Pollux Group


Struktur Pollux Properties

Struktur Saham Perseroan

FAMILI

Po Sun Kok
lahir 23 September 1948 di Sambas, Kalimantan Barat
pendidikan: SMA Kesatrian (1967)

Luciana Fulia
lahir 19 September 1954 di Sambas, Kalimantan Barat
pendidikan: S1 Akuntansi (1977)  dari Universitas Trisakti, Jakarta

Po Wiwiek Purnomo
lahir 14 Oktober 1976 di Semarang, Jawa Tengah 
pendidikan: Bachelor of Science (2000) dari University of Boston, Amerika Serikat

Dewi Susanti
lahir 30 Maret 1978 di Semarang, Jawa Tengah
pendidikan: Bachelor of Science and Accounting (2000) dari University of Southern California, Amerika Serikat

Nico Purnomo Po
lahir 14 Oktober 1981 di Semarang, Jawa Tengah
pendidikan:
The Honorary Doctorate of Business Administration (2011) dari Inter American University in Puerto Rico
Bachelor of Computer Science (2003) dari National University of Singapore

istri Nico: Diana Joyo Rachmatien
lahir 8 Juni 1995 di Jakarta

USAHA PROPERTI
Singapura:
-Park Residences Kovan
-Metro Loft
-Pavilion Square
-Garden Park Residences
-Berkeley Residences
-Mayfair Residences
-Louis Kienne Serviced Residences Havelock

Indonesia:
-Paragon Mall, Semarang
-Paragon II, Semarang
-Po Hotel, Semarang
-Merbabu Hotel, Semarang
-The Pinnacle, Semarang
-W/R Simpang Lima, Semarang
-Louis Kienne Hotel Simpang Lima, Semarang
-Louis Kienne Hotel Pandanaran, Semarang
-Louis Kienne Hotel Pemuda, Semarang
-Central City Mall, Semarang
-Marquis de Lafayette, Semarang
-Boulevard Vue, Semarang
-World Capital Tower, Jakarta
-Amarsvati, Bali
-Chadstone, Cikarang
-Meisterstadt, Batam
-Pollux Skysuites, Jakarta
-Pollux Technopolis, Karawang

GOSIPNYA
GOSIPNYA Bisnis keluarga Po dimulai tahun 1958 oleh nenek Nico Purnomo Po yang merantau ke Semarang dari Sambas, Kalimantan Barat dan menjual baju yang ia rajut sendiri pada teman-temannya. 

Bisnisnya mulai berkembang ketika Po Sun Kok mengambil alih bisnis dan mengembangkan perusahaan dengan memperluas skala produksi dengan modal 90 unit mesin garmen dalam satu fasilitas produksi dan mulai mengekspor garmen ke Eropa tahun 1980. Tahun 1984 perusahaan mulai mengekspor ke Amerika Serikat. 

Tahun 1989 perusahaan menjadi badan hukum Perseroan Terbatas (PT) dengan nama Golden Flower pada 7 Maret 1989 dan menambah 7 fasilitas produksi serta 4.080 unit mesin garmen. Dengan penambahan itu kapasitas produksi perusahaan mencapai 700 ribu lembar pakaian per bulan. Hingga kini perusahaan masih mengekspor pada banyak perusahaan terkenal dunia seperti: Zara, Muji, Calvin Klein, Tommy Hilfiger, Karl Lagerfeld, DKNY, Perry Ellis, Ann Taylor, Talbots, J.Crew, Esprit, Ralph Lauren, dan masih banyak lainnya.

Po Sun Kok juga merambah bisnis properti di Singapura lewat Pollux Properties Ltd yang didirikan tahun 1999. Di sana Po Sun Kok mendirikan perumahan untuk kalangan menengah ke atas seperti Park Residences Kovan, Metro Loft, Pavilion Square, Garden Park Residences, Berkeley Residences, Mayfair Residences, dan Louis Kienne Serviced Residences Havelock.

Setelah lama di Singapura, Pollux mulai membangun di Semarang, Jawa Tengah. Properti yang dibangun adalah Paragon Mall, Po Hotel, Merbabu Hotel, apartemen dan kondotel The Pinnacle, apartemen W/R Simpang Lima, Louis Kienne Hotel (Simpang Lima, Pandanaran, Pemuda), Central City Mall, Marquis de Lafayette, Paragon II, serta Boulevard Vue. 

