Leo Chandra

Leo Chandra (劉正昌 / Liu Zhengchang)
lahir 1942 di Meixian, Cina

GOSIPNYA
Pada tahun 1930-an kakek Leo membuka toko serba ada yang menjual lampu sampai alat musik. Tahun 1940 ayah Leo meneruskan bisnis itu dengan membuka toko kelontong di Binjai, Sumatra Utara. Di toko ini, Leo membantu ayahnya menjual aneka kebutuhan sehari-hari hingga obat-obatan. Leo adalah anak pertama dari 9 bersaudara.

Tahun 1955 keluarga Leo pindah ke Medan karena ibu Leo meninggal dunia. Ayah dan pamannya lalu membuka toko baru. Ayahnya membuka toko kelontong bernama Wan-Y di Medan sedangkan pamannya membuka toko elektronik di Jakarta.

Sejak tahun 1950 keluarga Leo telah menjadi importir produk Philips dengan nama Rasie Elektronik di Medan dan Palapa Elektronik di Jakarta sebagai distributor untuk seluruh Indonesia. Bisnis orangtuanya sempat berhenti saat terjadi pemberontakan PKI pada 30 September 1965. Sebagai keturunan Tionghoa, toko keluarganya menjadi salah satu sasaran penjarahan dan pembakaran.

Leo juga terpaksa putus kuliah di fakultas ekonomi Universitas Trisakti, Jakarta. Kampus itu ditutup karena dianggap mendukung PKI sehingga ia kembali ke Medan. Tahun 1967 ayah dan pamannya merintis usahanya kembali. Pamannya beralih ke bisnis travel sementara Leo meneruskan usaha ayahnya di Medan.

Produk-produk buatan Jepang mulai menyerbu pasar Indonesia pada tahun 1970-an dan Rasie Elektronik memanfaatkan peluang untuk menjadi distributor dari merk-merk terkenal seperti Sanyo, Hitachi, Sharp, Toshiba, National (kini Panasonic), Mitsubishi, Pioneer, Sansui.

Mereka memprediksi bahwa kebutuhan barang-barang elektronik akan terus meningkat tapi daya beli masyarakat golongan bawah sangat terbatas, padahal mereka adalah konsumen pontensial terbesar. Saat itu produk elektronik dianggap sebagai barang mewah dan hanya orang kaya yang bisa membelinya.

Palapa Elektronik lalu mengubah strategi pemasaran dengan sistem pembayaran tunai dan kredit sehingga pada 28 Februari 1982 Leo Chandra dan Jaya Gunawan mendirikan UD Columbia Cash & Credit dengan 8 orang karyawan. Columbia didirikan di lahan seluas 75 m² di Jl. Hayam Wuruk 110, Jakarta.

Awalnya ia juga tak berani memberi kredit terlalu besar, apalagi tak ada bank yang mau memberi pinjaman sebagai modal. Modalnya saat itu adalah nama baik keluarga. Saat banyak pihak tak mendukung model bisnis ini, beberapa pabrik elektronik yang mengenal keluarganya sejak lama justru mau menyokong. Mereka mau memberi barang terlebih dulu dengan tempo pembayaran lebih lama.

Tahun 1983 Columbia berpartisipasi dalam Pekan Raya Jakarta (PRJ) yang GOSIPNYA merupakan pelopor keikutsertaan perusahaan kredit di PRJ. Pada Oktober 1983 cabang pertama dibuka di Jl. Nursaid, Bandung. Omzet penjualan pun meningkat menjadi Rp. 3 Milyar. Tahun 1985 perusahaan berkembang menjadi PT Columbia Dharma Pertiwi.

Hingga tahun 1987 telah ada 2 cabang toko di Jakarta dan 8 cabang toko di luar Jakarta. Pada tahun 1988 karyawan Columbia berjumlah sekitar 200 orang dengan 3 grup Sales Force. Pesatnya perkembangan perusahaan membuat ruangan kerja tidak memadai lagi, sehingga pada 28 Maret 1988 kantor pusat Columbia dipindahkan ke Jl. K.H. Moch. Mansyur Blok 15 A No. 23-26 dengan kapasitas 4 bangunan 4 lantai. Tahun 2001 bertambah 3 gedung lagi yaitu No. 15, No. 25, dan di Jl. Duri 1 No. 9 A-11.

