Jody Brotosuseno
lahir 3 Maret 1974 di Jakarta
istri: Siti Haryani
Siti Haryani & Jody Brotosuseno
*Jl. Bintaro Utama Sektor 3 blok AP No. 70
*Jl. Cempaka Putih Barat 2
*Jl. Jatiwaringin Raya 241
*Jl. Kebayoran Lama 30A
*Jl. Raya Kalimalang 43
*Jl. Susilo Raya 9 Grogol
*Jl. Tebet Barat 1
*Jl. Utan Kayu 73
*Jl. Waru 22 Rawamangun
*Jl. A. Yani 112, Bogor
*Jl. M. Yasin 6 Kelapa Dua, Depok
*Jl. Margonda Raya 326, Depok
*Jl. Ir. Juanda 67 Ciputat Raya, Tangerang
*Jl. Ir. Juanda 189, Bekasi
-Yogyakarta (10)
*Jl. Kaliurang KM 6.4
*Jl. Affandi Gejayan
*Jl. Cendrawasih 30 Demangan
*Jl. Colombo 22 Samirono
*Jl. HOS Cokroaminoto 49
*Jl. Kaliurang KM 14
*Jl. Pandega Karya 18A
*Jl. Perumnas Seturan
*Jl. Tamansiswa 83
*Jl. Wates KM 2 No. 35
-Bandung (7)
*Jl. Banteng 14
*Jl. Dipatiukur 63
*Jl. Kopo Cirangrang 484
*Jl. Lengkong Kecil 21
*Jl. Lombok 9
*Jl. Prof. DR. Ir. Sutami 23
*Jl. Tamansari 54
-Semarang (7)
*Jl. Imam Bonjol 187
*Jl. Kartini 43
*Jl. Kelud Raya 2
*Jl. Prof Hamka 43 Ngaliyan Barat
*Jl. Setiabudi 60
*Jl. Singosari 65
*Jl. Supriyadi 58
-Malang (4)
*Jl. Bogor 24
*Jl. Ciliwung 46
*Jl. Kawi Bawah 18
*Jl. Soekarno-Hatta 14
-Palembang (3)
*Jl. Angkatan 66 No. 429
*Jl. Diponegoro 07
*Jl. Sumpah Pemuda 3 Ilir Barat
-Medan (3)
*Jl. Adam Malik 136
*Jl. Sisingamangaraja 314
*Jl. Dr. Mansyur 85
-Solo (2)
*Jl. DR. Wahidin 26
*Jl. Kartini 45
-Denpasar (2)
*Jl. Gatot Subroto Timur 236
*Jl. Tukad Yeh Aya
-Bandar Lampung (2)
*Jl. Dr. Susilo 69 Teluk Betung
*Jl. Zaenal Abidin 59 Pagar Alam
-Pekanbaru (2)
*Jl. Melati 49
*Jl. Teuku Tambusai (Jl. Nangka)
-Makassar (2)
*Jl. Boulevard Blok A3 No. 5 Panakkukang Mas
*Jl. Cendrawasih 180
-Sumedang: Jl. Raya Jatinangor 21
-Ungaran: Jl. Diponegoro 97
-Cirebon: Jl. Kesambi 191
-Magelang: Jl. Pahlawan 68
-Purwokerto: Jl. MT. Haryono 3A
-Tegal: Jl. Kapten Ismail 116
-Bantul: Jl. Bantul 68 A
-Surabaya: Jl. Flores 31
-Batu: Jl. Kartini 18
GOSIPNYA
Setelah menikah tahun 1997, Jody Brotosuseno sempat membuka usaha roti bakar, susu kedelai, hingga membuat kaus partai jelang Pemilu 1999. Mahasiswa Fakutas Arsitektur Universitas Atmajaya Yogyakarta ini pun bekerja di Obonk Steak, milik ayahnya, Sugondo. Jabatan Jody naik hingga menjadi manajer.Tak puas menjadi karyawan, Jody berkeinginan mendirikan usaha sejenis. Bila Obonk Steak menyasar konsumen menengah ke atas, Jody menyasar konsumen menengah ke bawah. GOSIPNYA Jody berpendapat pangsa pasar menengah ke bawah jauh lebih banyak daripada pasar menengah ke atas.
