Gereja Bethany Indonesia

Abraham Alex Tanuseputra (Tan Liat Gwan)
lahir di Mojokerto, Jawa Timur, 1 Juni 1941
menikah 23 Februari 1963
meninggal 6 Agustus 2020

istri: Yenny Oentari
meninggal 11 November 2019

GOSIPNYA
Abraham Alex Tanuseputra dilahirkan sebagai anak kedua dari empat bersaudara laki-laki dalam sebuah keluarga apoteker. Ayahnya meninggal tiga bulan setelah menjadi pemeluk Kristen, sementara keluarga ibunya memang merupakan keluarga Kristen.

Tahun 1954, ia melanjutkan usaha ibunya. Sebagai keluarga Kristen, Alex telah pergi ke Gereja tetapi selalu menghindar ketika ditawari untuk melayani. Dalam sebuah pelayanan oleh Pdt. Dzao Sze Kwang, ia dinubuatkan akan menjadi Pelayan Tuhan. Nubuatan ini diteguhkan kemudian oleh Pdt. EB Stube.

Pada tahun 1965, ia menabrak seorang anak kecil. Anak kecil tersebut terluka sangat parah dan kematiannya tinggal menunggu waktu. Keluarga anak tersebut mengancam akan membunuhnya bila anak tersebut mati. Ia pergi ke sebuah gereja dan berdoa semalaman dan bernazar bahwa ia akan menyerah dan menjadi Pelayan Tuhan jikalau anak tersebut sembuh dan hidup. Anak yang sekarat itu dioperasi, sembuh, dan tetap hidup. Alex menyerahkan diri untuk melayani di gereja dan menjual hartanya, mendirikan 14 gedung gereja dan pos-pos penginjilan di Mojokerto.

Tuhan memintanya pindah dari Mojokerto ke Surabaya (GOSIPNYA sih ia pindah ke Surabaya setelah berbincang-bincang dengan Tuhan). Mulanya ia merasa berat karena pada waktu itu pelayanannya di Mojokerto mulai tertata. Pembangunan gedung gereja dengan 250 tempat duduk baru saja selesai. Awalnya ia menolak pindah karena di Mojokerto sudah punya rumah dan pelayanan mulai berjalan baik ditambah ia tidak punya rumah di Surabaya.

Tetapi, Tuhan mengatakan, “Tinggalkan semua dan pergi ke Surabaya!”. Pada waktu ia menolak, Andrew, anaknya yang ketiga yang sudah sembuh dari sakitnya dan bisa berjalan kembali, tiba-tiba tidak bisa berjalan lagi. Sekali lagi ia berunding dengan istri untuk pindah ke Surabaya, dan mereka sepakat untuk pindah ke Surabaya. Sesaat kemudian terdengar suara seperti sesuatu terjatuh di kamar Andrew. Ketika ia dan istrinya menuju kamar Andrew, mereka melihat Andrew sedang berjalan.

Karena kejadian itu, tahun 1977, ia pindah ke Surabaya beserta seluruh keluarganya. Seluruh 14 gereja yang telah didirikannya diberikan kepada pendeta lainnya. Ia memulai kembali membangun jemaat yang diawali dari 7 orang keluarganya sendiri. Ia kemudian bergabung di Sinode Gereja Bethel Indonesia (GBI) yang memiliki sifat gereja lokal otonom.

Pada tahun 1987, sebuah gedung gereja di Jl. Manyar Rejo II/36-38 Surabaya berkapasitas 3.500 orang selesai dibangun. Pada saat itu, jemaat GBI yang digembalakannya telah mencapai 2.000 jiwa dari 7 orang pada tahun 1977. Pada tahun 1987 ini, diperkenalkan visi slogan "Successful Bethany Families". Pada tahun yang sama, tak lama setelah gedung GBI Bethany Jl. Manyar Rejo berdiri, ia memulai kembali visi pembangunan Graha Bethany di Jalan Nginden, Surabaya. Gedung ini selesai dibangun pada tahun 2000 dan memiliki kapasitas 20.000 orang jemaat. GOSIPNYA gedung ini adalah gedung gereja terbesar di Asia Tenggara.

