Dinaheti Motor Industri

Johannes Cokrodiharjo

Henry Tedjakusuma

GOSIPNYA
Sekitar tahun 1980-an kakak beradik Tjong Lyanti Tedjakusuma (Tjong Bui Lian) dan Eddy Tedjakusuma membuka bisnis helm dengan mendirikan Dinaheti Motor Industri. Awalnya Dinaheti hanya merupakan usaha rumahan dengan 20-30 tenaga kerja. Helm-helm diproduksi secara manual menggunakan tangan. Perusahaan ini memperkenalkan helm model cakil dan cetok di masanya. Setiap bulan Dinaheti mampu menghasilkan 30-50 unit helm. Berkat pengelolaan secara profesional, perusahaan itu berkembang dan produksinya terus mengalami kenaikan.

Pada tahun 1998 krisis moneter melanda Indonesia. Dinaheti terkena imbasnya karena daya beli masyarakat melemah dan pasar motor turun drastis sampai 85%. Dinaheti memutuskan untuk memasarkan 70% produknya ke luar negeri. Asia, Eropa dan Afrika menjadi tujuan ekspor saat itu. Perusahaan selamat dan tetap bisa bertahan.

Tjong punya anak bernama Johannes Cokrodiharjo dan Eddy punya anak bernama Henry Tedjakusuma. Mereka memutuskan berpisah dan mendirikan pabrik masing-masing. Johannes memimpin PT Dana Persadaraya Motor Industry yang berdiri sejak 1997 sedangkan Henry memimpin PT Tarakusuma Indah yang berdiri sejak 2 Agustus 2004.

Karena terlalu fokus pasar ekspor, Dinaheti kehilangan pasar domestik. Helm-helm impor dengan harga murah membanjiri Indonesia. Langkah pertama Johannes merebut pasar lokal adalah memperbaiki kualitas helm yang diproduksi. GOSIPNYA saat itu keuntungan PT Dana Persadaraya hanya 1%-2%.

Mereka berhasil merebut pasar lokal tapi harus bersaing menjadi yang terbaik. Perusahaan lain hanya memproduksi ratusan ribu unit helm per tahun, jauh di bawah PT Tarakusuma dan PT Dana Persadaraya yang mencapai jutaan unit helm.

Dana Persadaraya meluncurkan merek MIX dan MAZ untuk pasar kelas bawah, VOG untuk pasar kelas menengah, serta GM dan NHK untuk pasar kelas atas. Tarakusuma meluncurkan merek HIU dan BMC untuk pasar kelas bawah, INK, KYT, MDS untuk pasar kelas menengah dan AGV untuk pasar kelas atas. Selain AGV, Tarakusuma juga memegang lisensi helm impor merek Arai, Bell, dan Vemar di Indonesia. Meski segmentasinya berbeda, kualitasnya tetap sama. Variasi harga hanya disebabkan perbedaan model, bentuk, fitur.

INK awalnya bernama Inako, singkatan dari Indonesia Korea. Helm ini dibuat dari hasil kerja sama dengan perusahaan Korea dan menyasar pengendara motor touring. KYT adalah singkatan dari Kyoto, merupakan produk hasil transfer teknologi dengan Arai Jepang yang menyasar pembalap motor. Itu sebabnya sebelum tahun 2010, merek KYT semuanya dibuat full face. Baru belakangan demi tujuan fashion, KYT didesain dalam bentuk open face.

Ketika Tarakusuma membeli lisensi seperti tokoh kartun Marvel, Doraemon, Mr. Bean untuk helm mereka, Dana Persadaraya juga melakukan hal yang sama seperti membeli lisensi Angry Birds.

Sejak tahun 2009 Dana Persadaraya mulai melebarkan sayap bisnisnya ke produk apparel seperti jaket, sarung tangan, dan tas helm. Agar jangkauan pemasarannya bisa lebih luas, sejak September 2011, Dana Persadaraya meluncurkan situs Helmku.com sebagai outlet resminya.

Strategi Tarakusuma memenangkan persaingan adalah menggaet komunitas motor dan membuat banyak merek untuk melawan produk palsu. Selain itu Tarakusuma memasok langsung ke berbagai supermarket dan membuka distributor resmi di jakarta, yaitu MotoChief dan IndoRocky. Ada juga Helmet Gallery yang di depannya ditambahkan nama kotanya misalnya Surabaya Helmet Gallery.

Untuk memenangkan persaingan Dana Persadaraya menggandeng Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) sepeda motor di Indonesia. ATPM menjadi salah satu pemasukan tetap bagi produsen helm karena 8 juta helm yang diproduksi dalam satu tahun berasal dari pesanan para ATPM di Indonesia. Tapi hal itu hanya berlangsung sebentar karena ATPM memproduksi sendiri.

Tarakusuma memiliki pabrik di Kawasan Industri Lippo Cikarang, dengan luas wilayah 20.000 m² dimana luas bangunan mencapai 15.000 m². Dana Persadaraya juga memiliki pabrik baru senilai Rp. 150 milyar di Citeureup, Bogor, Jawa Barat dengan lahan seluas 12 hektare yang sudah beroperasi sejak Juli 2012.

Sejak 1 April 2010 aturan yang menerapkan helm wajib Standar Nasional Indonesia (SNI) mulai efektif diberlakukan. Hal ini makin menguntungkan para produsen helm. Supaya tidak dicontek pemain helm lainnya, Tarakusuma selalu mematenkan semua inovasi yang dimilikinya, seperti anti thief dan double visor.

Tahun 2014 dan 2015 KYT pernah bekerjasama dengan pembalap MOTOGP Andrea Iannone dengan menempelkan merek KYT pada helm Suomy yang dipakai Iannone. GOSIPNYA karena meminta kontrak terlalu tinggi sekitar 360.000 Dolar AS per tahun, KYT menghentikan kerjasamanya dengan Iannone.

Tahun 2016 KYT dipakai oleh pembalap MOTOGP Aleix Espargaro dan pembalap MOTO2 Xavier Simeon dan Simone Corsi serta pembalap MOTO3 Andrea Locatelli. Tahun 2018 KYT dipakai pembalap MOTO2 Fabio Quartararo dan Isaac Vinales serta pembalap MOTO3 Jaume Masia.

Seperti tak mau kalah, di awal tahun 2018 PT NHK Indonesia secara resmi mengumumkan keikutsertaan helm NHK dalam men-support pembalap pada ajang kejuaraan dunia MOTOGP dan MOTO2 di tahun 2018. PT NHK Indonesia telah menjalin kontrak dengan pebalap MOTOGP yaitu Karel Abraham dan juga pembalap MOTO2 Jules Danilo.

Beberapa produsen helm yang sudah tergabung dalam Asosiasi Industri Helm Indonesia (AIHI) dan produknya yang telah memiliki Standar Nasional Indonesia (SNI):
-PT Dinaheti Motor Industri: KYT, BMC, INK, TSUNAMI, TSM, HIU
-PT Dana Persadaraya Motor Industry: MAZ, NHK, GM, VOG, MIX, REX, BEON, ZETA
-PT Tarakusuma Indah: INK, MDS, KYT, BMC
-PT Inplasco Prima Surya: CABERG, HBC
-PT Mega Karya Mandiri: CARGLOSS
-PT Helmindo Utama: AINON, HQC, NEXX, KOR, XPOT
-PT Makmur Aman Sentosa: MRY, KJP, SUN
-UD Safety Motor: JPN, BEST 1, CROS X, SMI
-CV Triona Multi Industri: SHC, NZI, MONZA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.