Tokopedia

Victor Fungkong
lahir 16 Oktober 1961

William Tanuwijaya
lahir 11 November 1981 di Pematang Siantar, Sumatera Utara

Leontinus Alpha Edison
lahir 19 Maret 1981 di Pontianak, Kalimantan Barat

GOSIPNYA
Setelah lulus dari SMA Methodist di Pematang Siantar tahun 1999, William Tanuwijaya disuruh kuliah ke Jakarta oleh ayah dan pamannya. Ia mengambil jurusan Teknik Informatika di Universitas Bina Nusantara (BINUS). Tahun 2001 ayahnya sakit sehingga ia harus mencari pekerjaan sampingan sebagai penjaga warung internet (warnet) di dekat kampusnya di Kemanggisan dari pukul 9 malam hingga 9 pagi. GOSIPNYA ia mendapat upah 10 ribu Rupiah sehari. GOSIPNYA untuk mendapat penghasilan tambahan, ia membuat situs sederhana untuk perusahaan dengan tarif 300 ribu Rupiah.

Setelah lulus dari BINUS tahun 2003, ia bekerja sebagai Game Developer di Boleh Net Indonesia. Tidak lama kemudian ia bekerja sebagai Software Developer di Signet Pratama dari tahun 2003 hingga 2004 dan lalu pindah menjadi Software Developer di Sqiva Sistem tahun 2004 hingga 2005.

Tahun 2005 ia pindah ke Indocom Mediatama sebagai Business Development Manager. Tugasnya adalah mengembangkan bisnis perusahaan melalui teknologi informasi. GOSIPNYA karena pekerjaannya inilah ia merintis sebuah software yang kelak menjadi Tokopedia. Ia berdiskusi dengan general manager di perusahaan itu, Leontinus Alpha Edison yang mulai bekerja sejak Juni 2006. GOSIPNYA William sudah mengenalnya sejak bekerja di Signet.

Setelah lulus di fakultas Teknologi Informasi Universitas Atma Jaya di Yogyakarta pada tahun 2003, Leontinus bekerja sebagai website developer di Signet Pratama pada November 2003. Pada pertengahan 2004 ia pindah ke Sqiva Sistem hingga akhir 2005 dan bertugas mengembangkan aplikasi akuntansi berbasis jaringan. Pada awal 2006 ia pindah lagi ke Semesta Tirta Antara Raya mengerjakan beberapa aplikasi seluler dengan teknologi SMS. Pada pertengahan tahun 2006 ia pindah ke Indocom Mediatama dan bertemu kembali dengan William.

Mereka mendiskusikan dan membangun sebuah aplikasi yang memuat berbagai macam toko dalam sebuah situs seperti halnya ensiklopedia. Dari sinilah muncul gagasan nama Tokopedia yang merupakan gabungan toko dan ensiklopedia. Hal ini berdasarkan pengalaman William di Pematang Siantar dan Leontinus di Pontianak yang kesulitan mencari barang yang bervariasi, tidak seperti di Jakarta. Mereka ingin semua daerah di Indonesia bisa memilih barang yang bervariasi seperti di Jakarta cukup melalui sebuah aplikasi.

Saat itu, William merupakan seorang moderator di forum KafeGaul.com (tutup pada April 2011), sebuah forum terkenal di akhir dekade 1990-an dan awal dekade 2000-an sebelum dikalahkan oleh Kaskus. Saat itu ia melihat banyak pembeli mengeluh mengenai transaksi jual-beli online.

Sebenarnya saat itu ada Bhinneka, sebuah toko online terpercaya yang menyediakan kebutuhan komputer, laptop, gadget, dan aksesorisnya. Selain Bhinneka, hanya ada Kaskus sebagai tempat jual-beli barang lainnya, karena Tokobagus (yang akhirnya dilebur bersama Berniaga menjadi OLX) lebih condong pada transaksi cash on delivery (COD) sesama kota. Hal inilah yang menyebabkan perlahan-lahan komunitas berpindah dari KafeGaul ke Kaskus.

Masalah di Kaskus adalah tidak adanya pihak ketiga yang menjamin kelancaran transaksi antara pembeli dan penjual. Banyak penjual yang tidak mengirimkan barang setelah pembeli mengirim uang, sedangkan jika pembeli ingin bertransaksi secara COD, mereka terhalang masalah jarak yang umumnya hanya bisa dilakukan di kota yang sama. Pada tahun 2006 muncullah pihak ketiga yang disebut rekening bersama (RekBer).