Pdt. Dr. Ir. Niko Njotorahardjo

Pdt. Dr. Ir. Timotius Arifin Tedjasukmana

Pdt. Dr. Yusak Hadisiswantoro, M.A.

Tahun 1988 dan 1989, GBI Bethany memulai pembukaan cabang di Indonesia bagian Barat dan Timur. Bethany Barat dipimpin oleh Pdt. Dr. Ir. Niko Njotorahardjo dan Bethany Timur dipimpin oleh Pdt. Dr. Ir. Timotius Arifin Tedjasukmana sedangkan Bethany Tengah dipimpin oleh Pdt. Dr. Yusak Hadisiswantoro, M.A.. GBI Bethany menjadi salah satu bagian jemaat terbesar dari Sinode Gereja Bethel Indonesia. GOSIPNYA Yusak Hadisiswantoro memiliki anak bernama Sandra Angelia yang merupakan Miss Indonesia 2008. Ibu Sandra yang bernama Hanna Tanuseputra adalah anak Pdt. Abraham Alex Tanuseputra.


Sandra Angelia

Tahun 1997, Sinode GBI mengeluarkan keputusan bahwa nama-nama jemaat lokal (seperti Bethany, Tiberias, Mawar Saron, Rehobot, dan lain-lain) harus ditanggalkan dan digantikan dengan nama jalan di mana gereja lokal berdiri. Keputusan ini membawa kepada kerumitan bagi jemaat-jemaat lokal yang telah besar seperti Bethany dan yang lainnya. Banyak dari jemaat lokal yang belum mematuhi keputusan tersebut.

Tahun 2000, Sinode GBI kembali meneguhkan keputusan tahun 1997 tentang penanggalan nama-nama jemaat lokal. Akhirnya, pada tahun 2002, GBI Bethany Barat dan Timur menanggalkan nama Bethany. Sementara itu, Bethany Wilayah Indonesia Tengah menolak menurunkan nama Bethany.

Tahun 2003, pada tanggal 17 Januari 2003, Bethany Tengah secara resmi mengundurkan diri dari Sinode GBI dan mendirikan sebuah Sinode baru bernama Sinode Gereja Bethany Indonesia. Dalam titik ini, sebagian pendeta dari Bethany Barat dan Timur yang loyal kepada Pdt. Alex turut masuk ke dalam sinode baru ini. Sekalipun demikian, Pdt. Alex sendiri tetap menyatakan tidak masuk ke dalam Sinode Bethany dan tetap berdiri di Sinode GBI. Badan Pekerja Lengkap (BPL) Sinode GBI mengadakan rapat dan mensinyalir bahwa Pdt. Alex berdiri di dua Sinode, yang berujung pada pemecatan Pdt. Alex dari Sinode GBI.

Bulan Juli 2003, setelah pemecatan tersebut, Pdt. Alex secara resmi diminta bergabung ke dalam Sinode Bethany yang baru. Pada September 2003, Pdt. Alex secara resmi terpilih sebagai Ketua Umum Sinode Gereja Bethany Indonesia. Tahun 2005 Alex bertengkar dengan sekretaris Bethany, Pdt. Leonard Limato sehingga Leonard keluar dan mendirikan gereja sendiri bernama Bethany My City di Mal Pakuwon, Surabaya.

Pada 15 April 2004, dimulai rencana pembangunan Menara Doa Jakarta. Tahun 2005, PT. Prasada Jasa Pamudja memulai kembali pembangunan Menara Jakarta setelah diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso. Pdt. Alex merupakan Presiden Komisaris dari perusahaan konstruksi tersebut. Di lingkup Gereja Bethany, menara ini biasa disebut sebagai Menara Doa Jakarta atau Jakarta Revival Center. (GOSIPNYA sih awalnya ia menolak terlibat dalam proyek Menara Jakarta. Tapi setelah Tuhan memaksanya dengan memberinya badai musibah, ia pun terpaksa terlibat dalam proyek itu).

