahun 2010. Hebatnya dalam 8 bulan sejak ia ambil alih, TiPhone berhasil berada di posisi tiga besar nasional dengan menyingkirkan 168 merek lokal.

Pada 2008 Telesindo berhasil mencatatkan omzet fantastis: Rp. 4,6 trilyun lebih per tahun. Rinciannya: voucher Telkomsel Rp. 3,5 trilyun, XL Rp. 1 trilyun, dan Telkom Flexi Rp. 100-200 miliar dengan profit 1-3,5%.

Tidak hanya berbisnis voucher, ia juga berbisnis Mercedes klasik secara tidak sengaja. Peristiwanya dimulai pada tahun 2006 ketika ia membeli Mercedes tahun 1969 seharga Rp. 40 juta. Ia merasa tertipu karena hampir seluruh bagian ternyata harus diganti hingga ia harus merogoh kocek sekitar Rp. 100 juta untuk memperbaikinya. Tapi ia menyadari nilai jual Mercedes klasik tidak seperti mobil biasa: semakin tua harganya semakin tinggi. Mercedes 1969 nya pun sudah ada yang menawar hingga Rp. 200 juta. Mobil tua lain miliknya yaitu Mercedes SL juga melambung dari harga beli sekitar Rp. 300 juta, sudah ada yang menawar Rp. 2 milyar.

Meski demikian, bagi yang ingin mencoba investasi seperti ini ia mengingatkan perlu dana, waktu dan energi ekstra karena untuk memperbaiki satu Mercedes klasik bisa memakan waktu 2-3 tahun karena mencari suku cadangnya cukup sulit. Tidak hanya mencari ke pedagang-pedagang barang bekas di berbagai daerah, ia juga sering pergi ke Jerman untuk mencari barang-barang yang ia butuhkan. Karena kesulitan itulah, ia tidak berniat menjual Mercedes-nya cepat-cepat.

Rebecca Ingrid Gunawan

Rebecca Ingrid Gunawan (kuning)

Rebecca Ingrid Gunawan (kiri)

GOSIPNYA
Rebecca Ingrid Gunawan lahir tahun 1979 di Bandung. Ia adalah seorang perancang busana yang lebih dikenal dengan nama Rebecca Ing. Ia adalah lulusan fakultas Manajemen Ekonomi dari Universitas Parahyangan Bandung dan Bahasa Inggris dari Universitas Maranatha Bandung. GOSIPNYA ia belajar secara otodidak bagaimana merancang dan menjahit dari sang ibu yang memiliki usaha bridal dan garmen.

Suaminya adalah Husein Wirtaja Komara, seorang pria kelahiran tahun 1970 yang memiliki PT Agra Dipa Raharja. PT Agra Dipa Raharja menaungi Red Guard Security, sebuah perusahaan di Jl. Otto Iskandardinata 17 Bandung yang menawarkan jasa pengamanan profesional. Ia menikah dengan Husein pada tahun 2005.

Atas dorongan suami dan teman-temannya, pada tahun 2006 ia membuka butik di Jalan Pudak 15 Bandung dengan modal 300 juta Rupiah yang sebagian besar ia alokasikan untuk promosi melalui fashion show dan beriklan di majalah. Pangsa pasarnya adalah kalangan menengah-atas. Gaun pesta rancangannya dibanderol 3-20 juta Rupiah, sedangkan gaun pengantin 8-35 juta Rupiah. GOSIPNYA Ingrid pernah menjadi salah satu desainer Miss Indonesia 2012.

Belum sempat mewujudkan impiannya membuka butik di Eropa, ia dan suaminya bertengkar hebat hingga menyatakan cerai secara lisan tahun 2011. Perceraian keduanya sudah disahkan di pengadilan pada 8 Maret 2012. Tapi setelah itu GOSIPNYA mereka bertengkar lagi memperebutkan hak asuh anak. Ingrid mengajukan banding atas putusan pengadilan yang memberikan hak asuh anaknya yang masih berusia 2,5 tahun pada Husein.

GOSIPNYA karena Husein kerap mengancam Ingrid dan meminta gugatan itu dibatalkan, pada awal April 2012 ia bertemu dengan seorang pembunuh bayaran, Agustinus Otniel Maitumu di sebuah rumah makan di Paskal Hyper Square. Esok harinya mereka kembali bertemu di tempat karaoke di kawasan Cihampelas. Saat itu Agustinus meminta Rp. 10 juta sebagai biaya konsultasi kepada Ingrid. Pada pertemuan berikutnya di tempat karaoke yang sama, Agustinus menawarkan dua cara menyelesaikan masalah: dianiaya atau dibunuh. Agustinus meminta Rp. 200 juta untuk jasa membunuh.

Setelah berpikir selama satu hari, Ingrid memilih untuk membunuh suaminya. Ia lalu bertemu Agustinus di salah satu rumah sakit di Bandung dan menyerahkan perhiasan emas sebagai uang muka. Perhiasan itu laku dijual Agustinus 125 juta Rupiah. Ingrid akan membayar sisanya sebesar 90 juta Rupiah setelah Agustinus menjalankan misinya. Agustinus lalu meminta Dadang Solihin alias Dasol untuk memantau Husein.

