Bakrie Group

Keluarga Achmad Bakrie

Achmad Bakrie
lahir 1 Juni 1916 di Kalianda, Lampung
meninggal 15 Februari 1988 di Tokyo, Jepang

FAMILI
-Ayah: Oesman Batin Timbangan 
-Ibu: Chodijah
-Ayah mertua: H. Achmad Nasution
-Ibu mertua: H. Halimatusa'diah 

Roosniah Nasution

-Istri: Roosniah Nasution lahir 17 Juni 1926 di Pangkalan Berandan
meninggal 20 Maret 2012 di Tangerang
-Anak:

Tatty Murnitriati & Aburizal Bakrie

*Aburizal Bakrie, menikah dengan Tatty Murnitriati
*Roosmania Odi Bakrie, menikah dengan Bangun Sarwito Kusmulyono

Indra Usmansyah Bakrie & Gaby Djorghi

*Indra Usmansyah Bakrie, menikah dengan Gaby Djorghi

Ratna Indira & Nirwan Dermawan Bakrie

*Nirwan Dermawan Bakrie, menikah dengan Ratna Indira
*August Alamsjah Bakrie (meninggal saat bayi)

USAHA
-PT Bumi Resources berdiri 1990
-PT Bakrie Sumatera Plantations berdiri 1911
-PT Bakrie Telecom berdiri 1993
-PT Bakrieland Development berdiri 1995
-PT Energi Mega Persada berdiri 2004
-PT Bakrie Metal Industries berdiri 2008
-PT Bakrie Indo Infrastructure berdiri 2008

GOSIP ACHMAD BAKRIE
Sejak umur 6 ketika belum bersekolah jiwa bisnisnya sudah terlihat ketika berjualan roti tawar dan roti manis keliling kampung dengan sistem konsinyasi. Ia lalu masuk sekolah setara SD di Hollandsch Inlandsche School (HIS) Menggala, Lampung. Sebelum masuk sekolah jam 8 pagi, setiap hari pukul 6 pagi ia mencari sayur mayur lalu dijualnya ke pasar Menggala. Di sisi jalan menuju HIS, banyak terdapat kemiri, gambir, dan pohon kelapa yang ia kumpulkan dan dibawa ke rumah. Pada akhir pekan jumlah yang ia kumpulkan dapat mencapai puluhan karung dan ia lalu membawanya ke pasar desa untuk dijual. Ia menyelesaikan pendidikan tahun 1930 setelah sekolah selama 7 tahun.

Beberapa tahun setelah lulus dari HIS Menggala, ia mencoba mengumpulkan uang dengan bekerja di kantor kontrolir di Sukadana, Lampung Tengah. Setelah beberapa bulan bekerja ia mengundurkan diri karena gajinya sebesar 3,50 Gulden per bulan ia anggap kurang untuk modal usaha. Ia lalu kembali ke Telukbetung, tempatnya dulu mengirim roti ke Kalianda.

Di Telukbetung ia melamar kerja ke perusahaan swasta milik Belanda, Molekse Handel Maatschappij. Karena ia dapat berbahasa Belanda dengan lancar, ia diterima secara tidak terikat sebagai komisioner penjualan kopi dan lada. Meski upahnya cukup besar untuk membuka usaha, tapi ia menabung uangnya di Post Perbank karena takut usahanya dirusak pemerintah Belanda. Setelah itu ia lalu mengambil semua uangnya di Post Perbank dan berangkat ke Batavia (kini Jakarta) untuk belajar akuntansi dan bahasa Inggris di Handelsinstituut Schoevers. Setelah menyelesaikan pendidikannya, ia kembali lagi ke Lampung.

Pada umur 18 tahun, ia bekerja lagi di perusahaan Belanda, Zuid Sumatera Apotheek di Telukbetung. Di apotek itu ia harus memasarkan barang. Karena ia mengerti akuntansi, bahasa Belanda dan bahasa Inggris (yang GOSIPNYA tergolong langka bagi pribumi waktu itu) maka pendapatannya pun besar. Gaji ditambah komisi penjualan obat mencapai 37,50 Gulden per bulan. Ia lalu melanjutkan menabung di Post Perbank selama 7 tahun.

Pada awal tahun 1942 ketika sedang terjadi Perang Dunia II, perusahaan obat tersebut bubar. Ia mengambil seluruh tabungannya di bank dan memborong obat-obatan itu. Keberuntungannya datang ketika semua kapal Belanda diblokir Jepang. Kondisi itu membuat obat-obatan dari Eropa tidak bisa masuk sehingga harga obat-obatan miliknya menjadi mahal. Ia lalu mendapat banyak uang sehingga pada 10 Februari 1942 ia mendirikan “Bakrie & Brothers General Merchant and Commission Agent” di Telukbetung, Lampung. Perusahaan ini menjual hasil bumi seperti kopi, lada, cengkeh, tapioka dan sebagainya.

Ketika itu banyak harta milik Belanda ditinggalkan begitu saja, salah satunya mobil. Dalam perjalanan antara Kalianda-Telukbetung, ia dan kakaknya Abuyamin melihat mobil-mobil Belanda terbengkalai di kaki bukit Tarahan, tidak jauh dari pinggir jalan. Di dalamnya tersimpan aneka macam kue dan biskuit dalam kondisi utuh dan mereka mengambilnya.

