lahir 13 Agustus 1965 di Garut
CABANG USAHA
-Bandung
*Jl. LLRE Martadinata 125 (konsep garden)
*(tutup) Jl. Setiabudi 55 (konsep library)
*(tutup) Trans Studio Mall (konsep porsche)
*(tutup) Mall Istana Plaza (konsep storage room)
-Jakarta
*Mall Kota Kasablanka (konsep playroom)
*Mall Kelapa Gading 3 (konsep circus)
*Mall Central Park (konsep terrace)
*Mall Gandaria City (konsep sewing room)
*Mall Cipinang Indah (konsep music)
*Mall Cilandak Town Square (konsep garage)
*Mall Pondok Indah (konsep kitchen)
*Mall Puri Indah (konsep post office)
*(tutup) Mall City Walk Sudirman (konsep living room)
*(tutup) Mall Plaza Indonesia (konsep Kimberly’s room)
*(tutup) Mall Pacific Place (konsep bathroom)
-Depok
*Mall Margo City (konsep backyard)
*Mall Cinere Bellevue (konsep bedroom)
-Tangerang
*Bintaro Entertainment Center (konsep playground)
*Flavor Bliss 2 Alam Sutera (konsep barn)
*Mall Living World Alam Sutera (konsep study room)
*Mall Summarecon Serpong (konsep family room)
-Bekasi
*Mall Summarecon (konsep storage room)
*Mall Ciputra Cibubur (konsep laundry room)
-Karawang: Mall Resinda Park (konsep living room)
-Yogyakarta: Jogja City Mall (konsep library)
-Surabaya: Mall Tunjungan Plaza (konsep kid market)
-Makassar: Trans Studio Mall (konsep natural and homey)
-(tutup) Bali: Mall Beachwalk (konsep barrel storage)
-Bandara
*Soekarno Hatta Jakarta: Terminal 3
*(tutup) Kuala Lumpur Malaysia: KLIA 2, L2M-23 (konsep porte bagage)
GOSIP IRWAN TIRTADHARMA
Setelah meraih gelar insinyur teknik sipil di Universitas Parahyangan, Bandung, Irwan Tirtadharma mencari pengalaman sebanyak mungkin. Ia pernah jadi Production Planning Inventory Control (PPIC) manager dan marketing manager di sebuah perusahaan garmen. Karena orang tuanya membuka usaha bakmi di Garut, ia berencana menjadi pengusaha juga.
Ia lalu mengembangkan merek Invio dan Atmosphere yang menyediakan baju kantoran, serta merek Omara yang merupakan baju muslim. GOSIPNYA kesuksesannya bermula dari permintaan sebuah bank asing agar Invio menyediakan seragam untuk mereka. Setelah itu permintaan tiba-tiba berdatangan dari bank dan perusahaan lainnya. Kini Invio menyediakan seragam untuk perusahaan yang bergerak di bidang telekomunikasi, otomotif, stasiun TV, dan BUMN.
Setelah itu ia mencoba mengembangkan merek kuliner dengan membuka restoran Nanny's Pavillon pada 23 Maret 2009. Meski tiap restoran mengusung tema berbeda, ciri khas Nanny's tetap sama: French American family restaurant. Nanny's Pavillon beroperasi di bawah PT Wanata Jaya Cipta yang didirikan bersama Mellisa Saputra Winata.
Setelah itu, ia mengembangkan merek lain seperti Black Market, Cafe Warisan, Foresta, Karnivor, Porto, Sushi Gen, Sushi Tora, Torigen, Wild Grass. GOSIPNYA konsep dan desain interior restorannya hampir semua dirancang oleh arsitek Vincentius Hadi Soetjiadi dari Hadivincent Architects yang merupakan salah satu yang terbaik di Indonesia.
GOSIP MELLISA SAPUTRA WINATA
Mellisa Saputra Winata
Berawal dari hobi masak yang diturunkan ibunya, Mellisa Saputra Winata (GOSIP lain bilang Melissa Sugianto) memilih masuk Sekolah Kejuruan Tata Boga Santa Maria. Ia lalu melanjutkan kuliah di Sekolah Tinggi Pariwisata Pelita Harapan (STPPH). Dosen yang mewawancaranya adalah dosen pastry, Dewanta. Dewanta langsung menawarkan untuk menjadi asistennya di kelas praktek.
Melihat kemampuannya, dua dosennya yaitu Dewanta dan Ames, mendorongnya mengikuti berbagai kompetisi kuliner. Pada ajang ASEAN Skill Competition 2002, tanpa disangka ia masuk 3 besar. Hanya saja yang ikut ke tingkat internasional hanya 1 dan 2 besar. Tapi berkat pengalaman itu, ia lebih percaya diri ikut kompetisi berikutnya seperti Lomba Masak Cipta dan Kreasi Bogasari, Black Box Culinary Challenge dan lomba dekorasi kue yang semuanya berhasil menjadi juara 1.
Setelah lulus kuliah manajemen perhotelan dari STPPH tahun 2004, ia sempat menjadi penata makanan di penerbit Gramedia dan mengajar pastry secara privat untuk temannya. Setelah itu ia bekerjasama dengan muridnya membuka restoran Pancious di Permata Hijau yang ternyata menghadapi banyak masalah sehingga ia menjual seluruh sahamnya.
Tahun 2009 ia mendirikan restoran Nanny's Pavillon di Bandung bersama Irwan Tirtadharma. Restorannya hanya berukuran 200 meter. Baru pada bulan ketiga (GOSIP lain minggu kedua) restonya ramai. Ia mengambil inspirasi dari sebuah rumah di desa Prancis Selatan yang memiliki nanny dan dia melayani sebuah keluarga dari generasi pertama hingga generasi kedua. Sang nanny sudah tahu betul kesukaan nyonya rumah dan masing-masing anaknya. Karena itulah, setiap menu di restoran memakai nama seorang anak.
Yang membuat orang suka berkunjung ke Nanny’s tidak lain karena konsepnya yang unik. Selain itu, menurut pengamatannya orang Indonesia masih berorientasi pada merek luar negeri. Banyak yang mengira pemiliknya lulusan Amerika. Sukses Nanny’s Pavillon membuat restonya dilirik oleh banyak pebisnis. Tawaran menjual franchise pun mengalir sehingga restoran Nanny's semakin banyak cabang lewat franchise.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.