Ferry Laksana

Ferry Laksana (kanan) bersama istri
lahir 14 Oktober 1974 di Bandung
meninggal 25 Agustus 2017
Ayah: Oman Tirta Laksana (Oey Kwie Liong)
Ibu: Fransiska Laksana (Tan Cing Sung)
Ayah mertua: Jusuf Jen Suherman (Yong Houw Ming)
Ibu mertua: Mary Limarga (Liem Sun Ing)
Istri: Jeannie Jen Suherman
Kakak: Jimmy Laksana - S. Widianty Tanuwidjaja
Adik: Cynthia Laksana - Deni Kosasih
Anak: Jefferson Rafael Laksana
Laticia Jessie Laksana
Javier Lionel Laksana
Alamat: Setra Duta Blok E I No. 10 Bandung

USAHA
-Eat Boss Jl. Ir. H. Djuanda 72 Bandung Tlp. (022) 253 1222
-Eat Boss Jl. Aceh 66 Bandung Tlp. (022) 422 2066
-Eat Boss Jl. Taman Sakura Indah 1 Bandung Tlp. (022) 2056 7557
-Eat Boss Jl. Kopo Bihbul 167 Bandung Tlp. (022) 5441 5666
-Eat Boss Jl. Hegarmanah 12 Bandung Tlp. (022) 203 6933
-Eat Boss Jl. Lengkong besar 52 Bandung Tlp. (022) 253 0101
-Eat Boss Jl. Pasirkaliki 142 Bandung Tlp. (022) 2052 8880
-Eat Boss Jl. Buah Batu No.91 Bandung Tlp. (022) 7351 7888
-Eat Boss Hotel Maxone Jl. Soekarno Hatta 735 Bandung Tlp. (022) 8783 6000
-Eat Boss Ci-walk Broadway Street SL 17 Bandung Tlp. (022) 6440 5501
-Eat Boss Garut City Walk Jl. Cimanuk 338 Tlp. (0262) 489 3888
-Eat Boss Jl. Padjadjaran 76 Bogor Tlp. (0251) 837 6999
-Eat Boss Jl. Wahidin 5 Cirebon (0231) 880 3477
-Eat Boss Jl. Dr. Soetomo 43 Tegal Tlp. (0283) 453 3770
-Eat Boss Jl. Mentri Supeno 15 Semarang Tlp. (024) 844 4133
-Eat Boss Jl. Jend. Sudirman Komp. Ruko Bandar Blok L Balikpapan Tlp. 0819 9889 8000
-Flaming Pots Jl. Sukajadi 193 Tlp. (022) 2531222
-Sierra Cafe & Lounge Jl. Bukit Pakar Timur 33 Bandung Tlp. (022) 2512240

GOSIPNYA
Setelah lulus dari Fakultas Ekonomi Manajemen UNPAR Bandung pada tahun 1998, Ferry Laksana memulai usahanya sendiri. Anak kedua dari 3 bersaudara ini tidak mengikuti jejak orangtuanya yang berbisnis batik maupun kakaknya Jimmy yang berbisnis butik.

Ketika itu Indonesia sedang dilanda krisis moneter dan mengakibatkan makanan barat seperti steak terasa mahal. Ia pun tercetus ide untuk membuat restoran steak dengan harga murah. Maka pada November 1998, dengan modal Rp 100 juta yang GOSIPNYA adalah uang tabungan hasil bekerja sebagai manajer pemasaran di perusahaan lapangan golf, ia mendirikan kafe dengan makanan ala barat. Sedangkan untuk lokasi, ia menumpang di atas lahan seluas 200 meter persegi di samping butik Tomodachi milik Jimmy di Jl. Dr. Rajiman 5 Bandung. Saat itu, kafenya memiliki 12 kursi dengan 12 karyawan dan belum memiliki nama.