Di luar Semarang, Pollux juga membangun World Capital Tower di Jakarta, kondotel mewah Amarsvati di Bali, mega superblok Pollux Chadstone di Cikarang yang semuanya telah selesai tahun 2019. Setelah itu real estate Meisterstadt juga dibangun tahun 2020 di Batam, bekerjasama dengan mantan presiden B.J. Habibie sehingga sering dinamakan Pollux Habibie. Kini proyek Pollux Skysuites sedang dikerjakan di Jakarta Selatan, dan proyek Pollux Technopolis sedang dikerjakan di Karawang, Jawa Barat.

Perlahan-lahan tongkat estafet mulai diberikan Po Sun Kok pada anaknya, Nico Purnomo Po. Perkenalan Nico dengan dunia bisnis dimulai saat dia masih duduk di bangku sekolah dasar. Ayahnya mengajak Nico ke pabrik garmen untuk belajar ketika libur sekolah. Ia dididik bagaimana menghadapi karyawan, belajar teknik menjahit, juga cara menghadapi pembeli dari luar negeri. Ia sering diajak ke luar negeri untuk bertemu buyersupplier, maupun karyawan.

Tahun 2005, setelah lulus kuliah dari Jurusan Ilmu Komputer National University of Singapore, ia diberi tugas menangani properti yang dibeli Pollux di Singapura. Nico lalu mengembangkan PT Pollux Investasi Internasional yang fokus investasinya untuk pendapatan jangka panjang, seperti membangun pusat belanja, hotel, dan resor. Setelah itu Nico mendirikan PT Pollux Properti Indonesia yang berfokus mengembangkan properti di Indonesia.

Nico adalah anak bungsu. Kakak pertamanya bernama Po Wiwiek Purnomo alias William Po, bertugas mengurus properti khusus investasi di bawah Noble Property Group. Kakak keduanya bernama Dewi Susanti, bertugas mengurus garmen di bawah Golden Flower Group. Nico bertugas mengembangkan Pollux Group.

Menurut Po Sun Kok ada 8 prinsip yang harus dipegang teguh keluarganya (GOSIPNYA dianut dari ajaran Konfusius). Pertama, Xiào (孝), yang artinya berbakti. Ia menerangkan, berbakti itu memang tugas anak-anak kepada orang tua. Bila seseorang berbakti pada orang tua, berarti dia memiliki moral yang baik. "Jadi, dalam bisnis, jika kita bertemu dengan orang yang lebih tua dari kita atau lebih muda, kita harus selalu hormat," katanya.

Kedua, Tì (悌), menghormati antarsaudara. Dalam suatu keluarga, jika akur, akan bisa berdiri kokoh dan kuat. Alangkah baiknya dalam suatu keluarga besar semua bisa kerjasama, bisa kumpul. Meskipun pekerjaannya berbeda, bisa sama-sama mendukung. "Itu yang saya ajarkan kepada anak-anak bahwa kami harus selalu mendukung, selalu mengalah, selalu memberi. Itu yang kami utamakan karena yang pertama membantu kami pasti saudara, baru teman-teman yang lain," Po menuturkan.

Ketiga, Zhōng (忠), setia. "Kesetiaan dalam segala segi," ujar Po menandaskan. Berteman juga yang setia, apalagi berkeluarga, setia pada istri, suami, dan keluarga. "Keluarga itu buat saya adalah beban yang harus saya bawa dengan sempurna dan baik. Ketika kita setia pada semua orang, pasti orang lain juga akan setia pada kita. Setia itu dengan tulus, tidak dengan pura-pura."

Keempat, Xìn (信), kepercayaan. Baginya, orang hidup yang diutamakan adalah kepercayaan. Jika sudah dipercaya orang, itu modalnya 50% sudah ada. "Jadi, sejak kecil saya selalu menanamkan tanggung jawab. Misalnya, mereka saya beri uang saku, selalu saya minta suatu tanggung jawab atas kepercayaan yang diberikan kepada mereka itu. Sampai sekarang pun kalau anak-anak punya utang, dia harus tanggung jawab atas utangnya. Sejak kecil yang saya tanamkan adalah masalah keuangan."

Kelima, Lǐ (禮), sopan santun. Po menjelaskan, sopan santun untuk kita atau mungkin untuk orang lain adalah suatu ajaran apa yang boleh dan tidak boleh. Jika bertemu dengan yang lebih besar, harus panggilnya apa, yang kecil apa. Orang tua harus dibantu. Kepada yang lebih muda pun, harus sopan santun, dengan teman pun harus lebih sopan santun. Karena, jika di sekolah ada guru, di kuliah ada dosen, di masyarakat ada siapa? "Jadi, teman itu adalah guru kita ketika di masyarakat. Jika kita sopan santun pada teman, tentu teman itu tidak akan berani sembarangan dengan kita."

