Putera Sampoerna

Liem Seeng Tee & Keluarga

Siem Tjiang Nio & Liem Seeng Tee

Liem Seeng Tee (1893-1956)
istri: Siem Tjiang Nio
anak: Liem Swie Hwa (Adi Sampoerna) (1914-1984)
Liem Swie Ling (Aga Sampoerna)  (1915-1994)
Liem Swie Sien
Liem Swie Hwee
Liem Swie Kwang

ANAK USAHA PT HM SAMPOERNA
-Sampoerna International PTE LTD: Investasi Saham pada Perusahaan Lain
*Sampoerna Tabaccos America Latina LTDA: Manufaktur & Perdagangan Rokok
*Sampoerna Asia PTE LTD: Manufaktur & Perdagangan Rokok (+)
*Sterling Tobacco Corporation: Manufaktur & Perdagangan Rokok & Trading (++)
*Sampoerna Taiwan Corporation: Investasi Saham di Perusahaan Lain (+)
*PT Sampoerna Joo Lan SDN BHD: Manufaktur & Perdagangan Rokok (++)

-PT Handal Logistik Nusantara: Jasa Ekspedisi & Pergudangan (++)
-PT Taman Dayu: Pengembangan Properti
*PT Golf Taman Dayu: Wisata & Jasa Lapangan Golf

-PT Union Sampoerna Dinamika: Investasi Saham pada Perusahaan Lain (++)
-PT Wahana Sampoerna: Properti, Perdagangan dan Jasa (++)
-PT Harapan Maju Sentosa: Manufaktur & Perdagangan Rokok
-PT Persada Makmur Indonesia: Manufaktur & Perdagangan Rokok
*IBSA Singapore PTE LTD: Jasa (+)

-PT Perusahaan Dagang dan Industri Panamas: Distribusi Rokok (++)
*PT Asia Tembakau: Manufaktur & Perdagangan Rokok
*PT Agasam: Perdagangan & Jasa

-PT Sampoerna Printpack: Percetakan & Pengemasan
*Sampoerna Packaging Asia PTE LTD: Investasi Saham di Perusahaan Lain (+)

+ dalam proses likuidasi
++ perusahaan terbengkalai

GOSIP LIEM SEENG TEE & AGA SAMPOERNA
Liem Seeng Tee dilahirkan tahun 1893 di sebuah keluarga miskin di Fujian, Cina. Dia datang ke Indonesia tahun 1898 bersama kakak perempuan dan ayahnya, Liem Tioe. Tak lama setelah tiba di Indonesia, ayahnya meninggal karena malaria. Sebelum meninggal, kakak perempuannya diadopsi sebuah keluarga di Singapura sedangkan Liem dititipkan di sebuah keluarga Cina di Bojonegoro. Ia diasuh di sana hingga umur 11 tahun. Ia lalu berjualan makanan kecil di dalam gerbong kereta api jurusan Surabaya - Jakarta dengan cara melompat pada malam hari. GOSIPNYA ia pernah berjualan selama 18 bulan penuh tanpa istirahat. Di sana ia belajar meracik tembakau yang lalu dijual di stasiun kereta api.

Tahun 1912 Liem berjualan arang dengan sepeda tua yang dibeli dari hasil berjualan makanan kecil dalam gerbong kereta. Ketika berjualan, ia bertemu dengan seorang gadis Hokkian, Seem Tjiang Nio, dan menikahinya di tahun yang sama. Tidak lama setelahnya, ia mendapatkan pekerjaan sebagai peracik dan pelinting rokok di sebuah pabrik rokok di Lamongan. Belum lama ia bekerja, ia berhenti dan menyewa sebuah rumah kecil yang ia jadikan warung di Jl. Tjantian di Surabaya Lama. Istrinya berjualan makanan kecil sedangkan ia menjual rokok racikannya sendiri dengan berkeliling memakai sepeda.

Tahun 1913 Liem membeli rumah di Jl. Ngaglik, Surabaya untuk kemudian dijadikan home industry rokok kretek yang berbadan hukum dengan nama Handel Maatschappij Liem Seeng Tee yang lalu diubah lagi menjadi Handel Maatschappij Sampoerna. Perusahaan ini memproduksi rokok dengan aneka macam merek dagang seperti Dji Sam Soe / 234, 123, 720, 678, Welkomm, Summer Place, Dapoean, dan Djangan Lawan. Semua merek itu ditujukan untuk beragam segmen pasar, tapi andalannya adalah Dji Sam Soe yang membidik segmen pasar premium. GOSIPNYA nama Dji Sam Soe diambil berdasar jumlah karyawannya saat itu, 234.