Skema sistem Blackpanda

Saat itu RekBer yang paling terkenal adalah Blackpanda karena satu-satunya yang sudah berbadan usaha CV.  Blackpanda dipercaya karena selain sudah CV, pada tahun 2012 ia mengungguli 6 saingan RekBer yang paling dipercaya di Kaskus yaitu: Rekening Bersama™, SanBank, PiggyBank, LazarusBank, IndoBank, dan Q-Bank. Blackpanda memiliki paling banyak testimonial, dan respon yang sangat cepat baik transaksi maupun keluhan.

William lalu mengemukakan idenya pada bosnya, Victor Fungkong yang memang merupakan investor startup. Setelah Victor Fungkong lulus dari Universitas Indonesia dengan gelar sarjana hukum, ia melanjutkan studi ke Columbia Law School di New York, AS dan mendapat gelar master hukum di sana. Ia sempat menjadi kepala keuangan sebuah departemen sebelum menjadi managing partner di Makarim & Taira S., Jakarta pada tahun 1991 hingga 1998. Ia lalu mendirikan Indonusa Dwitama tahun 2003, sebuah perusahaan investasi modal yang bergerak di bidang teknologi informasi, energi dan pertambangan. Ia juga merupakan direktur eksekutif di PT Ajinomoto Indonesia dan PT Summit Niaga.

Pada tahun 2004 Victor berinvestasi pada startup orori yang merupakan pelopor toko perhiasan online di Indonesia. GOSIPNYA Victor sudah berpengalaman di bisnis internet dengan membangun startup sejak tahun 2000 di Amerika Serikat.

Pada mulanya Victor masih ragu karena banyak faktor yang menjadi pertimbangan. Meski begitu, ia aktif memberikan pandangannya kepada William dan Leontinus. Ia juga turut berkontribusi mulai dari model bisnis hingga strateginya. GOSIPNYA Untuk menjawab keraguannya, ia mengenalkan William pada teman-temannya yang juga merupakan pemodal ventura.

Sesuai dugaannya, William dihujani berbagai pertanyaan seperti: siapa yang sudah berhasil karena bisnis teknologi di Indonesia? bagaimana jika pemain besar dunia datang ke Indonesia? bagaimana cara melawan kompetitor serupa di Indonesia? apa yang membuat kamu beda dengan orang lain yang memiliki ide serupa? bagaimana jika kamu gagal? pengalaman bisnis apa yang pernah kamu lakukan? dan sederet pertanyaan lainnya.

Setelah yakin tidak ada pemodal ventura yang mau mendanai, Victor mendaftarkan merek Tokopedia pada Desember 2008. Operasional dipercayakan kepada William dan Leontinus yang secara profesional digaji di Tokopedia (GOSIPNYA 3 juta Rupiah per bulan dan merangkak naik perlahan-lahan seiring kemajuan perusahaan). Pada 6 Februari 2009 akta perusahaan Tokopedia dibuat. Isinya adalah Victor berinvestasi Rp. 2,4 milyar dan memiliki 80% saham di Tokopedia, William dan Leontinus masing-masing memiliki 10% saham. GOSIPNYA meski hanya 10%, William memiliki hak veto dimana ketika ada tawaran akuisisi dari perusahaan lain, hanya dia yang bisa memutuskan meski pemegang saham lain 100% sepakat. Dengan hak ini pula ia mengontrol para pemilik saham.

Pada awalnya Tokopedia juga mendapat bantuan sumber daya manusia yang berasal dari karyawan Indonusa Dwitama yang mengurusi masalah operasional seperti keuangan, akuntansi, pajak, dan hukum. Victor juga membantu Tokopedia hingga East Ventures masuk sebagai investor pertama pada Januari 2010.

Pada 16 Agustus 2009, William dan Leontinus dibantu seorang programmer dan seorang customer service meluncurkan situs Tokopedia pada jam 12 malam. Semua berada di rumah dan kos masing-masing. GOSIPNYA tanggal 17 Agustus sengaja dipilih agar didoakan seluruh masyarakat Indonesia secara tidak langsung.