Pada 16 Maret 1990 berdasar Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), nama perusahaan berganti lagi menjadi PT Columbindo Perdana. Tahun 1993 dibuka cabang di Jambi, Manado, Pekanbaru. Tahun 1996 dibuka lagi cabang di Denpasar, Yogyakarta, Solo.

Columbia mulai mendapat kepercayaan bank dengan diberikannya kredit berbentuk club deal yang dipimpin oleh Bank Sahid Gajah Perkasa (SGP). Tahun 1997 sebelum krisis melanda Indonesia, Columbia mencatat sejarah sebagai satu-satunya perusahaan yang pernah menyewa kapal pesiar Awani Dream sebagai wujud penghargaan perusahaan pada karyawan yang berprestasi.

Ketika krisis moneter melanda Indonesia tahun 1998, Columbia melakukan efisiensi biaya dan pengurangan karyawan dari 13.700 orang menjadi 4.000 orang. Kerusuhan itu membuat 10 toko tutup karena rusak parah dan tidak ada barang yang layak dijual. Selain itu ratusan orang tidak mau membayar utang dengan alasan toko tutup.

Tahun 1999 Columbia memperkuat manajemen dan operasional cabang serta meningkatkan sumber daya manusia. Tahun 2000 karyawan berjumlah sekitar 15.000 orang yang tersebar di seluruh Indonesia. Tahun 2001 karyawan berjumlah sekitar 23.000 orang dengan 603 cabang toko (outlet) dan 72 mobile outlet di seluruh Indonesia.

Tahun 2002 Leo membeli PT Sunprima Nusantara Pembiayaan (SNP) untuk menyokong pembiayaan secara kredit. Pelanggan utama SNP adalah konsumen Columbia. Awal tahun 2003 jumlah karyawan berkurang dari 23.985 orang menjadi 17.604 orang. GOSIPNYA 23.985 karyawan adalah Sales Executive 6.835 orang, Sales Counter 3.556 orang, Super Visor Sales Counter 601 orang, Super Visor Sales Executive 6.835 orang, Non Sales 6.158 orang.

Darwin Leo
lahir April 1975 di Medan

Sejak tahun 2003 anaknya, Darwin Leo, perlahan-lahan disiapkan untuk menjadi penerus bisnis keluarga. Darwin mendapat bekal ilmu dari Aoyama Gikuin University, Jepang. Setelah lulus tahun 1999 Darwin bekerja di Okamura yang bergerak di bidang manufaktur dan perlengkapan kantor serta komersial selama 3 tahun. Darwin memilih perusahaan lokal yang memiliki budaya kerja tradisional Jepang karena ingin belajar manajemen bisnis filosofi perusahaan ala Jepang.

Tahun 2003 Darwin kembali ke Indonesia. Ketika pertama bergabung Darwin menangani produk furnitur mulai dari proses pembelian, penawaran, dan distribusi barang, dengan jabatan assistant manager purchasing. Tahun 2005 Darwin ditugasi menangani produk elektronik dan lalu dipindahkan ke marketing, operasional, sebelum menjadi pimpinan perusahaan. Awal tahun 2006 Columbia membuka outlet terbesarnya di Bogor Trade Mall seluas 700 m².

Tahun 2013 Columbia memiliki 402 cabang outlet, 77 mobile outlet, serta 14.000 karyawan yang terdiri dari 9.000 supports dan 5.000 sales. Berbagai program pendidikan dan pengembangan terus dilakukan. Salah satunya adalah dengan meningkatkan pengetahuan karyawan melalui program Apel Pagi Nasional, Apel Siaga Nasional, dan Apel Akbar yang dilaksanakan di seluruh cabang toko. Seluruh karyawan termasuk direktur, harus mengikuti program ini. Selain itu, setiap departemen harus menyusun jadwal pelatihan sendiri dan dikoordinasikan dengan Departemen Training Pusat dalam pelaksanaannya. GOSIPNYA omzet tahun 2013 mencapai Rp. 2 trilyun per tahun.

