Arief S. Wirawangsadita

Arief S. Wirawangsadita
lahir 4 Agustus 1965
meninggal 26 Juli 2020

USAHA
-Bumbu Desa
*Jakarta:
+Jl. Cikini Raya 72 telp. (021) 3904747
+Plaza Kalibata Lt. GF  Blok G41 telp. (021) 7993605
+Cibubur Square Lt. II Blok A7 telp. (021) 29068292
+Mall Pacific Place telp. (021) 57973160
+Jl. Matraman Raya 46-50 telp. 0877-7373-3745
+Jl. Kalianyar Raya 20 telp. 0857-1787-6161

*Bandung: Jl. Dr. Setiabudi 41 (di dalam Rumah Mode)
*Bogor: Desa Cinagara telp. (0251) 7110225
*Depok: Jl. Margonda Raya 539 telp. (021) 7875555
*Tangerang: Komplek Satrudal TNI AU, Jl. Marsekal Surya Darma telp. 0819-1191-7723
*Bekasi:
+Jl. Harapan Indah Raya Blok B No. 2E-2G telp. (021) 88866419
+Jl. Chairil Anwar 27-36 telp. (021) 29085667
+Jl. Cemara I No. 126
*Yogyakarta: Jl. Kartini 8 telp. (0274) 515701

-Le Marly: Jl. Citarum 10 Bandung
-Nasi Bancakan: Jl. Trunojoyo 62 Bandung telp. (022) 4203650
-Alas Daun: Jl. Citarum 34 Bandung telp. (022) 7231101
-Kampung Sampireun: Jl. Raya Samarang Garut telp. (0262) 542393
-Hotel Bumi Bandhawa: Jl. Konstitusi I No. 16 Bandung telp. 0818-0326-2626
-Hotel Mulih Ka Desa: Jl. Raya Samarang Kamojang KM 35 Garut telp. (0262) 542271
-Hotel Tirtagangga: Jl. Raya Cipanas 130 Garut telp. (0262) 232549

GOSIPNYA
Tahun 1990 saat lulus kuliah dari Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, orangtua Arief mendapat warisan hotel peninggalan kakeknya di Garut. Karena terlalu sibuk dengan pekerjaannya sebagai dosen, orangtua Arief menyerahkan pengelolaan Hotel Tirtagangga kepadanya. Dengan pinjaman bank sebesar Rp. 2,5 milyar, ia merombak total bangunan hotel.

Ia lalu mendatangi biro perjalanan dan menawarkan paket perjalanan ke objek wisata di Garut agar banyak tamu menginap di hotelnya. Tahun 1999, bersama saudaranya, ia mendirikan Kampung Sampireun berkonsep di atas danau dengan vila-vila di sekitarnya. Dengan konsep itu, tamu yang menginap harus menyeberang naik perahu untuk menuju vila.

Kampung Sampireun yang memiliki 22 unit vila dibangun dengan modal sekitar Rp. 2 milyar. Jika sebelumnya sering bolak-balik Garut-Bandung, sejak mendirikan Sampireun ia menetap di Garut. Waktu mendirikan Sampireun, ia tidak mengajukan IMB karena bukan tempat untuk wisata. Menurutnya, jika mengurus IMB dulu, ia perlu mengurus izin ke berbagai pihak, dari mulai pemegang saham, alim ulama, hingga ke pemerintah setempat. Ketika pemerintah setempat melihat tindakannya ini bisa mendatangkan turis, izin sudah otomatis ia dapat. Bahkan, pembukaan Kampung Sampireun dilakukan oleh Menteri Pariwisata waktu itu, Marzuki Usman.

Dengan tarif termurah Rp. 1,6 juta semalam, tingkat okupansi Sampireun di akhir pekan bisa mencapai 95%. Hanya dalam waktu 3 tahun Sampireun sudah balik modal. Sewaktu menetap di Garut, ia melihat ada banyak kekayaan kuliner tradisional di sekitar kampung yang belum terangkat. Ia lalu mendirikan Restoran Bumbu Desa pada 18 September 2004 di Jl. Laswi, Bandung dengan modal sekitar Rp. 2,5 milyar.

Hanya dalam waktu 1,5 tahun, investasinya di Bumbu Desa sudah balik. Ia lalu bekerjasama dengan banyak orang untuk membuka cabang. Tahun 2009 ia mulai menawarkan waralaba dengan dua paket investasi yaitu restoran dan mal. Untuk restoran yang berdiri sendiri, mitra harus membayar sekitar 1,8-3 milyar Rupiah yang sudah termasuk lokasi dan bangunan, peralatan masak, peralatan restoran, dan pelatihan. Sedangkan untuk mal, mitra harus membayar sekitar 600 juta hingga 1,5 milyar Rupiah.

Mitra diproyeksikan bisa meraup omzet sekitar Rp 250 juta dalam 3 bulan. Jika target laba bersih 20%-30% tercapai, mitra sudah bisa balik modal dalam 2-3 tahun. Menurut Satria Akbar, Senior Marketing Manager, paling buruk mitra sudah balik modal kurang dari 5 tahun, tapi rata-rata mitra sudah balik modal kurang dari 3 tahun. Franchisor akan mengambil royalti dari mitra sekitar 5-8% dari omzet bulanan. Mitra juga wajib membeli bumbu dasar dari franchisor.

Tahun 2014 Bumbu Desa berkembang hingga memiliki 78 cabang. Cabangnya saat itu sudah merambah ke luar negeri seperti Singapura dan Kuala Lumpur. GOSIPNYA banyak orang merasa harganya terlalu mahal untuk kualitas makanan yang biasa saja sehingga satu-persatu cabangnya mulai tutup. Ia juga sempat mendirikan restoran Raja Melayu tahun 2006 yang kini juga sudah tutup. 

Pada 24 Juli 2020 ia dinyatakan positif COVID-19. Ia memiliki penyakit darah tinggi, diabetes, dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) sehingga memicu komplikasi dan meninggal dunia pada 26 Juli 2020 pukul 08:00 WIB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.