Sebelum peluncuran Tokopedia sudah bermitra dengan 70 penjual. Saat peluncuran, Tokopedia memanfaatkan momentum. Pada pertengahan 2009, Indonesia mendapat musibah bom di Hotel Ritz-Carlton dan JW Marriott di Jakarta Selatan yang memunculkan kampanye dari netizen dengan hashtag #KamiTidakTakut. Penjual kaus di Tokopedia lalu berkreasi sehingga search engine optimization (SEO) di Google bagus.

Seminggu setelah peluncuran, media pertama datang meliput dan Tokopedia mendapat liputan dua halaman. Pembaca Tempo yang memiliki bisnis ikut mendaftar dan terjadi pemasaran mulut ke mulut sehingga cukup banyak menambah jumlah pedagang.

Pada bulan pertama berdiri, Tokopedia berhasil menggaet 509 pedagang dengan 4.560 member. Jumlah transaksi yang dibukukan hanya Rp. 33 juta. Tahun selanjutnya, perkembangan Tokopedia sangat signifikan. Mereka berhasil menggandeng 4.659 pedagang dengan 44.785 member. Transaksi yang ditorehkan mencapai Rp. 5,95 milyar.

William lalu kembali ke bekas kampusnya BINUS dengan mengikuti job fair dan menyewa dua booth agar terkesan prestisius. "Saya berdiri dua hari di pameran itu untuk mencari kandidat. Tidak satu pun yang melamar di pameran itu. Sementara, di depan saya adalah satu stan sebuah bank besar. Di stan bank itu ada ribuan mahasiswa yang mengantre. Di tempat saya cuma ada satu mahasiswi yang menjadi panitia dan dia bertanya ini perusahaan apa?" tutur William.

William lalu mengubah strategi dengan berbicara dari kelas ke kelas sehingga pelan-pelan jumlah pelamar mulai bertambah. Tahun 2014 mereka mendapat 85 orang. Namun, kemudian setelah itu ada perubahan yang sangat menguntungkan Tokopedia.

Perkembangan internet di Indonesia mulai berkembang sejak Telkom memperkenalkan paket Speedy berbasis waktu pada 1 April 2007 yaitu 50 jam dengan kecepatan maksimal 384 Kbps dan biaya Rp. 200.000 per bulan. Saat itu orang masih mengakses situs dari komputer dan laptop, sedangkan ponsel dipakai jika tidak mempunyai komputer dan laptop atau ketika sedang bepergian keluar rumah. Sebagian kecil orang mulai berhenti datang ke warnet ketika itu.

Pada pertengahan tahun 2008 Telkom menawarkan paket internet unlimited yaitu Telkomsel Flash. Ini adalah penawaran unlimited pertama yang terjangkau dari operator seluler. Paket yang sangat menarik minat konsumen adalah paket tanpa modem dan tanpa kontrak minimal waktu yaitu:
-Basic Rp. 125.000, speed up to 256 Kbps
-Advance Rp. 225.000, speed up to 512 Kbps
-Pro Rp. 400.000, speed up to 3,6 Mbps

Setelah mencapai 3 GB sebulan, maka kecepatan diturunkan menjadi 64 Kbps (untuk pelanggan paket Basic dan Advance) dan menjadi 128 Kbps (untuk paket Pro). Kuota itu dianggap cukup saat itu untuk pemakaian normal di luar rumah.

Pemakaian ponsel yang sejak dulu didominasi merek Nokia mulai mendapat persaingan dengan hadirnya BlackBerry Curve 8300 pada Mei 2007, BlackBerry Storm pada November 2008, serta BlackBerry Bold pada Mei 2009. pemakaian BlackBerry yang identik dengan BlackBerry Messenger (BBM) mulai ditinggalkan ketika Xiaomi Redmi S ilegal hadir pada Juli 2013 dan Xiaomi Redmi 1S resmi hadir di Indonesia pada 4 September 2014.

Xiaomi Redmi 1S yang dijual dengan harga 1,5 juta Rupiah memiliki layar besar 4,7 inci, resolusi 720x1280 pixels, Asahi Dragontrail Glass, CPU Quad-core 1,6 GHz yang kencang, RAM 1 GB yang dianggap besar, kamera belakang 8 MP 1/3" f/2.2, kamera depan 1,6 MP, memori internal 8 GB, memori eksternal hingga 32 GB, baterai 2.000 mAh, GPS, dual-SIM, jaringan 3,5G, serta Android Jelly Bean 4.3.