Pada Kamis 3 Mei 2012, Ingrid mengontak Agustinus via ponsel dan mengatakan Husein bakal datang ke rumahnya di Jalan Kapten Tendean 55, Bandung pada Jumat 4 Mei sekitar pukul 09.00 WIB. Dalam komunikasi itu Ingrid menanyakan kapan misi Agustinus akan dilakukan. Jumat pagi, Ingrid kembali menelepon Agustinus. Ia menyampaikan Husein bakal tiba pukul 10.00 WIB. Berbekal pistol FN berkaliber 9 mm, Agustinus meluncur sendirian ke Jalan Kapten Tendean menggunakan mobil rental Avanza bernopol D 1838 PC yang disewa adiknya berinisial DA di kawasan Margahayu Raya, Bandung.

Sekitar pukul 10.20 WIB Agustinus menembak mobil Land Cruiser bernopol D 1 EB yang dikendarai Husein dan sedang terparkir. Peluru membolongi dada kanan dan leher kiri Husein. Pada kaca depan sopir ditemukan dua lubang bekas tembakan. Polisi menemukan pistol itu tertinggal di bengkel khusus mobil Mercedes di Jalan Buah Batu, Bandung. Pada Selasa 15 Mei 2012, Agustinus mengajak Ingrid bertemu di tempat karaoke yang sama saat merencanakan pembunuhan. Ingrid lalu menyerahkan uang Rp. 90 juta.

Polisi menyelidiki kasus tersebut dan melalui tim khusus yang dipimpin Kasatreskrim Polrestabes Bandung AKBP Wijonarko dan Wakasatreskrim Kompol Agus Masloman berhasil meringkus Agustinus, Ingrid, dan Dasol pada Selasa 29 Mei. Polisi membekuk Agustinus di toko emas Jalan Pasirkoja, Bandung. Ingrid ditangkap di rumahnya di Jalan Kapten Tendean 55.

Setyabudi Tedjocahyono

Pada Selasa 5 Februari 2013 Hakim Ketua Setyabudi Tedjocahyono menyatakan, "Membebaskan terdakwa dari dakwaan primer dan juga dakwaan subsider, serta mengembalikan hak-hak terdakwa seperti dahulu,". Dalam uraiannya, majelis hakim menyatakan bahwa tidak ada satu alat bukti pun yang menunjukkan adanya suruhan dari Ingrid pada Agustinus untuk melakukan pembunuhan pada Husein. "Keterangan yang berkenaan dengan pemberian uang, perhiasan dan handphone dari Ingrid pada Agustinus tidak ada kaitannya dengan niat menghilangkan nyawa seseorang melainkan sebagai upah untuk pengawalan," ujar hakim.

Unsur-unsur dalam dakwaan primair dan subsidair yaitu pasal 340 tentang pembunuhan berencana dan pasal 338 jo 55 ayat 1 ke 2 tentang perbuatan yang menghilangkan nyawa seseorang pun dinyatakan tak terbukti. "Terdakwa tidak memiliki niat atau mengetahui atau menghendaki korban meninggal dunia. Perbuatan Agustinus untuk menembak mobil, murni niat dirinya sendiri melihat mobil korban terparkir," tutur Setyabudi.

Kedua terdakwa lain, Dadang Solihin dan Hendi Mulyadi, juga diberikan hal serupa. Keduanya tidak terbukti seperti apa yang disanggahkan. Untuk terdakwa Agustinus yang merupakan eksekutor, hakim memvonisnya dengan hukuman 8,5 tahun penjara karena terbukti memenuhi unsur pasal 338 KUH Pidana yakni menghilangkan nyawa orang lain.

Pada Selasa 17 Desember 2013 Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Bandung yang dipimpin Nur Hakim dengan 2 hakim anggota Barita Lumban Gaol dan Basari Budhi menjatuhkan vonis pidana selama 12 tahun penjara dan denda Rp. 200 juta yang jika tidak dibayar harus diganti dengan kurungan selama 3 bulan pada Setyabudi Tedjocahyono, hakim yang menangani perkara banding kasus korupsi dalam pengurusan dana bantuan sosial Pemerintah Kota Bandung.

Setyabudi menerima uang Rp. 150 juta di ruang kerjanya dari Asep Triyana, kurir utusan Toto Hutagalung (ketua ormas Gasibu Padjadjaran), yang juga tangan kanan Wali Kota Bandung saat itu, Dada Rosada. Sebelum tertangkap, Setyabudi secara berkelanjutan telah menerima uang suap dari Dada, Edi Siswadi (Sekretaris Daerah Pemkot Bandung), dan Herry Nurhayat (Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah) melalui Toto dan Asep. Uang diserahkan di rumah Toto, Hotel Grand Serela, dan kafe Bali. Ia disuap untuk mempengaruhi putusan perkara korupsi dana Bantuan Sosial Kota Bandung agar tidak melibatkan Dada Rosada, Edi Siswadi, dan Herry Nurhayat.

