Djoko Susanto (Kwok Kwie Fo)
lahir 9 Februari 1950 di Jakarta
1989-2005: Direktur PT HM Sampoerna
1989-2005: Presiden Direktur PT Panamas
1989-2004: Presiden Direktur PT Alfa Retailindo
1995-2002: Presiden Direktur PT Atri Distribusindo
2001-sekarang: Presiden Komisaris PT Sumber Alfaria Trijaya
2002-sekarang: Presiden Komisaris PT Atri Distribusindo
2004-sekarang: Presiden Komisaris PT Alfa Retailindo
2005-2007: Komisaris PT Sigmantara Alfindo
2008-sekarang: Direktur PT Sigmantara Alfindo
2008-sekarang: Presiden Komisaris PT Amanda Cipta Persada
GOSIPNYA
Setelah tamat dari SMP Pah-Chung di Mangga Besar, Jakarta tahun 1965, ia melanjutkan pendidikan ke SMA Pah-Chung. Baru satu tahun ia sekolah di sana, sekolah etnis Tionghoa itu ditutup oleh pemerintah yang saat itu sedang menggalakkan nasionalisme. Ia lalu bekerja di perusahaan perakitan televisi merek Aladin.
Tahun 1971 ia ikut membantu orangtuanya mengurus toko kelontong Sumber Bahagia di Pasar Arjuna, Jakarta. Saat itu ia melihat potensi besar dalam usaha rokok dan mulai fokus dalam penjualan rokok. GOSIPNYA pada tahun 1980 Putera Sampoerna begitu penasaran dengan Djoko dan bersikeras menemuinya. Tahun 1985 Djoko dan Putera sepakat untuk membuka 15 gerai di beberapa lokasi di Jakarta.
Ia membawa PT Sampoerna ke peringkat kedua setelah Gudang Garam. GOSIPNYA kehebatannya menjual rokok membuatnya dijuluki 'Dewa Rokok'. Pada tahun 1989 ia ditunjuk menjadi direktur PT Sampoerna dan untuk mengatur distribusinya, ia ditunjuk menjadi presiden direktur PT Panamas yang merupakan anak perusahaan PT Sampoerna yang berperan sebagai distributor rokok Sampoerna.
Sampoerna memiliki sebuah gudang di Jl. Lodan no. 80, Ancol, Jakarta. Dengan modal Rp. 2 milyar, gudang itu diubah menjadi supermarket Alfa Gudang Rabat yang diresmikan pada 27 Agustus 1989 yang 40% sahamnya dimiliki oleh Putera Sampoerna dan sisanya dipegang oleh Djoko. Supermarket itu didirikan untuk mendistribusikan rokok Sampoerna A Mild. Pada tahun itu juga ia ditunjuk menjadi direktur PT Sampoerna.
Pada Oktober 1998 raksasa ritel asal Perancis, Carrefour membuka gerainya di Cempaka Putih, Jakarta. Sadar tidak akan bisa menyaingi perusahaan ritel terbesar kedua di dunia tersebut, Djoko lalu mendirikan Alfa Minimart di Jl. Beringin Raya, Karawaci, Tangerang pada 18 Oktober 1999. Djoko yang sudah menguasai benar distribusi dan bisnis ritel perlahan-lahan mampu menyaingi minimarket Indomaret milik Sudono Salim yang telah berdiri sejak tahun 1988.
Untuk menyaingi Indomaret, pada Agustus 2002 Putera menyuntikkan dana lagi yang membuat kepemilikan berubah menjadi 70% milik PT Sampoerna dan 30% dikuasai PT Sigmantara Alfindo milik Djoko. Sejak 1 Januari 2003 Alfa Minimart berganti nama menjadi Alfamart serta memakai sistem waralaba. Hanya dalam waktu dua tahun, Alfamart telah membuka 800 cabang baru.
Ancaman terbesar Djoko ternyata bukan Indomaret melainkan Philip Morris. Setelah menguasai 40% saham PT HM Sampoerna pada Maret 2005, Philip Morris menaikkan jumlah saham mereka hingga 98% pada Mei 2005. Djoko segera mengantisipasi nasibnya yang hanya memiliki 30% saham Alfamart dengan mendirikan Alfa Express lewat PT Kencana Disindo. Philip Morris ternyata tidak tertarik pada bisnis ritel dan menjual saham Alfamart kepada Djoko dan publik pada tahun 2006.
Januari 2008 PT Carrefour Indonesia mengakuisisi 75% saham PT Alfa Retailindo selaku pemilik Alfamart dan membuat gerai-gerai Alfamart berubah menjadi Carrefour Express. Akhir tahun 2009 Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU) memutuskan bahwa PT Carrefour Indonesia bersalah melakukan praktik monopoli dengan mengakusisi PT Alfa Retailindo. Tahun 2010 PN Jakarta Selatan memutuskan bahwa Carrefour tidak terbukti melakukan praktik monopoli.
Selain mendirikan Alfamart, pada Desember 1986 Djoko juga mendirikan Yayasan Bunda Mulia. Hingga akhir tahun 2010 gerai Alfamidi telah mencapai 248 buah dan Alfa Express mencapai 161 gerai. Hingga akhir tahun 2011 gerai Alfamart telah mencapai 5.670 buah dan Indomaret telah mencapai 6.003 gerai. Tahun 2013 Djoko Susanto berada di peringkat 25 orang terkaya di Indonesia versi Forbes dengan kekayaan mencapai 1,17 milyar Dolar AS.
Hingga akhir tahun 2015 Indomaret telah mencapai 12.210 gerai yang terdiri dari 3.889 waralaba dengan pendapatan perseroan Rp. 49,44 trilyun dan laba bersih Rp. 758 milyar, meningkat dari laba tahun 2014 yang mencapai Rp. 589,27 milyar. Alfamart mencapai 12.258 gerai yang merupakan kombinasi dari 11.115 gerai Alfamart, 1.143 gerai Alfamidi, Alfa Supermarket, Lawson, dan Dandan dengan pendapatan perseroan Rp. 48,26 trilyun dan laba bersih Rp. 451,08 milyar, menyusut dari laba tahun 2014 yang mencapai Rp. 539,55 milyar. Tahun 2016 Djoko Susanto berada di peringkat 14 orang terkaya di Indonesia versi Forbes dengan kekayaan mencapai 1,3 milyar Dolar AS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.