Sebagai perbandingan, Samsung Galaxy S III yang pernah menjadi flagship saat diluncurkan di Indonesia pada 2 Juni 2012 dengan harga 7 juta Rupiah, saat itu harga bekasnya sekitar 2 juta Rupiah. Spesifikasinya sangat mirip: layar 4,8 inci, resolusi 720x1280 pixels, Corning Gorilla Glass 2, CPU Quad-core 1,4 GHz, RAM 1 GB, kamera belakang 8 MP 1/3.2" f/2.6, kamera depan 1,9 MP, memori internal 16 GB, memori eksternal hingga 64 GB, baterai 2.100 mAh, GPS, single-SIM, jaringan 3,5G, serta Android Ice Cream 4.0.4 yang bisa di-upgrade hingga Jelly Bean 4.3.

Saat itu ponsel flagship dari Samsung adalah Galaxy S5 yang diluncurkan di Indonesia 12 April 2014 dengan bundling Telkomsel seharga 8,5 juta Rupiah. Spesifikasinya memang jauh, tapi harganya pun terlalu jauh dari jangkauan masyarakat menengah ke bawah.

Spesifikasi Redmi 1S dianggap luar biasa baik ketika itu mengingat harga barunya hanya 1,5 juta sehingga meskipun merek ponsel China saat itu masih dianggap murahan dan cepat rusak, orang mau membelinya karena respon yang sangat baik di seluruh dunia. Ditambah adanya service center yang banyak dan berkinerja baik (yang menjadi syarat wajib jika ponsel ingin laku di Indonesia), Xiaomi Redmi 1S saat itu laku keras di kalangan menengah ke bawah.

Pada Januari 2015 Telkom menghentikan Speedy yang memakai kabel tembaga dan menggantinya dengan Indihome yang memakai kabel fiber optik yang stabil. Paket fiber 10 Mbps ditawarkan dengan harga terjangkau: Rp. 355.000 per bulan.

Tahun 2015 layanan LTE 4G sudah ada di kota-kota besar di Indonesia dan diharapkan menjangkau seluruh Indonesia tahun 2022. XL menawarkan HotRod 4G mulai dari 100 ribu Rupiah per bulan dengan kuota 2,5GB di 3G dan 1GB di 4G. Indosat menawarkan paket super internet bulanan 4,5GB untuk 3G seharga 50 ribu Rupiah atau 9,5GB seharga 100 ribu Rupiah dan paket bulanan 2GB untuk 4G seharga 100 ribu Rupiah. Telkomsel Flash menawarkan paket bulanan 5GB di 3G seharga 150 ribu Rupiah, 8GB seharga 225 ribu Rupiah, dan 12GB seharga 400 ribu Rupiah. Telkomsel juga mengeluarkan kartu perdana Simpati Loop yang terbagi menjadi 12 zona wilayah dengan paket bulanan 6GB seharga 30-75 ribu Rupiah, 12,2GB seharga 50-110 ribu Rupiah, 16GB seharga 100-210 ribu Rupiah.

Blackpanda alias Roy Widya

Kombinasi internet fiber optik, paket selular yang makin cepat, banyak pilihan dan terjangkau, ponsel Android bagus yang terjangkau, serta layanan chatting Line dan WhatsApp di Android adalah awal dari melesatnya perkembangan internet dan startup di Indonesia. Ditambah dengan kasus Blackpanda yang membawa kabur uang lebih dari 500 juta Rupiah pada September 2015, membuat Tokopedia dan Bukalapak menjadi tujuan utama jual-beli online.

Belum lagi Tokopedia sudah beberapa kali mendapat investor setelah East Ventures pada 2010. Tahun 2011 Cyber Agent Ventures berinvestasi 700 ribu Dolar AS dan mendapatkan 10% saham Tokopedia. Tahun 2012, sebuah perusahaan asal Jepang, Netprice (kini Beenos Partners) melakukan investasi dengan nominal yang tidak diungkap. Tahun 2013 Softbank Ventures Korea, bersama dengan Cyber Agent Ventures dan East Ventures melakukan investasi dengan nominal yang tidak diungkap. Tahun 2014 Softbank Telecom Corp. bersama Sequoia Capital dan Softbank Ventures Korea berinvestasi 100 juta Dolar AS dan membuat Tokopedia meraih status Unicorn, status startup yang valuasinya sudah mencapai 1 milyar Dolar AS.