Tahun 2017 Columbia memiliki 350 cabang outlet dan 79 mobile outlet. Banyaknya pesaing membuat Darwin menyediakan layanan jemput bola yang memudahkan dan memanjakan pelanggan. Perubahan lain yang dilakukan Darwin adalah mengoptimalkan outlet-oulet yang dimiliki Columbia. Bila sebelumnya hanya melayani pembelian end user, kini outlet tersebut mulai merambah ke pasar korporasi.

Nestle dan Unilever tercatat pernah menjadi konsumen Columbia. Biasanya mereka membeli produk furnitur untuk dikirim ke kantor-kantor cabang atau membeli produk elektronik sebagai hadiah untuk karyawan ataupun pelanggan mereka. Selain itu, Columbia juga bekerja sama dengan beberapa perusahaan Fast Moving Consumer Goods (FMCG) dan perbankan untuk melayani kredit khusus karyawan perusahaan tersebut.

Keuntungan perusahaan bekerja sama dengan Columbia adalah mereka bisa membeli di satu tempat dengan harga yang sama, tapi dapat dikirim ke seluruh Indonesia. Sementara bagi karyawan yang bekerja di perusahaan yang bermitra dengan Columbia, mereka mendapatkan bunga lebih rendah dibandingkan pembelian ritel.

Selain merambah pasar korporasi, Columbia juga mulai melebarkan sayap ke pasar mancanegara dengan membidik para tenaga kerja Indonesia (TKI) melalui kantor cabang yang berada di Taiwan, Hong Kong, dan Singapura. Para TKI bisa membeli di sana dan barangnya dapat dikirimkan kepada keluarganya di Indonesia.

Darwin mengklaim semua strategi yang diterapkannya cukup ampuh dalam meningkatkan penjualan Columbia. Meski kondisi ekonomi lesu dan penjualan barang elektronik nasional menurun, Columbia masih mengalami pertumbuhan positif di kisaran angka 10%.

“Kontribusi penjualan saat ini sekitar 60% berasal dari produk elektronik, furnitur sekitar 20%, IT dan gadget sekitar 20%. Kami optimistis akan terus tumbuh karena tidak semua peritel memiliki jaringan seluas Columbia. Sekarang hanya perlu menjaga customer base agar tidak lari ke kompetitor,” tuturnya pada tahun 2017.

Darwin juga melayani pembelian online lewat aplikasi iOS dan Android bernama ShootYourDream dan situs www.shootyourdream.com. "Kontribusi online tidak lebih dari 10%, tapi kanal ini memperlebar segmentasi yang dibidik. Jadi kalau pelanggan di Columbia secara konvensional berumur di atas 30 tahun, Shoot Your Dream menggaet pelanggan usia 20 tahun. Permintaan produknya pun sangat berbeda, sekitar 85% permintaan adalah gadget," tukas Darwin tahun 2017.

Melalui www.kukuruyuk.com, Darwin juga menyediakan barang elektronik refurbish, yakni barang yang dikembalikan konsumen, namun telah melalui proses pengecekan dan perbaikan (jika diperlukan) agar menyerupai kondisi semula. "Kehadiran kukuruyuk.com dapat menjadi solusi karena hampir semua barang refurbish hadir dengan garansi," pungkasnya.

Salah satu pelayanan lain yang diberikan Columbia kepada konsumennya adalah kebijakan untuk konsumen yang dapat menyicil sebanyak setengah dari total angsurannya akan berhak untuk membeli produk berikutnya. Hal ini menjadi salah satu cara untuk meningkatkan pembelian berikutnya.

Penghargaan untuk konsumen yang berhasil melakukan pembayaran tepat waktu diberikan melalui Point Reward Columbia Star Club. Columbia juga mempermudah metode pembayaran dengan menghadirkan berbagai alternatif pembayaran seperti ATM, Indomaret, Alfamart, Pegadaian dan Kantor Pos Indonesia.

Penawaran lainnya yang diberikan yaitu potongan harga cicilan yang lebih murah untuk pelanggan setia dibandingkan harga cicilan bagi pelanggan baru. Program ini telah dijalankan sejak 2016. Total nasabah Columbia telah mencapai 6 juta orang dengan komposisi di Pulau Jawa 60% dan di luar Jawa 40%. Columbia menargetkan setiap bulannya 30-35% dari penjualan harus berasal dari pelanggan lama dan sisanya dari pelanggan baru.