Handy Sundjaja

Handy Sundjaja

Handy Sundjaja, Oesman Sundjaja, President PT Samsung Electronics Indonesia Jae Hoon Kwon

CABANG LOG IN
-Jl. ABC 44-46, Bandung telp. 022-420 5882
-Jl. Raya Cimindi 168, Cimahi telp. 022-601 1014
-Jl. Dr. Cipto Mangunkusumo 141, Cirebon telp. 0231-833 6899

GOSIPNYA
Handy Sundjaja lahir pada tahun 1974 di Bandung. Pada tahun 1976 orang tua Handy membuka toko elektronik Serba Agung di Jalan ABC, Bandung. Sejak duduk di kelas 2 SD Bina Bakti Bandung, ia mulai berdagang kartu Natal yang diambil dari kakaknya. GOSIPNYA saat itu usahanya sudah beromzet sekitar 1,2 juta Rupiah.

Bakat dagangnya semakin terasah ketika ia masuk SMP pada tahun 1987. Ia menabung uang jajannya untuk memulai bisnis parcel. Target pasarnya adalah vendor langganan ayahnya. Dengan modal Rp. 12.000 per unit, parcel buatannya laku dijual Rp. 30.000. Untuk memperkuat bisnisnya, ia mengajak teman-temannya untuk menangani operasional sedangkan ia mengurus penjualan. GOSIPNYA omzetnya saat itu mencapai 38 juta Rupiah.

Sebelum mewarisi usaha orang tua pada tahun 1996, ia wajib magang terlebih dulu di toko ayahnya. Mulai dari posisi penjual keliling hingga pengantar barang pun dijalaninya sebelum akhirnya menggantikan posisi ayahnya mengendalikan toko secara penuh. Ia segera melakukan pembenahan signifikan di tokonya terutama di bidang sumber daya manusia, penjualan serta operasional. Keputusannya tersebut membuat omzet penjualan meningkat hingga puluhan kali lipat.

Pada tahun 1997 terjadi krisis moneter yang puncaknya terjadi kerusuhan Mei 1998 di Jakarta dan membuat Presiden Soeharto lengser. Sebagian besar pedagang elektronik di Bandung tidak membuka tokonya, bahkan tidak sedikit yang menjual murah barang dagangannya karena khawatir kerusuhan akan menjalar ke Bandung.

Ia berpendapat lain dan malah melihatnya sebagai peluang untuk mengembangkan usaha. Ia tetap membuka toko meskipun pengunjung hanya dapat masuk melalui pintu yang tak sepenuhnya dibuka dan karyawan toko tidak sepenuhnya melayani pelanggan karena berjaga-jaga jika terjadi kerusuhan. Ia juga membeli stok barang elektronik dari beberapa toko di Bandung yang tutup dan Ciamis. GOSIPNYA saat itu ia merupakan salah satu dari segelintir pedagang yang meraup keuntungan besar.

Hingga tahun 2002, ia telah memiliki 7 toko elektronik yang semuanya berada di jalan ABC, Bandung. "Ini namanya strategi jala, kemanapun konsumen belanja selalu di tempat kita. Tentu dengan nama toko berbeda. Konsepnya memang different store jadi masing-masing toko punya penanggungjawab masing-masing," paparnya.

Ia bermimpi membuat sebuah toko berisi berbagai macam barang elektronik, sehingga pada tahun 2003 ia membangun Log In Store di lahan seluas 3.000 meter persegi di jalan ABC, Bandung yang dibuka secara resmi tahun 2009. Pada tahun 2013 toko itu berganti nama menjadi Log In Megastore. GOSIPNYA omzet Log In Megastore di Jalan ABC pada tahun 2013 mencapai 500 milyar Rupiah.

GOSIPNYA salah satu hal yang membuat Log In Megastore lebih dipilih konsumen dibanding toko lain adalah jenis barang dan pilihan merek yang lengkap, harga yang tertera dengan jelas, pelayan toko yang banyak dan selalu siap menjelaskan secara detil, produk dapat dicoba terlebih dulu sebelum dibeli, dan adanya Log In Mega Protection yang memberi asuransi selama setahun dari pencurian, kebakaran, tidak sengaja terjatuh / terlindas / terbentur, bencana alam, petir, kerusuhan, atau kerusakan karena air dengan biaya sangat terjangkau yaitu mulai dari 99 - 129 ribu Rupiah.

Pada Januari 2013 Log In Foundation yang merupakan yayasan nirlaba dan telah digagas sejak tahun 2008 diresmikan badan hukumnya. Log In Foundation mencanangkan tiga aktivitas utama. Pertama, Social Activity yaitu bantuan kemanusiaan, lingkungan, pendidikan dan kesehatan. Kedua, Smile Motivator yang merupakan tempat di mana anak-anak berkebutuhan khusus dilatih menjadi motivator. Ketiga, dimasa depan Log In Foundation berharap bisa mendirikan Healing Center, sebuah rumah sakit untuk layanan cuci darah gratis bagi penderita ginjal dan pusat rehabilitasi untuk orang-orang berkebutuhan khusus serta penyakit kelainan tulang.