Berbagai peristiwa tersebut membuat puluhan ribu orang mengantri untuk melamar kerja di Tokopedia. Tahun 2016 Tokopedia kembali menerima investasi 147 juta Dolar AS dari perusahaan yang tidak dapat diungkap sebagai syarat investasi. Tahun 2017 Alibaba Group berinvestasi sebesar 1,1 milyar Dolar AS. Pada November 2018 Tokopedia mendapat 1 milyar Dolar AS dari sejumlah investor lamanya. Dengan investasi ini, Tokopedia sudah mengumpulkan dana 3,4 milyar Dolar AS dan membuat valuasi Tokopedia menjadi 7 milyar Dolar AS.

Pada 15-17 Agustus 2018 Tokopedia melakukan flash sale dimana orang dapat membeli barang dengan harga murah pada pukul 09.00-21.00. GOSIPNYA Seorang programmer melanggar kode etik dengan membuat software agar bisa lebih cepat mendapatkan barang yang diinginkan. Akibatnya 40 orang karyawan dipecat saat itu.

Hingga kuartal 4 tahun 2018 Tokopedia memiliki pengunjung situs bulanan 168 juta, Bukalapak 116 juta, Shopee 67,6 juta, Lazada 58,2 juta, Blibli 43 juta. Jumlah karyawan Tokopedia mencapai 2.215, Bukalapak 2.275, Shopee 2.263, Lazada 2.024, Blibli 1.120.

Shopee yang menggandeng Cristiano Ronaldo untuk menjadi brand ambassador sejak 14 Agustus 2019 berhasil mendongkrak popularitas Shopee. Hingga kuartal 4 tahun 2019 terjadi perubahan besar. Shopee memimpin pengunjung situs bulanan dengan jumlah 72,9 juta, Tokopedia 67,9 juta, Bukalapak 39,2 juta, Lazada 28,3 juta, Blibli 26,8 juta. Jumlah karyawan Shopee mencapai 3.799, Tokopedia 3.865, Bukalapak 2.672, Lazada 2.606, Blibli 1.716.


Pada 3 Mei 2020 akun twitter @underthebreach melaporkan ada kebocoran data 91 juta akun Tokopedia yang dijual 5.000 Dolar AS di Darknet. Tokopedia segera menanggapinya pada 2 Mei, "Berkaitan dengan isu yang beredar, kami menemukan adanya upaya pencurian data terhadap pengguna Tokopedia, namun Tokopedia memastikan, informasi penting pengguna, seperti password, tetap berhasil terlindungi.".

Sebelumnya, hacker asal Pakistan, Gnosticplayers mengklaim telah meretas puluhan situs populer termasuk Bukalapak. Gnosticplayers mengungkapkan ada 13 juta akun Bukalapak yang telah diretas dan dijual di Dream Market, situs jual beli di dark web. Pihak Bukalapak mengakui ada usaha peretasan pada situsnya tapi mengatakan bahwa situs mereka aman.

Pada 16 November 2020 Tokopedia mengumumkan telah mendapat investasi dari Google dan Temasek. Meski tidak ada pemberitahuan nominal, Bloomberg memperkirakan nilai investasi total sebesar 350 juta Dolar AS. Dengan investasi itu Google memegang 1,6% saham Tokopedia, sedangkan Anderson Investments yang berafiliasi dengan Temasek, memiliki 3,3% saham.

Hingga kuartal 3 tahun 2020 Shopee masih memimpin pengunjung situs bulanan dengan jumlah 96,5 juta, Tokopedia 84,9 juta, Bukalapak 31,4 juta, Lazada 22,6 juta, Blibli 18,6 juta. Jumlah karyawan Shopee mencapai 7.000, Tokopedia 4.300, Bukalapak 2.300, Lazada 3.500, Blibli 1.900.

Hingga kini baru ada 6 startup Indonesia dengan status unicorn: Gojek, Traveloka, Tokopedia, Bukalapak, OVO, JD.id.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.