Layanan lain dihadirkan Columbia, dimana konsumen bisa membuka toko dan menjual produk-produk Columbia melalui situs www.mise.id. Dari situ mereka akan mendapatkan komisi untuk setiap produk yang berhasil dijual. Ini menjadi bentuk kemitraan Columbia dengan pelanggan sehingga mereka bisa membuka toko tanpa modal dan stok barang. Columbia juga bekerjasama dengan situs yang membutuhkan layanan pembiayaan untuk produk yang mereka jual seperti www.mataharimall.com, www.alfacart.com, www.plazakamera.com.

Pertumbuhan kredit Columbia sebelum tahun 2016 terakhir mencapai 10-15%. Kondisi ini disesuaikan dengan faktor kehati-hatian dalam bisnis kredit dari sisi kemampuan orang membayar karena faktor ekonomi yang melemah akan mempengaruhi daya beli masyarakat. Columbia melakukannya melalui Instant Approval Through Digital Scoring di MyColumbia App yang diluncurkan pada November 2017. Columbia menargetkan pertumbuhan kredit 6-8% hingga akhir 2017.

Pada akhir tahun 2017 Columbia meraih Indonesian Customer Satisfaction Award 2017 (ICSA) pada kategori pembiayaan elektronik, furnitur, perlengkapan rumah. Selain itu pada 14 Desember 2017 Leo Chandra mendapatkan penghargaan Lifetime Achievement in Multifinance Industry 2017 dari Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI). Penghargaan itu dicabut kembali setelah kasus gagal bayar SNP mencuat. SNP gagal bayar bunga surat utang jangka menengah atau Medium Term Notes (MTN) SNP Tahap II dan III yang jatuh tempo 9 Mei 2018 dan 14 Mei 2018.

Grup Columbia merupakan gabungan kelompok usaha yang terdiri dari beberapa perusahaan, diantaranya PT Cipta Pratama Mandiri, PT Citra Prima Mandiri, PT Sunprima Nusantara Pembiayaan (SNP) serta Citra Panji Mandiri. PT Cipta Pratama Mandiri maupun PT Citra Prima Mandiri merupakan perusahaan yang bergerak di bidang retail. Sedangkan PT Sunprima Nusantara Pembiayaan dan Citra Panji Mandiri merupakan perusahaan pembiayaan. Tahun 2018 Columbia memiliki 358 cabang outlet dan 27 mobile outlet.

Alur bisnis Columbia hingga SNP: Columbia menerima order pembelian barang dari konsumen. Order diteruskan kepada PT Cipta Pratama Mandiri maupun PT Citra Prima Mandiri. Proses pembiayaan atas pengadaan barang tersebut diproses oleh SNP.

SNP masuk proses penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) sejak 8 Mei 2018. Bermula dari permohonan pailit dua mantan karyawannya Herlina Rahardjo dan Fredi Imam Santoso dengan nomor perkara 10/Pdt.Sus-Pailit/2018/PN Niaga Jkt.Pst pada 18 April 2018. Nilai tagihannya berkisar Rp. 900 juta. Pada 2 Mei 2018 SNP mengajukan agar permohonan pailit tersebut jadi PKPU sukarela dengan nomor perkara 52/Pdt.Sus-PKPU/2018/PN Jkt.Pst.

Pemegang saham SNP per 31 Desember 2017 adalah 66,66% oleh Leo Chandra dan keluarga melalui PT Cipta Pratama Mandiri dan 33,34% melalui kepemilikan langsung. Total kewajiban bunga utang yang belum dibayar adalah Rp. 6,75 milyar dari dua seri MTN. Pertama MTN V SNP Tahap II senilai Rp. 5,25 milyar yang jatuh tempo 9 Mei 2018 dengan nilai pokok Rp. 200 milyar yang terbit Februari 2018 dengan Rating Pefindo idA/Stable dengan kupon 10,5%. Kedua bunga MTN III seri B senilai Rp. 1,5 milyar yang diliris 13 November 2018 senilai Rp. 50 milyar dengan kupon 12,12% dengan Rating idA/Stable.

Menurut data dari PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), seluruh nilai MTN sebesar Rp. 1,852 trilyun dengan jatuh tempo dan seri yang berbeda. Nilai MTN yang jatuh tempo 2018 sebesar Rp. 725 milyar dengan 5 seri. Sementara MTN yang jatuh tempo 2019 sebesar Rp. 817 milyar dengan 10 Seri dan yang jatuh tempo 2020 sebesar Rp. 310 milyar dengan 4 seri. Semua dengan rating idA/Stable dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo).