Pada 2009, dimulai pembangunan tahap kedua Graha Bethany Nginden dengan jumlah jemaat menjadi 35.000 dalam satu kali ibadah. GOSIPNYA hingga tahun 2011 GBI Bethany telah mencapai 1.000 cabang dengan jumlah jemaat sekitar 70.000 orang.

David Aswin Tanuseputra

Pada tanggal 16 Januari 2013 George Handiwiyanto, SE, SH, MH mewakili jemaat Gereja Bethany Surabaya melayangkan somasi 1508/Somasi/A/I/2013 kepada pendeta Abraham Alex Tanuseputra, selaku Ketua Umum Majelis Pekerja Sinode Periode 2003-2007 untuk segera mempertanggung jawabkan kegiatan gereja, keuangan, inventaris dan aset pada jemaat. Somasi 1509/Somasi/A/I/2013 juga dilayangkan kepada pendeta David Aswin Tanuseputra yang merupakan anak Alex (GOSIPNYA sih Alex diduga korupsi uang jemaat Rp. 4,7 trilyun). Dugaan ini menyeruak di kalangan jemaat sejak 2007 dan sempat dimediasi oleh Kementrian Agama. Namun karena tidak ada itikad baik dari Alex, maka dalam mencari kebenaran dan keadilan, dikeluarkanlah somasi.

Menurut George, sejak dipilih dan dilantik sebagai Ketua Umum Majelis Pekerja Sinode Gereja Bethany Indonesia 2003-2007, muncul dugaan Alex mengambil keuntungan dari persepuluhan dan sumbangan jemaat. Dugaan tersebut semakin menguat kala Alex tidak mau memberikan laporan pertanggung jawaban atas penggunaan dana sumbangan tersebut diakhir kepemimpinannya dan lantas terpilih lagi sebagai Ketua Umum Majelis Pekerja Sinode Gereja Bethany Indonesia.

Pada tahun 2013 Gereja Bethany beberapa kali melaporkan pencemaran nama baik kepada George Handiwiyanto, Richard Handiwiyanto selaku advokat, serta Leonard Limato selaku pendeta. Pendeta Yusak Hadisiswantoro lalu dilaporkan dengan tuduhan telah melakukan pemalsuan surat dan atau memberi keterangan palsu yang digunakan untuk mengalihkan aset-aset gereja Bethany menjadi aset pribadi. Salah satu pendiri Sinode Gereja Bethany Indonesia, pendeta Leonard Limato, juga mensomasi Alex karena mengubah secara sepihak akte pendirian Sinode GBI. Pada bulan April 2014 Alex dan Limato menyudahi polemik ini dengan berdamai.

GOSIPNYA ada proses tukar guling dalam banyak kasus Alex. Sujarwo yang pernah melaporkan Aswin menggelapkan uang Gereja Bethany, ditahan atas laporan pemalsuan oleh Aswin. Setelah ditahan 20 hari, Sujarwo ditekan untuk mencabut laporan tersebut sehingga Sujarwo dilepas. Pencabutan laporan Sujarwo membuat loyalis Alex kesal karena Sujarwo melapor dengan alat bukti kuat. Sujarwo adalah Sekretaris Majelis Pekerja Sinode Gereja Bethany Indonesia. Selain itu, laporan Sujarwo didukung audit forensik Gereja Bethany yang dilakukan seorang doktor ilmu hukum yang memiliki jaringan di Kepolisian. GOSIPNYA untuk pembuatan audit forensik ini Alex mengeluarkan uang hampir Rp. 500 juta. Rinciannya Rp. 300 juta jasa pembuatan audit forensik, Rp. 50 juta uang kompensasi Sujarwo, sisanya untuk kebutuhan hidup istri Sujarwo dan biaya jasa hukum pengacara Sujarwo. Tukar guling kedua dengan Pdt. Bambang Yudho. Kompensasinya Bambang Yudho tidak akan dijebloskan ke penjara seperti Sujarwo, asal mau mencabut laporannya di Polrestabes Surabaya.