Liem sengaja membangun rumah tinggal di dalam lingkungan pabrik agar ia dapat dengan seksama mengawasi operasional pabrik dan juga agar anaknya bisa belajar tentang bisnis. Selain itu, Liem berusaha untuk mendekatkan diri dengan para manajernya dan dengan adanya rumah tinggal di lingkungan pabrik, ia bisa mengajak para manajernya untuk makan siang bersama-sama dan hal ini pun menjadi sebuah tradisi perusahaan.

Pada awal tahun 1916, Liem ditawari memborong berbagai macam jenis tembakau dari perusahaan rokok yang bangkrut dengan harga murah, dengan syarat pembelian tersebut harus dilunasi kurang dari 24 jam. Ia beruntung karena secara diam-diam istrinya menabung dan menyimpan uang di salah satu tiang bambu rumahnya. Melalui perusahaan ini pasangan yang dikaruniai dua putra dan tiga putri ini melayani pesanan rokok dengan aneka citarasa dengan mesin pelinting sederhana.

Liem bertekad menjadikan perusahaannya sebagai “Raja Tembakau” dengan menempatkan huruf Cina 王 (raja) di depan produk unggulannya, Dji Sam Soe. Ia lalu menggabungkan 王 dengan 人 (orang) sehingga menghasilkan 美 (cantik) yang lalu ia gabungkan dengan 完 (selesai) di depannya sehingga menjadi 完美 (sempurna) yang diplesetkan menjadi Sampoerna. Dji Sam Soe dituliskan dengan angka 234 yang jika dijumlahkan adalah 9, yang merupakan angka keberuntungan Liem.

Usahanya ikut maju ketika jalan raya di depan rumah dilebarkan. Tapi musibah menimpa mereka ketika rumah mereka habis terbakar. Meski begitu mereka tidak putus asa dan memulai lagi usahanya. Liem mencapai kesuksesan besar tahun 1932 ketika berhasil membeli satu kompleks gedung panti asuhan dan gedung bioskop milik pemerintah Kolonial Belanda. Tempat tersebut lalu diubah menjadi pabrik Dji Sam Soe. Tempat itu kini bernama House of Sampoerna.

Tahun 1942 perusahaan ini sudah memiliki 1300 orang karyawan yang bekerja dua shift dan memproduksi lebih dari tiga juta batang rokok per minggu. Pertengahan tahun 1942 Jepang mendarat di Surabaya dan dalam waktu kurang dari enam jam, Liem ditangkap dan dibawa ke Jawa Barat untuk menjalani kerja paksa, sementara keluarganya kabur dan bersembunyi. Perusahaan rokok Sampoerna diambil alih oleh imperialis Jepang dan dijadikan tempat produksi rokok Jepang merk Fuji. Setelah Indonesia merdeka, harta Liem hanyalah keluarganya sendiri dan merek dagang Dji Sam Soe.

Liem memulai kembali usahanya dan membangkitkan lagi merek Dji Sam Soe. Perlahan tapi pasti usahanya kembali berkembang. Tapi ideologi komunisme berkembang dan memutuskan hubungan kekeluargaan dengan para karyawannya sehingga Liem tak bisa mengunjungi pabriknya untuk menyapa para karyawannya hingga ia meninggal tahun 1956.

HM Sampoerna mendapat tantangan besar sepeninggal Liem yakni ketika usaha itu dikelola oleh dua putri Liem, Sien dan Hwee beserta suami mereka. Tantangan itu adalah investor asing yang masuk ke Indonesia dan membangun industri rokok putih dengan teknologi mesin linting. Sementara itu dua putra Liem, Hwa lebih suka membuka usaha tembakau sedangkan adiknya Ling membuka pabrik rokok di Denpasar dengan merek Panamas yang GOSIPNYA menggerogoti pasar HM Sampoerna di Jawa Timur.