Asep Haelusna

H. Asep Haelusna
lahir 15 Maret 1971 di Tasikmalaya
istri: Hj. Tati Halimatusyadiah
anak: M. Taufik Gifran lahir 1998
M. Zamzam Syahru Ramadhan lahir 2005
M. Azmi Husni Mubarraq lahir 2009
Azhima Zahra Humaira lahir 2013

CABANG USAHA
-Jalan Raya Andir Kulon 145, Nagreg Bandung Telp. (0262) 438145
-Jalan Raya Kadungora 245, Leles Garut Telp. (0262) 2458700
-Jalan Raya Cimaragas 95 Garut Telp. (0262) 238986

GOSIPNYA
Saat SMA ia masuk Sekolah Menengah Industri Kejuruan di Tasikmalaya. Ia mendapat beasiswa 3 tahun karena keluarganya tidak mampu membayar. Setelah lulus ia mendapat beasiswa PMDK (Penelusuran Minat Dan Bakat) untuk masuk ke Pendidikan Seni Rupa IKIP (kini UPI) Bandung. Untuk biaya hidup, ia dapatkan dengan mengerjakan berbagai proyek.

Awalnya ia memang suka melukis sehingga ia menggambar billboard, mebel hingga mendesain interior dan eksterior. Saking asyiknya, ia sempat cuti satu semester tapi karena dorongan orang tua, ia kembali kuliah hingga lulus.

Tahun 1994 ia mendapat pekerjaan membuat restoran yang membuat koneksinya ke bidang kuliner makin luas. Tahun 1999 ia diminta membuat setting untuk Rumah Strawberry di Parongpong. Ia sering memasak nasi liwet untuk makan bersama para pekerja di proyek. Suatu saat ketika sedang meliwet ia dihampiri seseorang yang sedang lari pagi. Karena nasi liwetnya enak, esoknya orang itu membawa banyak temannya sehingga akhirnya Asep mendirikan tenda di Rumah Strawberry dan ternyata laku keras.

Pada tahun 2006 ia menggadaikan mobilnya dan dengan modal 14,5 juta Rupiah ia membeli lahan 400 m² di Jalan Raya Andir Kulon, Nagreg untuk mendirikan saung Asep Stroberi dan mengandalkan nasi liwet sebagai menu utama. Saat itu saungnya hanya berupa dapur, musala, dan lima meja makan. GOSIPNYA saking terkenalnya nasi liwetnya, Perry Tristianto dan Ronny Lukito belajar membuat nasi liwet padanya.

Berbagai cara dilakukan Asep agar pelanggannya semakin setia dan puas. Ia melengkapinya dengan berbagai fasilitas seperti flying fox, kebun stroberi, naik perahu, memandikan kerbau, dan memancing ikan. Tingginya antusiasme masyarakat pada rumah makan dengan konsep 'back to nature' ala Asep, membuatnya membuka dua cabang lagi di wilayah Garut.

New Sophia


Hanny Sandrawati

Putri Melati

GOSIPNYA
Tahun 2001 Laniawati dan Hanny Sandrawati mulai usaha pia kecil-kecilan dengan menitipkan 30 pia ke warung. Perlahan-lahan kelezatan pianya menyebar dari mulut ke mulut sehingga pada tahun 2006 Hanny mulai membuka toko Top So-Phia setelah mendapat resep pia dari ibunya.

Dalam bahasa Mandarin, 'so' artinya gurih dan 'phia' artinya kue, jadi So-Phia artinya adalah kue gurih. Mereka tidak memakai nama bakpia karena 'bak' cenderung diartikan sebagai babi, meskipun arti sebenarnya adalah daging dalam dialek Hokkian.

“Kalau Bak Phia kan itu kue yang berlandaskan minyak bak atau babi harusnya, kalau kita sengaja mau yang halal biar lingkupnya banyak, makanya kita pake minyak sayur,” ujar Putri Melati, anak Hanny. Pengelolaan kini telah diserahkan pada Putri Mentari dan pasangan suami istri Putri Melati-Jati Suparto yang keduanya merupakan lulusan Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung (STPB). Jati merupakan lulusan  Management Divisi Kamar, sedangkan Putri lulusan Management Tata Boga.

Isi dalam pia dibuat berongga dan kulit pia dibuat sangat tipis berlapis-lapis sehingga sangat renyah dan empuk ketika dimakan. Pilihan rasa isi terdiri atas kacang hijau, nanas, coklat, keju, dan durian. Tekstur isi bakpia akan kering dan mudah hancur jika api terlalu besar tapi jika nyala api kurang besar, isi bakpia bisa keluar menembus kulit.

Tampilan So-Phia isi kacang hijau sengaja dibuat simpel tanpa tambahan taburan di atasnya. Setelah dioles kuning telur, langsung dioven. Untuk pia isi keju diatasnya diberi potongan keju. Untuk pia durian, diberi kacang mede. Untuk pia isi nanas ditaburi wijen, sedangkan untuk pia coklat ditaburi meises.

Top So-Phia yang telah berganti nama menjadi New Sophia terletak di Komp. BTN Pusdikajen Jl. Dharma C 35 Lembang, Bandung pindah dari lokasi lama yang terletak di Jl. Dharma C 10. GOSIPNYA kini pia Sophia telah menjadi salah satu oleh-oleh khas Bandung.

Selain di tokonya di Lembang, pia New Sophia bisa didapatkan di Tiara Swalayan, Setiabudi Supermatket, serta berbagai cabang toko Primarasa di Bandung. GOSIPNYA pada saat masa pandemi, penjualan mengalami penurunan drastis hingga 150 kotak per hari dari 350 kotak per hari pada masa sebelum pandemi. Saat lebaran GOSIPNYA bisa mencapai 700 kotak per hari.

