Edward Tirtanata

Edward Tirtanata (kiri), Cynthia Chaerunnisa, James Prananto (kanan)

GOSIPNYA
Setelah lulus dari SMA Pelita Harapan Karawaci, Edward membantu orangtua yang berbisnis di bidang kayu. Setelah lulus dengan gelar Bachelor of Science di bidang Finance and Accounting dari Northeastern University di Boston, Amerika Serikat tahun 2010, ia sempat bekerja di kantor akuntan internasional Ernst & Young Jakarta selama 6 bulan. Selain mencoba berbisnis kain dan pakaian, ia juga sempat menjadi Managing Partner di iHuntington Consulting di Jakarta pada tahun 2013 yang bergerak di pemasaran merek.

Ia lalu berhenti dari pekerjaannya itu pada Agustus 2015 dan mendirikan Lewis & Carroll Tea pada September 2015. Ia mendapatkan inspirasi ketika ibunya berkunjung ke toko teh di Boston, AS. Di sana, konsumen bisa mencium berbagai macam aroma teh yang diinginkan sebelum diracik.

Konsep kafenya adalah memadukan teh dan hidangan penutup. Ada 52 jenis teh pada awal pembukaannya yang berkembang menjadi 80 jenis pada 2018. Varian inti terbagi menjadi 12 kategori yaitu Black, Black Blend, White, White Blend, Herbal, Green, Green Blend, Oolong, Oolong Blend, Spice, Fruit, Flower.

Grace Dharmawan

Ivan Wibowo

Hidangan penutup merupakan hasil kerja sama dengan pasangan yang dikenal dengan hidangan penutup mereka yang cantik, Ivan Wibowo dan Grace Dharmawan.

Sejak film Filosofi Kopi tayang di bioskop pada April 2015, perlahan-lahan kedai kopi mulai bermunculan dan menjadi bagian dari gaya hidup. Saat itu jika ingin menikmatinya di luar rumah hanya ada pilihan kafe yang menjual kopi sachet atau kopi mahal seperti Starbucks, Excelso, atau Coffee Bean.

Saat itu kopi dijual mahal karena kafe menyediakan sofa yang mahal dan wifi gratis. Edward ingin menjual minuman berkualitas dengan harga yang terjangkau yaitu 20 ribu Rupiah setelah pajak sehingga ia tidak menyediakan sofa dan wifi. Ia ingin menjual campuran kopi Arabika dan Robusta karena kopi Robusta rasanya kuat. Untuk membuat minuman berkualitas, ia memakai susu merek Greenfields yang juga dipakai di Starbucks dan gula merah asal Sukabumi. Untuk merek, ia ingin nama yang menjadi bagian dari perjalanan hidup dan menghubungkan semua orang.

Pada Agustus 2017, pria kelahiran Bandung, 13 Desember 1988 ini mendirikan Kopi Kenangan bersama James Prananto di Menara Standard Chartered, Kuningan, Jakarta dengan modal 150 juta dan mempekerjakan lima karyawan. GOSIPNYA hari pertama terjual 700 cangkir kopi.

Kopi Kenangan sudah mencapai break event point (BEP) dalam waktu tiga bulan. 60-70% penjualan Kopi Kenangan saat itu berasal dari aplikasi ojek online. Perlahan-lahan ia mulai membuka beberapa cabang dimana modalnya sekitar Rp. 500 juta per cabang: Rp. 200 juta untuk mesin dari Italia dan sisanya untuk berbagai hal. Syarat mendirikan gerai cabang sudah dicanangkan sejak awal untuk seminimal mungkin dengan peralatan seminimal mungkin agar harga jual kopi bisa ditekan. Tiap gerai maksimal 50 m² dengan harga sewa maksimal 5% dari omzet. Dalam sehari, satu gerai rata-rata bisa menjual lebih dari 1.000 gelas, sedangkan gerai terbaik bisa mencapai 2.000 gelas.

Keberhasilan itu menarik minat investasi dari Alpha JWC Ventures yang memberi 8 juta Dolar AS sebagai modal awal pada tahun 2018. Tahun 2019 Sequoia Capital India memberikan modal 20 juta Dolar AS. Kopi Kenangan lalu mendapat dana lagi 20 juta Dolar AS dari Arrive milik Jay-Z dan Serena Ventures milik petenis Serena Williams. Tahun 2020 ada beberapa investor baru yaitu B Capital, Horizons Ventures, Verlinvest, Kunlun dan Sofina.

Pada Agustus 2019 Cynthia Chaerunnisa bergabung sebagai Chief Marketing Officer. Pada akhir 2019 Kopi Kenangan memiliki 230 gerai dan 2.500 karyawan di 18 kota. Rata-rata tiap gerai menjual 500 gelas per hari dengan 30% berasal dari aplikasi ojek online. Berkat Kopi Kenangan, Edward dan James masuk dalam daftar 30 Under Forbes Asia 2019 sebagai pemuda inspiratif yang mampu menggabungkan kopi dan teknologi.