Gereja Bethany memiliki aturan dimana gembala baru ditunjuk langsung oleh gembala lama. Alex selaku gembala lama menunjuk anaknya Aswin sebagai gembala baru dan ditahbiskan pada 12 Juli 2012 di depan ribuan jemaat. Namun, tiba-tiba pada 28 Maret 2014, Alex menunjuk Sujarwo sebagai gembala jemaat. Padahal harusnya Alex tidak lagi berwenang untuk menunjuk gembala karena sudah mengangkat Aswin sebagai pengganti dirinya. Pada 3 April 2014 Aswin naik jip gelap dengan kencang dan zikzak lalu berhenti di depan rumah Alex. Aswin berteriak-teriak, “Pi, kita perang!” Kemudian Aswin, mengalihkan mobilnya masuk gereja Bethany. Ia menemui Pdt. Bambang Yudho dan Pdt. Drs. Ir. Sujarwo, di ruangan yang dikenal sebagai kampus STTS (Sekolah Tinggi Teologi Surabaya) yang berada di komplek gereja Bethany Nginden.

Menurut saksi mata yaitu Hendrik, Zamroni, Agus Yohanes dan David, Aswin meneriaki Pdt. Bambang Yudho, dengan kalimat-kalimat yang tidak enak didengar. Ketika meneriaki, Aswin membawa tongkat besi dan kayu disertai puluhan cleaning service dan tukang batu yang dibekali kayu dan besi. Karena tantangannya didiamkan saja akhirnya Aswin hanya memukul-mukul almari, meja dan tembok dengan besi.

Dua jam sebelum Aswin mengerahkan cleaning service dan tukang batu, ada tim pendeta dan wakil jemaat yang datang duluan. Mereka adalah mantan Sekretaris Umum Majelis Pekerja Sinode (MPS) Sujarwo, datang bersama Bambang Yudho, bendahara Bethany ibu Anik Halim, dan Pembela sidang Gereja Bethany Lokal Nginden, Santoso Tedjo. Tim yang dipimpin oleh Sujarwo ini ingin melaksanakan tugas dari perintis Alex untuk melakukan pemulihan manajemen karena gosip yang berkembang diluar, dana persepuluhan dan persembahan digunakan untuk foya-foya Aswin dan keluarganya. “Anaknya disewakan apartemen di Paris senilai Rp. 1 milyar untuk setahun. Baru dihuni satu bulan, anaknya pulang. Uang tidak bisa ditarik. Duit darimana Aswin, kalau bukan dari uang gereja. Makanya bapaknya menugaskan beberapa pendeta termasuk Pdt. Reno Helsamer, untuk melakukan pemulihan manajemen agar ada transparansi di publik atau minimal di jemaat,” jelas Sujarwo.

Karena merasa disingkirkan dari jabatan gembala jemaat, Aswin lalu menggugat Alex Rp. 51 milyar. Alex tidak terima dan balik menuntut Aswin karena dinilai melawan hukum. Aswin juga diminta membayar ganti rugi Rp 51.000.001.000 (lima puluh satu milyar seribu Rupiah) material dan immaterial. Aswin ternyata kesal karena hal lain juga, yakni karena Alex memiliki wanita idaman lain bernama Elke, janda kelahiran Manado, yang usianya 25 tahun lebih muda dari umur Alex. Alex ketika ditanya Jemaat dan pendeta soal isu hubungannya dengan teman sepersekutuan doa, tidak membantah maupun mengiyakan, Alex hanya tersenyum dan berkedip. Beberapa pendeta yang dekat dengan Alex menyaksikan perubahan gaya hidupnya sejak diisukan dekat dengan Elke, antara lain berpakaian dendy, rambut rapi dan sering bepergian sendiri, tidak mengajak istrinya Yenny Oentary yang kini mengalami stroke dan duduk di kursi roda. Meski GOSIPNYA Elke dibelikan rumah mewah di Citraland dan mobil mewah, konon Alex tidak pernah tinggal serumah dengan Elke. Sehari-hari Alex masih serumah dengan Yenny yang membuahkan tiga anak yaitu Hanna, Aswin dan Candra. Hanna keluar dari Bethany dan mendirikan gereja YHS yang sangat besar di Makassar dan Malang.