Tahu Tauhid


CABANG TOKO
Jl. Cijeruk 113 Lembang Bandung Telp. 022-2787947
Jl. Sesko AU 20 Lembang Bandung Telp. 022-2784749

GOSIPNYA
Pada tahun 1985 Oteng Junaedi mulai berjualan tahu Lembang di pasar. GOSIPNYA ia pandai berdagang sehingga ia memiliki banyak pelanggan yang membuat usahanya cepat berkembang. Pada tahun 1990-an, ia membuka gerai tahu di jalan Cijeruk 113, Lembang. Pada tahun 2000 entah mengapa Oteng menginginkan nama Tahu Lembang diganti menjadi Tahu Tauhid. Setelah Oteng meninggal dunia, anaknya yang bernama Boy meneruskan usaha tahu ini.

Untuk orang yang baru pertama kali mencicipinya mungkin akan terasa seperti tahu Sumedang meski sebenarnya berbeda. Tahu Tauhid memiliki kelembutan dan kekenyalan yang khas, memiliki tekstur yang padat, dan tidak kosong dalamnya. Tahu Tauhid juga dijual dalam keadaan masih mentah dan masih tetap baik kualitasnya jika hendak dibawa sebagai oleh-oleh ke Jakarta. GOSIPNYA hal itu disebabkan proses pembuatan tahu sangat bersih dan steril. Bagi yang berminat, pengunjung dapat langsung menyaksikan pembuatan Tahu Tauhid di dalam kiosnya. Tahu ini bisa tahan hingga satu pekan jika disimpan di dalam lemari es.

Tahu Yun Yi


CABANG TOKO
-Jakarta
*Jl. Kesehatan Raya II Bintaro Telp. 021-7243835
*Jl. Kosambi Baru Blok H-3/28 Telp. 021-5411504 / 08164826785

-Bandung
*Jl. Jend. Sudirman 229 Telp. 022-6038352 / 022-6076028
*Jl. Kebon Kawung 48 Telp. 022-93728688
*Jl. Laswi 1 Telp. 022-92631688
*Jl. Cihampelas 103 Telp. 022-93395533
*Jl. Veteran 32 Telp. 022-93395533

-Cimahi: Jl. Raya Timur 506 Telp. 022-91842034
-Bogor: Jl. Baru Salabenda Telp. 0251-505081
-Semarang: Jl. Letjen Suprapto 130 Ungaran
-Bekasi: Jl. Teluk Angsana RT 7/7 Telp. 021-8824276 / 021-8824277

GOSIPNYA
Yun Yi diambil dari bahasa mandarin yang artinya bermanfaat atau beruntung. Perusahaan Tahu Yun Yi dirintis oleh Liauw Hon Tjan. Tahu Yun Yi telah ada di Indonesia sejak tahun 1940. Tahu Yun Yi digunakan oleh restoran-restoran terkenal maupun hotel-hotel berbintang di Bandung karena GOSIPNYA kualitas tahu Yun Yi merupakan salah satu yang terbaik di Bandung selain tahu Yun Sen. Karena merupakan salah satu yang terbaik, wajar jika harganya pun 4 hingga 5 kali lebih mahal dibanding tahu yang biasa dijual di pasar. GOSIPNYA pemilik Tahu Yun Yi masih memiliki hubungan keluarga dengan pemilik Tahu Yun Sen.

Tahu Yun Yi telah mendapatkan sertifikat dari BPOM dan badan penguji independen SUCOFINDO. Tahu Yun Yi juga telah mendapatkan sertifikat HALAL dari MUI (Majelis Ulama Indonesia).

Tahu Yun Sen



CABANG WARUNG TALAGA
- Paris Van Java, Glamour level D 11-12A, Bandung
- CiWalk Mall, LG Broadway SL02&L02, IB07, Bandung
- Summarecon Mal Serpong 2 (SMS), Downtown Walk DGF203, Serpong Tangerang
- Summarecon Mal Bekasi (SMB), Downtown Walk DW118, Bekasi
- Pabrik Tahu Talaga Yun Sen Jl. Jenderal Sudirman 227

GOSIPNYA
Pada tahun 1938 Liauw Pak Phin dan Ma Ilot dari Talaga Cikijing, Jawa Barat mendirikan Tahu Yun Sen yang berarti selalu sukses. Meski memiliki 10 anak, hanya Achmad Joeliman dan istrinya Marlina yang meneruskan usaha mereka. Semenjak dikelola oleh generasi ke-2, Tahu Yun Sen berganti nama jadi Tahu Talaga Yun Sen.

Sejak berdiri hingga kini, Tahu Talaga Yun Sen masih tetap membuat tahu tanpa pengawet maupun bahan bahan kimia. GOSIPNYA hal-hal inilah yang membuat Tahu Talaga Yun Sen menjadi salah satu tahu berkualitas terbaik di Bandung.