GOSIPNYA pada 6 bulan pertama, tamunya hanya sekitar 30 orang per hari sedangkan menurut Ferry harus dikunjungi minimal 100 konsumen per hari. Padahal, harga yang ia tawarkan saat itu hanya Rp. 15 ribu untuk steak, jauh dari harga rata-rata steak di Bandung saat itu yang mencapai Rp. 25 ribu. Ia lalu mulai beriklan di radio dan media cetak di Bandung. Ia juga mengundang teman-temannya sambil meminta pendapat mereka tentang makanan yang ia sajikan. Ia pun memperbanyak variasi menu.

Tahun 1999, nama kafenya dipatenkan dengan nama Tomodachi karena kafenya berdekatan dengan butik Tomodachi. Dengan semakin banyaknya konsumen, pada tahun yang sama ia memperluas ruang kafenya hingga ke Jl. Rajiman 7 sehingga luasnya menjadi 500 meter persegi dengan kapasitas 175 kursi dan memiliki 40 karyawan. GOSIPNYA saat itu Tomodachi sukses karena kompetitor steak murah seperti Waroeng Steak & Shake atau Javan belum ada di Bandung.

Tahun 2001 ia membuka kafe Tomodachi di Jakarta dengan kapasitas 110 kursi. Karena jumlah konsumen terus meningkat, maka pada tahun 2003 kafe yang memiliki luas 700 meter persegi itu diperbesar kapasitasnya menjadi 200 kursi. Pada tahun 2001 Ferry membuka cabang di Bowling Super Bowl, Batu Nunggal, Bandung. Kafe yang berkapasitas 300 kursi dengan luas 1.000 meter persegi itu tutup pada Januari 2004 karena ada masalah internal dengan pihak manajemen gedung.

Tahun 2002, Ferry membuka Tomodachi Resto di Jl. Sukajadi Bandung dengan pangsa pasar menengah ke atas. Harganya pun dibuat lebih mahal dibanding kafe Tomodachi (GOSIPNYA sebagian pelanggan merasa tidak nyaman dengan konsep kafe murah ala Tomodachi Rajiman). Pada tahun yang sama ia juga membuka Tomodachi Pastry & Bakery. Sejak toko ini dibuka, ia memasok sendiri kebutuhan roti dan cake-nya setelah sebelumnya mengandalkan jasa pemasok.

Untuk menggaet pangsa pasar kelas atas (GOSIPNYA sih untuk menyaingi The Valley yang sempat booming tahun 2002), pada Maret 2004 Ferry membuka Sierra Cafe & Lounge yang memiliki 4 lantai dengan luas 600 meter persegi per lantai dan berkapasitas 600 kursi (cukup jauh bila dibandingkan dengan luas kafe dan restoran The Valley yang GOSIPNYA hampir mencapai 1.800 meter persegi). Lantai dasar untuk kantor, lantai satu untuk ruang rapat, lantai dua dan tiga untuk kafe. Khusus lantai tiga ia sewakan sebagai tempat resepsi pernikahan atau ulang tahun. GOSIPNYA pembangunan Sierra menghabiskan dana hingga 3 milyar Rupiah.

Sejak dibuka, Sierra yang memiliki rasa yang lebih enak dan harga yang separuh lebih murah dibanding pesaingnya, langsung booming. GOSIPNYA Sierra menyumbang pendapatan untuk Ferry hingga 35%, Tomodachi Rajiman 25%, Tomodachi Achmad Dahlan 25%, dan Tomodachi Sukajadi 15%. GOSIPNYA Sierra yang begitu booming saat itu membuat Megawati Soekarnoputri menyempatkan diri mengunjungi tempat ini. Pada Juni 2009 Ferry membuka sebuah tempat baru bernama Green Forest Resort yang GOSIPNYA didirikan bersama dengan Ruth Tamzil de Fernandez yang sukses mendirikan Kampung Daun.

Karena penjualan terus menurun, sejak Desember 2014 Tomodachi perlahan-lahan diganti oleh kafe baru bernuansa anak muda: Eat Boss. Eat Boss menawarkan tempat yang mudah dijangkau dan nyaman disertai dengan air conditioner tapi makanannya lezat dan murah sehingga tidak heran kafe ini terkenal dengan cepat dan selalu dipenuhi pelanggan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.