Ia membawa motor Honda Tiger hasil berjualan kaus partai dari Solo ke Yogyakarta dan usaha roti bakar dilego untuk modal awal. Motornya dijual Rp. 8 juta. Dari modal tersebut, Rp. 7,5 juta digunakan untuk mengontrak sebuah tempat di Jalan Cendrawasih no. 30, Demangan. Ia menambah modal Rp. 3 juta untuk membeli beberapa barang dan peralatan. Perlengkapan, seperti kulkas, piring, sendok, dan garpu sisa usaha roti bakar ia pakai.
Tepat 4 September 2000, Jody mulai mengibarkan bendera Waroeng Steak and Shake yang lebih populer dengan sebutan WS. Karena steak identik dengan makanan mahal, ia memilih nama waroeng agar tidak terkesan mahal. Karena pangsa pasarnya mahasiswa dan anak muda, konsep warna warungnya dibuat mencolok sehingga dipilihlah warna hitam, kuning, dan putih.
Pertama kali buka, WS hanya menyediakan lima meja dan hot plate sebanyak 10 buah. Produk yang ditawarkan saat itu adalah sirloin, tenderloin, chicken steak, dan steak waroeng. Empat menu makanan ditambah milk shake vanila, stroberi, cokelat, es teh, dan es jeruk untuk minuman.
Steak yang ditawarkan Jody merupakan inovasi steak dengan harga murah, namun tetap menjaga kualitas. Ia melihat saat itu usaha fried chicken lokal sedang berkembang dan digemari banyak orang. Dengan konsep layaknya ayam goreng tepung tersebut, ia terinspirasi memproduksi steak daging sapi dengan balutan tepung yang terlihat besar tapi harganya murah.
Lalu, mulailah Jody dan istri menjalankan usahanya dibantu dua orang karyawan. Pemotongan daging dan memasak dilakukan sendiri. Aniek bertugas melayani konsumen, menerima order dan menjadi kasir. Karyawan membuat minuman dan mengantarkan pesanan.
Karena modal pas-pasan, untuk mempromosikan usahanya, Jody dan istri sempat menyebarkan sendiri brosur yang di-fotokopi. Selama satu tahun pertama, cobaan masih menghantui (GOSIPNYA pernah WS satu hari tak mendapat omzet sama sekali). Belum lagi, kesan steak masih identik sebagai makanan mahal. Namun, ia tak menyerah. Menu steak-nya ditambah nasi putih. Rasanya pun disesuaikan dengan lidah Indonesia.
Tahun kedua WS berjalan, Jody mengajak saudara, teman, bahkan ayah dan ibunya, Niniek Mulyani, untuk berinvestasi dalam mengembangkan usaha dengan sistem kemitraan dengan pembagian persentase keuntungan 50-50. Pada 2001, WS membuka cabang pertama.
Sistem ini ia pertahankan untuk cabang-cabang selanjutnya. Untuk kerja sama pendirian outlet-outlet baru, Jody menawarkannya kepada sejumlah ustad. Ada Ustad Yusuf Mansyur, Edi Musyafa, dan Ustad Endang. GOSIPNYA setelah 2 tahun beroperasi kerabatnya mengingatkan untuk bersedekah berzakat dan sejak itu bisnisnya berkembang pesat.
Jody pun mengajak para ustad yang bernaung dalam Waroeng Group Management, yakni BeBaQaran di Malang, Festival Kuliner (Feskul) di Jakarta, dan Bebek Goreng H. Slamet di Yogyakarta. GOSIPNYA hingga tahun 2011 karyawannya sudah lebih dari 1.000 orang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.