Pabrik tahu Talaga Yun Sen yang kini dikelola oleh generasi ke-3, Hendra Gunawan, lalu membuka Warung Talaga. Dengan konsep suasana sebuah 'warung', restoran ini banyak menyajikan makanan dan cemilan yang berasal dari tahu seperti Tahu Bodo, Tahu Gondrong, Tahu Kriuk, Tahu Gejrot, Tahu Buntel, Tahu Bulan Sabit, Tahu Jadul, Tahu Bletok, Tahu Sumpel, Tahu Bala, Tahu Pong, Tahu Gulung, Tahu Bule, Tahu Kancing, Samosa Tahu, dan lainnya.

PD Kijang Mas


GOSIPNYA
Sani Sanusi Tanu Wijaya awalnya berbisnis sepatu dan mebel. Ia lalu menjajakan bahan-bahan kue ke tiap toko roti dan kue di Bandung dan akhirnya malah membuatnya meninggalkan bisnis lamanya. Setelah 10 tahun, ia membuka toko di kawasan Dago dengan nama PD Kijang Mas. Tahun 1994 ia memindahkan toko ke Jalan Hariang Banga 6.

Untuk mengembangkan usahanya, ia membuka kursus membuat cake. Saat itu programnya belum terarah karena belum punya guru tetap sehingga kursusnya hanya sebulan sekali saja. Setelah beberapa tahun, baru ia mendapat seorang guru bernama Asep yang ahli di bidang cake, pastry, dan cokelat.

GOSIPNYA saat itu ia merasa malu berdagang bahan kue dan menyelenggarakan kursus masak karena menganggap hal tersebut adalah bidang kaum perempuan. Tapi pandangannya berubah ketika ia mengunjungi pameran Asia Food Festival di Singapura dan melihat para demonstrator-nya kebanyakan kaum pria. Ketika terjadi krisis ekonomi tahun 1997 peserta kursusnya malah membludak karena banyak orang di-PHK dan para ibu rumah tangga ingin memiliki penghasilan tambahan dengan membuka bisnis kecil-kecilan.

Waktu kursus dilakukan selama 4 jam dari pukul 10 pagi hingga 2 siang. Sistem kursusnya dilakukan dengan diberi teori dan didemokan oleh sang guru. Peserta boleh mencoba praktik tahap yang ingin dikuasai. Biasanya ada empat sampai lima resep yang diajarkan. Jumlah peserta per kursus dibatasi sampai dengan maksimal 30 orang. Meski membuka kursus, ia sering membagi resep gratis untuk para pelanggan setia tokonya.

Dengan menyelenggarakan kursus, toko bahan kue miliknya jadi lebih laris. “Para pemula yang tadinya hanya membeli bahan dalam jumlah sedikit buat coba-coba, lama-lama meningkat jumlah pembelian bahan bakunya. Dari sini ketahuan mereka membuat kue untuk berdagang. Kami senang ilmu mereka juga ikut berkembang,” tuturnya.

GOSIPNYA karena guru andalan Sani telah meninggal dan belum ada pengganti yang sepadan, banyak calon murid yang pindah ke lembaga kursus lain seperti Ny. Liem, Nessa, BBC, Ibu Cucu, dan lainnya.

Purwacaraka

Purwacaraka
lahir 31 Maret 1960 di Beograd, Yugoslavia
Ayah: Kolonel (Purn.) H. Soedjono Atmotenojo
Ibu: Hj. Soejarni Oesoep
Istri: Sri Susanti
Anak: Aditya Purwa Putra
Andrea Miranda Dwisanti Putri
Amanda Chitarra Utami Putri

CABANG USAHA
-Jakarta Barat
*Ruko Citra Garden II Blok 15 No. 8 Telp. 021-54394369
*Ruko Sentra Niaga Puri Indah Jl. Puri Indah Blok T4-15 Kembangan Selatan Telp. 021-58355812
*Taman Palem Lestari Ruko Pelangi Blok G No. 7 Cengkareng Telp. 021-55958206
*Jl. Mandala Raya 12-14 Tomang Telp. 021-5672385

-Jakarta Pusat
*Jl. Danau Tondano No. 12 Telp. 021-92322346
*Jl. Cempaka Putih Raya 20E Telp. 021-42888562
*Jl. Cikini Raya 58 U, Menteng Telp. 021-31937353 / 021-3905437
*Jl. Gunung Sahari Raya 60-63 Blok B No. 7 Telp. 021-4255011

-Jakarta Selatan
*Jl. Anggur II No. 1 Cipete Telp. 021-7512541 / 021-75905943
*Jl. Tebet Raya 48 B Telp. 021-8299762

-Jakarta Timur
*Ruko Buaran Jl. Raya Buaran A No. 103 Telp. 021 86602061
*Jl. Dewi Sartika No.165 B Cawang Telp. 021-80876659
*Jl. Jati Waringin Raya 21 Rawamangun Telp. 021-86601414
*Ruko Balai Pustaka A-5 Jl. Balai Pustaka Timur 39 Telp. 021-47863089
*Jl. Raya Bogor KM 24 No. 9 Telp. 021-8416696

-Jakarta Utara
*Ancol Art Academy (Galeri Pasar Seni) Jl. Lodan Timur 7 Telp. 021-6401005
*Jl. Gading Indah Raya Blok Ni-1 No. 9 Kelapa Gading Telp. 021-45844661
*Jl. Taman Pluit Murni IV M-8 Pluit Barat Telp. 021-66605355
*Jl. Griya Utama Blok AI No. 30 Sunter Agung, Kemayoran Telp. 021-6401451