Keenam, Yì (義), kebenaran. Semua upacara rohani dan upacara kemanusiaan. Po mengaku selalu pergi ke Masjid Sultan di Sambas. Kalau sore, ia ke sana untuk meditasi satu jam sampai tertidur. Ia pun tak segan-segan ikut upacara keagamaan orang muslim. Ia juga selalu mengajarkan kepada anak-anaknya untuk menghadiri semua upacara, upacara ketuhanan, rohani, apalagi kemanusiaan. Ketika ada yang ulang tahun, ia selalu mengingatkan keluarganya untuk hadir. "Kalau tidak bisa hadir, kami kirim ucapan selamat. Hidup itu selalu berubah-ubah, macam-macam posisi, nasib. Saya selalu mengajarkan untuk menghargai semua dan menghadiri segala upacara," kata Po.

Ketujuh, Lián (廉), integritas, jadi orang harus bersih. "Ketika mempunyai utang, saya harus bayar. Setelah bayar, tentu saya bersih. Tidak ada cacat di hati, apa pun bersih. Orang mengirim kelebihan, kita harus kembalikan, jangan memanipulasi. Orang dagang pasti cari untung, tapi untungnya itu harus untung yang bersih, untung yang benar," katanya menegaskan.

Kedelapan, Chǐ (恥), tahu malu. "Supaya kita tidak dipermalukan orang, perilaku kita harus bagaimana supaya tidak merasa malu. Misalnya, istri teman jangan kamu gauli, tahu malu," Po menegaskan lagi.

Menurutnya delapan prinsip tersebut sangat baik untuk keluarga, perdagangan, dan sosial. "Ini wajib diterapkan," tandas Po. Apalagi yang nomor dua, yakni menghargai saudara dan keluarga. "Kamu bisa mendapatkan dunia, kamu mendapatkan Roma yang begitu mewah tapi kehilangan keluarga, apa gunanya. Hidup di dunia itu yang penting relasi, kamu bisa mendapatkan dunia seluruhnya, Roma di tanganmu, tapi kamu kehilangan keluarga yang memberimu kehangatan, perlindungan batin, tidak akan berarti apa-apa."

Nico menegaskan, nilai-nilai tersebut harus dijalankan supaya menjadi pondasi yang kuat untuk bergerak di dunia usaha. "Ini nilai-nilai yang sangat penting dan menjadi prinsip dasar, dan kami selalu mencoba menerapkannya di level direksi, manajer, dan staf," katanya.

Dalam menjalankan bisnis, ayah dan kakak-kakaknya menjadi teman dalam mendiskusikan segala persoalan. "Dari kecil kami dididik untuk selalu bersama-sama mendiskusikan segala hal tentang dunia usaha. Karena itu, selesai sekolah dan masuk ke dunia usaha, hal itu tidaklah asing bagi kami, dan kami sering bersinergi," ungkapnya.

Sampai saat ini, menurut Nico, sinergi yang kuat menjadi salah satu fondasi dalam bisnisnya. Artinya, harus saling bertukar pikiran, bersinergi dalam manajemen dengan baik supaya mendapatkan suatu strategi yang akurat. "“Kami cukup aktif komunikasi dan diskusi, baik informal dan formal bisa dilakukan, tidak perlu rapat direksi. Untuk sehari-hari, tukar pikiran itu penting. Bapak memastikan arahan keseluruhan dan kami mengeksekusi dengan baik," katanya.

Selain itu, ibunya yang menjabat Wakil Presiden Komisaris Pollux Properties Group, juga menjadi salah satu mentornya. Nico bercerita, ibunya adalah seorang yang kuat dalam management skill dan eksekusi dalam operasional perusahaan. "Beliau mempunyai banyak sekali pengalaman dalam mengelola sebuah perusahaan yang sukses. Ilmu manajemen beliau sangat baik untuk diterapkan di dalam perusahaan. Jadi, Bapak di dalam komite yang strategis dan risk, Ibu masuk dalam komite audit, operasional risk, dan manajemen," Nico menjelaskan.

Sebagai pebisnis, Nico menyadari perlu adanya terobosan baru agar bisa meraih sukses. Melihat pasar Indonesia sekarang, yang 60 persennya adalah kelompok milenial, maka terobosan yang dilakukannya adalah membuat produk yang sesuai dengan keinginan mereka: harganya terjangkau tetapi memiliki kualitas yang baik dan memberikan kenyamanan di dalam gaya hidup kaum muda saat ini. Maka, dikembangkanlah proyek Meisterstadt di Batam, Chadstone di Cikarang, dan dibangun proyek sejenis di Karawang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.