Dari rapat kreditur di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat tanggal 30 Mei 2018 diketahui ada 28 kreditur yang mendaftarkan tagihannya, dimana 19 kreditur merupakan pemegang jaminan (separatis) dengan total tagihan Rp. 2.486 milyar yang terdiri dari Samuel Aset Manajemen dengan tagihan Rp. 80 milyar, Reliance Capital Management Rp. 30 milyar, dan tiga kreditur lainnya dengan tagihan Rp. 155 milyar, serta 14 bank:
-Bank Mandiri dengan tagihan Rp. 1,4 trilyun
-Bank BCA Rp. 210 milyar
-Bank Panin Rp. 141 milyar
-Bank Ganesha Rp. 77 milyar
-Bank Resona Perdania Rp. 74 milyar
-Bank J-Trust Rp. 55 milyar
-Bank Victoria Rp. 55 milyar
-Bank China Trust Rp. 50 milyar
-Bank Nusa Parahyangan Rp. 46 milyar
-Bank Internasional Nobu Rp. 33 milyar
-Bank Capital Rp. 30 milyar
-Bank BJB Rp. 25 milyar
-Bank Woori Saudara Rp. 16 milyar
-Bank Sinarmas Rp. 9 milyar

Dalam proses PKPU, SNP punya tagihan senilai Rp. 4,094 trilyun. Perinciannya ada lima kreditur tanpa jaminan atau konkuren dengan tagihan Rp. 338 juta, dan Rp. 3,957 trilyun untuk 354 kreditur separatis alias pemegang jaminan. Selain itu ada tagihan bunga dan denda senilai Rp. 17,020 milyar dari kreditur separatis. Sementara rincian kreditur separatis antara lain yaitu 14 kreditur berasal dari perbankan dengan tagihan senilai Rp. 2,221 trilyun. Sisanya tagihan senilai Rp. 1,85 trilyun adalah jumlah yang harus dibayarkan kepada 336 pemegang MTN terbitan SNP.

SNP mengikuti jejak multifinance yang sudah bermasalah seperti Arjuna Finance, Bima Finance, Mandiri Finance Indonesia, IBF dan SAF. Jatuhnya multifinance tersebut dengan pola yang sama (PKPU) akan menyusahkan multifinance yang masih berdiri sekarang karena dengan rating Pefindo idA/Stable dan diaudit oleh Deloitte saja tumbang. Hal ini tentu akan membuat bank-bank meragukan multifinance yang diaudit akuntan di bawah kelas Deloitte yang merupakan urutan kedua terbesar di dunia dalam bidang jasa profesional setelah Pricewaterhouse Coopers. Pada 14 Mei 2018 Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membekukan kegiatan usaha SNP.

Pada 14 September 2018 Wahyu Handoko (Supervisor Treasury dan Bank Relation), Donni Satria (Direktur Utama SNP), Andi Pawelloi (Direktur Operasional), Rudi Asnawi (Direktur Keuangan), Christian D. Sasmita (Manajer Akuntansi) ditangkap di Jakarta. Anita Sutanto (Asisten Manajer Keuangan) ditangkap secara terpisah pada 18 September 2018 di Jakarta.

"Modus yang dilakukan oleh SNP, yaitu menambahi, menggandakan, atau menggunakan berkali-kali daftar piutang ini sehingga kreditur mengeluarkan sebesar apa yang mereka minta sesuai dengan daftar," terang Wakil Direktur Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Kombes Daniel Tahi Monang Silitonga di Kantor Bareskrim Polri, Jakarta Pusat, 24 September 2018.

Leo Chandra menyerahkan diri ke Bareskrim Mabes Polri pada 27 September 2018 setelah dicekal oleh imigrasi. Pada 31 Oktober 2018 Sie Ling (Manajer Keuangan SNP) ditangkap polisi sehingga tinggal tersisa Darwin Leo yang masih buron. Ia akan dijerat Pasal 263 KUHP, dan/atau Pasal 372 KUHP, dan/atau Pasal 378 KUHP, dan/atau Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5 UU Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.