-Depok
*Ruko Pasar Segar Cinere RB12 Jl. Cinere Raya No. 145 Telp. 021-29503410
*Jl. Margonda Raya No. 19 (Samping Prima Gama) Telp. 021-7765466

-Bogor
*Jl. Bangbarung Raya 8 Telp. 0251-8328879
*Jl. Batu Tulis 9 Telp. 0251-8384848
*Jl. Mayor Oking Jayaatmaja 63 Cibinong Telp. 021-87918667
*Jl. Raya Ring Road 126 Ruko Taman Yasmin Sektor VI Telp. 0251-7546106

-Tangerang
*Mall Bale Kota Jl. Jenderal Sudirman Telp. 021-29660851, 021-29660852
*Ruko Sentra Karawaci Jl. Roro Jonggrang No. 15-16 Perumnas II Telp. 021-5914552
*Taman Raya Blok K-1 / 7 Citra Raya Cikupa Telp. 021-5960738
*Ruko Golden Boulevard Tahap 2 Blok W2 No. 10-11 Jl. Pahlawan Seribu BSD City Telp. 021-53163510
*Atrium Bintaro Jl. Bintaro Utama 3A Blok A No. 4 Bintaro Jaya Sektor III Telp. 021-73690057
*Fifth Avenue Blok A-30 Gading Serpong Telp. 021-54220661
*Pamulang Permai Blok SH 21 No. 5 Telp. 021-7432423
*Ruko Metropolis Town Square GM 1 No. 15 Modernland Telp. 021-55780411
*Komp. Ruko Ciledug A2 No. 27 Jl. Hos Cokroaminoto 936Telp. 021-7314899

-Bekasi
*Jl. Kemang Pratama Raya Bekasi Ruko Kemang Pratama Blok AL / 10 Telp. 021-82411369
*Ruko Piccadilly Square Blok B/2 Jl. Sriwijaya Lippo Cikarang Telp. 021-89909484
*Harapan Indah Club Jl. Raya Harapan Indah Telp. 021-88973608
*Jl. KH Nur Ali 41 F Kalimalang Telp. 021-70205769
*Ruko CW (Citiwalk) 07 No. 15 Citra Grand Jl. Alternatif Cilengsi, Cibubur Telp. 021-29484500, 021-91273293
*Ruko Mutiara Gading 2 Jl. Raya Karang Satria Telp. 021-88377163
*Ruko Pasar Modern Grand Wisata Blok PR 5 No. 5 Telp. 021-29080087
*Ruko Sinpasa Blok A36 Jl. Boulevard Selatan Summarecon Bekasi Telp. 021-29450567

-Jawa Barat
*Jl. Bungur 25 Bandung Telp. 022-2032524
*Jl. Batununggal Indah VIII / 02 Bandung Telp. 022-7510959
*Jl. Taman Kopo Indah II Blok 3 A Bandung Telp. 022-5421475
*Jl. Mangga 12 Bandung Telp. 022-7208120
*Jl. Sriwijaya 44 Bandung Telp. 022-5222937
*Jl. SMP 17 Cimahi Telp. 022-6646817
*Jl. Perpustakaan 3 Sukabumi Telp. 0266-7075292
*Jl. Ampera Raya 36 Cirebon Telp. 0231-202429
*Jl. Sumber Sari Indah kav. 34 No. 8 Sumber Sari, Bandung Telp. 022-6032187
*Jl. LLRE Martadinata 27 D Tasikmalaya Telp. 0265-311202
*Jl. Guntur Sari Wetan No. 1 Buah Batu Bandung Telp. 022-7315598
*Metro Indah Mall Blok. I No 32 Bandung Telp. 022-7537479

-Jawa Tengah
*Ruko Thamrin Square B - 7 Jl. MH Thamrin 5 Semarang Telp. 024-3581711
*Jl. Dr. Setia Budi 119 Ruko A5 Semarang Telp. 024-7479377
*Jl. Pramuka 240 Purwokerto Telp. 0281-639539
*Jl. Jalak Barat 69 (Belakang Pacific Mal) Tegal Telp. 0283-340609
*Jl. Juanda No. 97 Sorogenen Solo Telp. 0271-653648
*Villa Seturan Indah Jl. Raya Seturan Kav. Madukismo 30 Yogyakarta Telp. 0274-9125559
*Jl. Monumen Yogya Kembali 126 Blunyah Gede Yogyakarta Telp. 0274-7413770
*Jl. Wiratama No. 10 Yogyakarta Telp. 0274-5305656
*Jl. Taman Siswa No. 88 Yogyakarta Telp. 0274-418446
*Jl. Bimokurdo No. 27 Yogyakarta Telp. 0274-9125999
*Jl. M.H. Thamrin No. 3A Manahan Solo Telp. 0271-7653333

-Jawa Timur
*Jl. Raya Margorejo Indah, Blok A 203 B Surabaya Telp. 031-8414520
*Ruko Mega Galaxy Jl. Kertajaya Indah Timur 14B/12A Surabaya Telp. 031-5990932
*Jl. Villa Bukit Mas RN / 20 Surabaya Telp. 031-5633470
*Komplek Ruko Grand City A-2 Jl. Raya Rungkut Madya Surabaya Telp. 031-8700336
*JL. Soekarno Hatta Ruko Taman Niaga A-15 Malang Telp. 0341-404979
*Jl. Kalimantan 18 Komplek Gresik Kota Baru (GKB) Telp. 031-3958917
*Sun City Blok A No. 3 Jl. Pahlawan Sidoarjo Telp. 031-8068276
*Jl. Mataram 1 Real Estate Milenia Jember Telp. 0331.411700