GOSIPNYA beberapa pendeta mengetahui bahwa Alex jengkel dengan Aswin karena rebutan cek Rp. 1,8 milyar hasil dari pembagian pembangunan Menara Doa Jakarta yang tidak jadi dibangun. Alex meminta bantuan Anik Halim, distributor sepeda motor Honda Surabaya yang setia pada Alex. Anik dikabarkan menghubungi pengacara Candra Srijaya yang punya kedekatan dengan pejabat di Polda. Melalui pengacara Lisa Hadi Linggo, Alex melaporkan Aswin dengan tuduhan merampas Giro Bilyet senilai Rp 1,8 milyar hasil dari pengurusan gedung Menara Doa Jakarta.

GOSIPNYA seorang pengurus gereja lokal di Surabaya mendengar Alex baru menjalani "suntik orok" di luar negeri. Biaya suntik orok sekitar Rp. 250 juta per satu kali suntik. Mereka yang pernah menjalani terapi suntik orok, mengaku vitalitasnya kembali seperti anak muda sehingga bisa ereksi untuk jangka waktu lama. GOSIPNYA Alex melakukan suntik orok untuk memenuhi hasrat biologisnya dengan Elke. GOSIPNYA lagi ada seorang jemaat menceritakan betapa besarnya gereja Bethany. Tidak hanya di Jakarta yang jemaatnya sekali kebaktian mencapai ribuan, pada hari Minggu saja ada kebaktian 5 kali sehari. Pelayanannya sangat profesional mulai dari worship leader, band pengiring, bagian teknologi informasi, bahkan petugas pelayanan sampai petugas persembahan pun dibayar, walau hanya sekadar uang transportasi.

Salah seorang pengurus gereja Bethany mengungkapkan sumber pendanaan Bethany berasal dari jemaat. Diantaranya perpuluhan dan kolekte yang ditransfer dari Bethany Surabaya ke masing-masing petugas pelayanan. Kebaktian di Bethany Jakarta sangat dahsyat layaknya menonton konser artis. Panggungnya berukuran sekitar 12 x 60 meter. Ada alat-alat band lengkap dengan pemainnya, layar lebar, pencahayaan meriah, dan dekor ruangan yang mewah. Artis-artis nasional kabarnya sering memimpin puji-pujian. Menurutnya, perpuluhan dari jemaat nilainya besar. “Jemaatnya kan relatif kaya-kaya. Kalau penghasilannya saja per orang sebulan Rp. 100 juta, perpuluhannya bisa Rp. 10 juta. Bahkan ada yang tempo hari perpuluhan sampai Rp. 200 juta. Begitu besar imannya kepada Tuhan, sehingga dengan sukarela mereka membantu gereja."

Karena sinode Bethany masih terus dituntut oleh umatnya agar dikembalikan menjadi milik umat, pada 12 Mei 2019 Aswin mendeklarasikan bergabungnya Gereja Bethany Surabaya ke dalam sinode Gereja Suara Kebenaran Injil (GSKI). Dengan bergabung ke sinode GSKI, sinode Bethany tidak bisa mempermasalahkan lagi masalah Bethany. Pada 26 Juli 2020 Leonard meninggal, sedangkan Alex meninggal 6 Agustus 2020. Masalah Bethany pun berakhir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.