Strategi Kopi Kenangan punya banyak kesamaan dengan Luckin Coffee, startup kopi yang menuai banyak skandal di China. Pada 17 Mei 2019, perusahaan asal Xiamen itu melakukan initial public offering (IPO) di Amerika Serikat dengan 17 Dolar AS per lembar dan berhasil mengumpulkan dana sebesar 571,2 juta Dolar AS dan membuat valuasi perusahaan menjadi 4 milyar Dolar AS. Valuasi Luckin bahkan pernah mencapai puncaknya pada Januari 2020 dengan nilai 12,7 milyar Dolar AS. Hingga Maret 2019 Luckin memiliki 2.370 gerai di 28 kota di China.

Pada Februari 2020 Luckin dicurigai memiliki bisnis yang tidak sehat dan Luckin mengakuinya pada April 2020 sehingga membuat valuasinya turun menjadi 4 milyar Dolar AS. Pengumuman hasil investigasi internal pada 1 Juli 2020 menyatakan bahwa Luckin menggembungkan profit perusahaan sekitar 300 juta Dolar AS yang dilakukan pada kuartal kedua hingga keempat tahun 2019. Manipulasi juga dilakukan untuk biaya pengeluaran sekitar 190 juta Dolar AS.

Pada Mei 2020 valuasi turun drastis menjadi 731,5 juta Dolar AS. Pada 26 Juni 2020 Luckin sahamnya dicabut dari NASDAQ dengan harga terakhir 1,38 Dolar AS per lembar dengan valuasi 348 juta Dolar AS.

Persamaan Luckin dan Kopi Kenangan adalah keduanya menawarkan kopi yang lebih murah dari Starbucks, mengandalkan teknologi untuk menangani pesanan, tokonya lebih kecil, dan telah berkembang pesat dalam tiga tahun terakhir.

Karena mengandalkan pesanan lewat aplikasi, tiap tokonya hanya butuh jumlah staf yang lebih sedikit. Dengan ukuran toko yang kecil dan staf yang lebih sedikit dari Starbucks, biaya operasionalnya pun lebih rendah. Karena itulah, berbeda dengan Luckin, Kopi Kenangan sudah mencatatkan profit. Luckin membakar uang demi memberi diskon besar kepada pelanggan, tapi Kopi Kenangan tak melakukannya. Mereka justru fokus pada pengembangan dan inovasi produk serta strategi pemasaran dari mulut ke mulut lewat media sosial.

Tahun 2020 Kopi Kenangan mempunyai valuasi sekitar 500 juta Dolar AS menurut data VentureCap. Per bulannya, Kopi Kenangan menjual lebih dari 3 juta gelas kopi dan punya lebih dari satu juta pelanggan di aplikasi. Kopi Kenangan berambisi membuka hingga 500 gerai hingga akhir 2020 sedangkan Starbucks Indonesia saat ini punya 440 gerai, berencana menambah 60 gerai untuk menyamai Kopi Kenangan.

Pada Oktober 2020 Kopi Kenangan bekerjasama dengan Pipiltin Cocoa dalam kampanye Cinta Lokal (CinLok) untuk mengangkat kualitas produk lokal. Pipiltin akan menjadi pemasok tunggal semua produk coklat yang digunakan Kopi Kenangan dalam varian minuman Chocolate Series.

Kopi Kenangan menggunakan green bean lokal sekitar 32 ton kopi per bulannya yang secara tidak langsung berkontribusi Rp. 2 milyar per bulan kepada kesejahteraan petani dan pelaku usaha lain dalam rantai pasokan kopi di Indonesia. Kopi yang digunakan bersumber dari berbagai daerah di Indonesia di antaranya kopi arabika dari Aceh, Sumatera Utara dan Jawa Barat; serta kopi robusta dari Jawa Barat dan Flores. Tidak hanya kopi, Kopi Kenangan juga terus mengusung penggunaan bahan baku lokal seperti gula aren untuk es kopi susunya.

Sementara Pipiltin Cocoa senantiasa mengangkat kekayaan ragam coklat Indonesia dari berbagai daerah seperti Aceh, Bali, Flores, Papua Barat, dan Jawa Timur. Menu Kopi Kenangan dalam Chocolate Series program CinLok:
-100% Coklat – single cup dan seliter
-Coklat Hazelnut – single cup dan seliter
-Coklat Pisang – single cup
-Coklat Salted Caramel – single cup
-Mocha Latte (kopi dan coklat) – single cup

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.