-Sumatera
*Jl. Nipah 3 C Berok Padang Telp. 0751-38876
*Jl. Slamet Riyadi 24 Medan Telp. 061-77817878
*Jl. Basuki Rahmat 1779D Palembang Telp. 0711-7083503
*Jl. Gatot Subroto 57 H Riau Telp. 0761-7702636
*Komp. Ruko Orchard Suite Blok B No. 1 & 2 Batam Centre Telp. 0778-472682
*Jl. Dr. Harun I No. 67 Kota Baru, Bandar Lampung Telp. 0721-250734
*Jl. Arifin Ahmad Pekanbaru Riau Telp. 0761-8419999

-Kalimantan
*Ruko Sentra Eropa Blok AA No. 9 Balikpapan Baru Telp. 0542-876980
*Jl. Wiluyo Puspoyudo 17 Balikpapan Telp. 0542-733827
*Jl. Gatot Subroto 87 A Banjarmasin Telp. 0511-3260128
*Ruko Grand Mahakam Regency, Blok A-08. Jl. KH. Syiraj Salman Samarinda Telp. 0541-7778688
*Jl. K.S. Tubun 22 Pontianak Telp. 0561-734041

-Sulawesi
*Jl. AP. Pettarani Ruko Diamond 16 Panakukang Mas, Makassar Telp. 0411-432943
*Jl. Sam Ratulangi 87 I Makassar Telp. 0411-872482
*Jl. Empat Belas Februari No. 123 Telling Atas, Lingkungan 4, Kec. Wanea Manado Telp. 0431-840394

-Bali: Jl. Raya Puputan II No. 51 Denpasar Telp. 0361-7909997
-NTT: Komplek Ruko Jl. Sriwijaya 398 Blok 4 Mataram, Lombok Telp. 0370-6573838

GOSIPNYA
Kakak kandung penyanyi Trie Utami ini mencintai musik sejak usia tujuh tahun. Ketika itu ia dibelikan sebuah piano oleh ayahnya yang seorang tentara dan belajar piano klasik di Bandung dari Alfons Becalef, seorang ahli piano berkebangsaan Hongaria. Meski ayahnya yang mengenalkan dunia musik padanya, ayahnya berpendapat bahwa menjadi seorang musisi bukanlah profesi yang tepat untuk masa depannya sehingga akhirnya ia memilih kuliah jurusan teknik industri di Institut Teknologi Bandung (ITB). Sulung dari tiga bersaudara ini menyelesaikan kuliahnya dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) di atas tiga. Ia menikah dengan Sri Susanti pada tahun 1981.

Setelah itu ia sering mengiringi para penyanyi top Indonesia bersama Big Band dan ditayangkan di TVRI. Ia juga sempat bekerja di sekolah musik Lori Organ selama 7 tahun sebelum akhirnya mendirikan sekolah musiknya sendiri, Purwacaraka Music Studio (PMS), dengan modal 12 juta Rupiah sebagai biaya sewa rumah di jalan Mangga, Bandung.

GOSIPNYA karena namanya sudah terkenal, ia mampu mendapat murid hingga 300 orang per tahun ketika itu. Meski begitu, sekolahnya masih kalah pamor dari Sekolah Musik Yamaha yang memang lebih dulu berdiri. Hal ini membuatnya mematok tarif lebih murah dari saingannya itu. Meski begitu, hingga tahun 2002 PMS baru memiliki 3 cabang: dua milik pribadi di Bandung dan satu di Jakarta hasil kerjasama dengan seorang musisi.

Koma Untoro

Pada tahun yang sama, seorang murid Entrepreneur University (EU) milik Purdi E. Chandra, Koma Untoro, berkenalan dengannya dan menawarkan sistem waralaba padanya (GOSIPNYA ketika itu Koma sedang mencoba teori BOBOL yang dipelajarinya di EU). Butuh waktu sekitar 6 bulan untuk mematangkan konsep waralaba yang diinginkan karena Purwa tidak mengerti waralaba sedangkan Koma tidak mengerti musik.

Akhir tahun 2002 mereka mulai menawarkan waralaba PMS yang ternyata hanya mampu menarik minat 10 investor karena banyaknya syarat dan besarnya modal yang harus dipenuhi. GOSIPNYA franchisee harus menyediakan modal 400 juta Rupiah dan lokasi harus disetujui oleh franchisor. Selain itu, guru juga harus diseleksi langsung oleh Purwa.

Munculnya Akademi Fantasi Indosiar tahun 2003 dan Indonesian Idol tahun 2004 membuat para remaja tiba-tiba menyerbu sekolah musik, termasuk PMS. GOSIPNYA Purwa dan Koma masing-masing mendapat 5% royalti per bulan dari tiap gerai. Hingga akhir tahun 2013 PMS telah memiliki 81 cabang di Indonesia.