Khawatir akan nasib HM Sampoerna, Hwa menyurati adiknya dan memintanya mengambil alih perusahaan karena ia merasa usahanya sendiri tidak bisa dilepaskannya begitu saja. Ling memenuhi permintaan itu dan memindahkan Panamas ke Malang agar tidak jauh dari HM Sampoerna. Ling yang lebih dikenal sebagai Aga Sampoerna, ternyata membuat HM Sampoerna berkembang pesat.

Aga Sampoerna

Pada 19 Oktober 1963 nama perusahaan berganti lagi menjadi PT Hanjaya Mandala Sampoerna (PT HM Sampoerna). Tahun 1968 Sampoerna memperkenalkan produk barunya, Sampoerna Hijau. Tahun 1970 jumlah karyawan sudah mencapai 1200 orang, dengan produksi 1,3 juta batang rokok per hari. Tahun 1979 pabrik HM Sampoerna sempat terbakar habis, tapi dalam waktu 24 hari peredaran Dji Sam Soe sudah kembali normal. Aga Sampoerna meninggal dunia di Singapura pada tanggal 13 Oktober 1995.

Putera Sampoerna (Liem Tien Pao / 林天喜)
lahir 13 Oktober 1947 di Schidam, Belanda

istri: Kathleen C. Liem
lahir 1 September 1949 di Amerika Serikat

ANAK
Jaqueline Michelle Sampoerna

Jonathan Bradford Sampoerna
lahir 16 November 1972 di Houston, AS

Michael Joseph Sampoerna
lahir 23 Agustus 1978 di Houston, AS

Farah Khristina Sampoerna
lahir 4 Agustus 1977 di Houston, AS

PENDIDIKAN
Diocesan Boys School, Hong Kong
Carey Baptist Grammar High School, Melbourne lulus 1966
University of Houston, Texas, AS lulus 1969

KARIR
Presiden Direktur PT HM Sampoerna, 1986-2000
Presiden Komisaris PT HM Sampoerna, 2000-2005
Pendiri Putera Sampoerna Foundation, 2001-sekarang
Pendiri & CEO PT Sampoerna Strategic, 2005-sekarang

USAHA
-PT Sampoerna Agro
-PT Bank Sahabat Sampoerna (dulu PT Bank Dipo Internasional)
-UKM Sahabat
-PT Sampoerna Strategic Square
-PT Sampoerna Telekomunikasi Indonesia: Ceria (operator CDMA)
-Samko Timber Ltd.

GOSIPNYA
Setelah lulus dari University of Houston, AS, Putera membawa isterinya Kathleen, warga AS keturunan Tionghoa, ke Singapura untuk mengelola perkebunan kelapa sawit milik keluarga. Pada tahun 1970, ia bolak-balik Singapura-Indonesia karena ia juga aktif sebagai penasihat PT HM Sampoerna. Tahun 1977 ia masuk dalam jajaran pemilik saham. Tahun 1978 ia pindah dengan keluarganya ke Surabaya untuk fokus secara penuh pada PT HM Sampoerna. Akhir tahun 1980, Bank Sampoerna Internasional didirikan. Tahun 1986 ia ditunjuk sebagai CEO menggantikan ayahnya, Aga Sampoerna.

Tahun 1989 bersama Djoko Susanto, ia mendirikan supermarket Alfa Gudang Rabat yang merupakan cikal bakal minimarket Alfamart di Jl. Lodan no. 80, Ancol, Jakarta dengan modal Rp. 2 milyar. 60% Sahamnya dimiliki oleh Djoko dan sisanya dipegang olehnya. Supermarket itu didirikan untuk mendistribusikan rokok Sampoerna A Mild yang merupakan pelopor rokok mild (rokok rendah tar dan nikotin) di Indonesia.

Pada tahun 1990 Putera membuat keputusan kontroversial yang ditentang pihak keluarga yaitu membuat perusahaan go public. Pada 4 November 1992 Bank Sampoerna Internasional dijual pada Danamon dan lalu berganti nama menjadi Bank Delta (GOSIPNYA sih dijual karena mengalami masalah keuangan). Bulan Oktober 1996 Putera membeli 12,66% saham PT Astra International senilai 580 milyar Rupiah, tapi krisis moneter tahun 1997 membuat Astra bangkrut sehingga langkah membeli saham Astra dianggap sebuah kesalahan besar.

