Nancy Go

Nancy Go
lahir 6 Januari 1963 di Sao Paulo, Brasil
suami: Bert Ng

GOSIPNYA
Nancy Go lahir di Sao Paulo, Brasil dan tinggal disana hingga umur 6 tahun sebelum pindah ke Jakarta. Sejak SMP ia hobi merajut, menyulam, dan menjahit. GOSIPNYA saat itu ia sering diejek teman-temannya karena hobinya seperti aktivitas nenek-nenek. Setelah lulus SMA ia tidak langsung melanjutkan kuliah karena merawat ayahnya yang sakit stroke. Tahun 1985 ia masuk Susan Budiardjo Fashion College jurusan fashion design.

Naluri bisnisnya tumbuh ketika ia kuliah. Saat itu ia pergi ke luar negeri dan memborong jins yang lalu ia jual di berbagai bazaar dengan keuntungan besar. Tahun 1992 ia bekerja di perusahaan Inggris, Dotwell, sebagai merchandiser. Tahun 1998 ia menikah dengan Bert Ng dan berhenti bekerja agar punya lebih banyak waktu untuk keluarga.

Pada Mei 2000 ia iseng membuat tas yang ia labeli merek Bagteria. “Saya pilih nama itu karena lucu. Harapannya agar mewabah seperti bakteri,” kenangnya. Ia sempat disarankan untuk mendaftarkan merek 'Bageteria' di Italia dan mengubah mereknya menjadi berbau Italia karena Italia identik dengan dunia mode tapi ia dan suaminya memutuskan untuk mempertahankan merek 'Bagteria' dan mendaftarkannya di Indonesia.

Bermodalkan Rp. 300 juta (GOSIP lain bilang 100 juta), bersama suaminya ia mendirikan PT Metamorfosa Abadi dengan menyewa sebuah rumah di depan tempat tinggal mereka di Jakarta Barat dan mempekerjakan lima karyawan. Tas itu malah dipasarkan di luar negeri karena menurutnya orang Indonesia meragukan kualitas produk sendiri, apalagi yang berharga mahal.

Harga tas Bagteria mahal karena bahan dasarnya tidak sembarangan. Selain teknik sulam, renda, dan payet yang dijahit tangan, pernak-perniknya unik dan eksklusif seperti kristal swarovski, sterling silver, kulit ikan Islandia, kulit burung unta, kulit ular piton, kulit ikan salmon, hingga gading gajah purba (mammoth) yang sudah punah. “Saya dapat gading mammoth langsung dari Siberia, sebagai pengganti gading gajah,” ujarnya.

Awalnya, ia membidik Hongkong karena menurutnya merupakan kiblat mode Asia. Mereka memutuskan untuk berbisnis dengan konsep waralaba. Di tiap negara, mereka memilih satu distributor sebagai master franchise untuk menyebarkan Bagteria ke butik pilihan kecuali Taiwan yang diajak berbisnis dengan cara kemitraan. Ia lalu menawarkan tas kreasinya ke tiap toko di Hongkong dan membuat pemilik salah satu toko tertarik. 50 unit tas Bagteria diborong yang ternyata laku keras dan jadi buah bibir kalangan atas Hongkong.

Ia lalu menawarkan tasnya ke tiap toko di Milan, Italia dan kembali menjadi buah bibir sehingga dengan cepat tasnya merambah ke berbagai negara Eropa dan Amerika Serikat. Ia pun rajin ikut pameran seperti Fashion Week dan Premiere. Pada tahun 2003 ia coba merambah pasar Jepang yang terkenal ketat soal kualitas barang. Setelah dua tahun, akhirnya ada yang mempercayai kualitas tasnya. Kini Jepang menjadi negara Asia dengan permintaan Bagteria tertinggi. Beberapa orang terkenal yang memakai tasnya adalah Emma Thompson, Audrey Tautou, Anggun C. Sasmi, Paris Hilton, dan Putri Zara Phillips (cucu Ratu Elizabeth II).

Ia baru memasarkan tasnya di Indonesia tahun 2008 dengan membuka butik di Plaza Indonesia. Ia tahu bahwa harga tasnya yang berkisar antara 1 hingga 8 juta Rupiah - bahkan di atas Rp. 10 juta untuk edisi terbatas - hanya bisa dijangkau kalangan tertentu. GOSIPNYA harga tasnya di luar negeri dua setengah hingga tiga kali lipat lebih mahal.

Ia rutin mengeluarkan 25 desain baru per musim. Untuk menjaga eksklusivitas, setiap desain hanya keluar tiga seri warna, dan setiap warna hanya diproduksi 299 buah di seluruh dunia. Dalam sebulan Bagteria diproduksi sebanyak 900-1000 buah dimana 80% nya dipasarkan ke luar negeri. Kunci kesuksesan tas miliknya adalah konsistensi menjaga keunikan dan kualitas produk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.