Bulan Maret 1997 Putera membeli 5,63% saham PT Indofood Sukses Makmur yang jaringan pasarnya terkenal luas sehingga distribusi rokok Sampoerna dapat dipasarkan dengan baik. Tahun 2001 ia mendirikan Putera Sampoerna Foundation (PSF) yang merupakan yayasan filantropi. PSF dipimpin oleh Jaqueline Michelle Sampoerna. Hingga kini PSF telah memberikan lebih dari 35 ribu beasiswa dan menyelenggarakan pelatihan untuk lebih dari 20 ribu guru dan kepala sekolah.

Pada Maret 2005 lagi-lagi ia mengambil keputusan kontroversial dengan menjual seluruh saham keluarga Sampoerna di PT HM Sampoerna sebesar 40% kepada Philip Morris International senilai Rp. 18,5 trilyun. Keputusan itu sangat mengejutkan sebab kinerja HM Sampoerna pada tahun 2004 dalam posisi sangat baik dengan memperoleh pendapatan bersih Rp. 15 trilyun dengan nilai produksi 41,2 milyar batang rokok dan menempati posisi ketiga perusahaan rokok terbesar di Indonesia yang menguasai 19,4% pangsa pasar, setelah Gudang Garam dan Djarum (GOSIPNYA hal itu dilakukan karena menurutnya masa depan industri rokok di Indonesia akan sulit berkembang sehingga perlahan-lahan ia mengubah bisnis intinya dari bisnis rokok ke agroindustri dan infrastruktur).

Tahun 2005 ia membeli gedung Danamon yang terletak di kawasan bisnis segi tiga emas di Jl. Jendral Sudirman Kav. 45, Jakarta yang dijadikan kantor perusahaan barunya, PT Sampoerna Strategic Square yang dipimpin oleh Michael Joseph Sampoerna. Lewat perusahaan itu, ia sempat berniat mengakuisisi PT Kiani Kertas, namun menolak melanjutkan negosiasi transaksi karena persyaratan yang diajukan Bank Mandiri dinilai tak sepadan.

Pada awal tahun 2006 Putera yang terkenal gemar berjudi, telah menjadi pemilik perusahaan judi raksasa yang bermarkas di Gibraltar, Mansion. Ketika itu Mansion dilaporkan akan menggantikan Vodafone sebagai sponsor klub sepakbola Manchester United selama empat tahun dengan nilai kontrak 60 juta Poundsterling namun kontrak tersebut ternyata batal. Mansion lalu beralih menjadi sponsor klub sepakbola Tottenham Hotspur sejak musim 2006-2007. Putera juga membeli kasino Les Ambassadeurs di London dengan harga 120 juta Poundsterling.
  
Boedi Sampoerna (1930-2011)

Pada 8 Agustus 2011, anak Adi Sampoerna yang juga mantan Presiden Komisaris PT HM Sampoerna meninggal dunia pukul 19.30 di RS Premier Surabaya karena kanker mulut. Meninggalnya Boedi membuat kasus skandal Bank Century kehilangan salah satu saksinya. Boedi merupakan nasabah terbesar dengan saldo simpanan sebesar 48 juta Dolar AS di bank yang kini bernama Bank Mutiara tersebut.

House of Sampoerna

Tiruan Warung Rokok Liem Seeng Tee

Di Surabaya, keluarga Sampoerna memiliki museum bernama House of Sampoerna yang terletak di Taman Sampoerna 6. Museum buka setiap hari dari jam 9 pagi hingga 10 malam. Atraksi utamanya adalah cara pembuatan Dji Sam Soe yang dapat disaksikan setiap hari Senin hingga Sabtu hingga pukul 3 sore.

Pada Februari 2012 Sampoerna mengakuisisi 85% saham PT Bank Dipo Internasional sedangkan sisa 15% saham dimiliki PT Pahalamas Sejahtera yang merupakan pemegang saham Bank Dipo sebelumnya. Bank Dipo lalu diganti namanya menjadi Bank Sahabat Sampoerna. Hingga akhir tahun 2012 Bank Sampoerna sudah memiliki 11 cabang di 5 kota yaitu Jakarta, Medan, Pekanbaru, Palembang, dan Surabaya.

Putera Sampoerna berada di peringkat ke 11 orang terkaya di Indonesia tahun 2013 versi majalah Forbes dengan kekayaan 2,15 milyar Dolar AS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.