Beberapa hari kemudian, mereka bertemu orang Jepang yang sedang kebingungan karena mobilnya mogok. Ia menawarkan untuk memperbaiki mobil itu karena yakin kakaknya yang mantan sopir truk dapat memperbaikinya. Orang Jepang itu berterima kasih karena mobilnya dapat dipakai lagi.

Beberapa hari kemudian orang Jepang itu menemuinya di Telukbetung. Orang itu ternyata polisi dan ia memperoleh lisensi trayek. Meski memiliki lisensi, ia tidak punya mobil. Ia lalu mendatangi Oei Kian Tek, seorang pengusaha angkutan asal Cina yang ia kenal ketika menjadi salesman di apotek. Ia memberikan lisensinya pada Oei dengan syarat:
-Semua saudara Achmad Bakrie gratis naik mobil angkutan dari Kalianda ke Telukbetung
-Oei hanya boleh membawa minyak goreng kelapa milik Abuyamin
-Oei boleh memungut biaya angkutan pada penumpang

Setelah Indonesia merdeka tahun 1945, pemerintah mulai membantu kaum pribumi dengan menyingkirkan etnis Tionghoa yang kala itu sukses di bidang ekonomi sehingga dianggap menghambat perkembangan ekonomi kaum pribumi. Tindakan fenomenal pemerintah saat itu adalah ketika pada April 1950 mengeluarkan Peraturan Benteng yang menyatakan bahwa etnis Tionghoa tidak boleh mendirikan perusahaan jika tidak memiliki saham dari etnis yang lain.

Pemerintah juga memanfaatkan UU kewarganegaraan tahun 1910 yang dibuat pemerintah Belanda yang membuat orang Tionghoa memiliki kewarganegaraan rangkap dengan mengeluarkan UU No. 3/1946 tentang 'Warga Negara dan Penduduk Negara' yang membuat status kewarganegaraan penduduk keturunan Tionghoa di Indonesia bermasalah. Pada tahun 1955 lewat Konferensi Asia Afrika di Bandung, Perdana Menteri Cina, Zhou Enlai mencoba mengatasi masalah itu sehingga dibuat Perjanjian Dwi-Kewarganegaraan RI-RRC yang lalu disahkan menjadi UU No. 62/1958 tentang 'Kewarganegaraan Republik Indonesia'. UU No. 62/1958 melahirkan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia atau lebih dikenal dengan SBKRI.

Pada November 1959 pemerintah juga lalu mengeluarkan PP No. 10/1959 yang berisi tentang larangan orang asing berusaha di bidang perdagangan eceran di tingkat kabupaten ke bawah (di luar ibu kota daerah) dan wajib mengalihkan usaha mereka kepada warga negara Indonesia. UU No. 62/1958 dan PP No. 10/1959 membuat ratusan ribu orang Tionghoa kembali ke Cina sehingga usaha dan harta mereka di Indonesia diambil oleh kaum pribumi.

Kesuksesan Achmad ditambah kondisi etnis Tionghoa yang sedang kacau GOSIPNYA membuat Achmad sepanjang tahun 1952-1961 mampu mendirikan pabrik penggilingan padi di Batanghari, Lampung, mengakusisi perusahaan NV Kawat dan menjadi pelopor industri manufaktur dengan mendirikan pabrik pipa baja Talang Tirta.

Pada awal 1960-an, ia mulai melakukan ekspansi ke Amerika Serikat untuk kedua kalinya dengan mengekspor lada ke Amerika Serikat. Pada kurun waktu 1962-1971, Bakrie & Brothers memperbesar industri manufaktur dengan cara memperluas kegiatan pabrik pipa dan mendatangkan mesin baru. Selain itu, ia juga mulai mengekspor kopi ke Amerika Serikat dan Eropa.

Di era yang sama, ia mulai berekspansi ke luar negeri dengan mendirikan Cemara Trading Company Limited di Hongkong. Ia juga memperluas industri dalam negeri dengan mendirikan pabrik pengolahan karet di Palembang untuk pasar ekspor. Memasuki tahun 1970-an, NV Bakrie & Brothers berubah menjadi PT Bakrie & Brothers.

Era 1972-1981, ia melakukan pengembangan dan perluasan baja, logam, konstruksi dan suku cadang dengan meresmikan pabrik pipa baja untuk air dan gas di Jakarta. Selain itu ia mulai membentuk berbagai perusahaan seperti PT Bakrie Tubemakers yang kemudian menjadi PT Bakrie Tosanjaya. Pada saat yang sama, ia mendirikan yayasan Achmad Bakrie yang bergerak di bidang sosial dan pendidikan.

Pada 1982-1991, Bakrie & Brothers melepas sahamnya ke publik dan menjadi salah satu emiten pioner di Bursa Efek Indonesia. Setelah itu, United Sumatera Plantations (anak perusahaan PT Bakrie & Brothers), juga masuk bursa efek dengan kode UNSP. Saat ini UNSP menjelma sebagai Bakrie Sumatera Plantation. Pada 1980-an Bakrie berekspansif memasuki sektor properti dengan mendirikan PT Bakrieland Development. Sejak tahun 1992, Bakrie Group mulai dipimpin oleh anak Achmad, Aburizal Bakrie.

Ir. H. Aburizal Bakrie
lahir 15 November 1946 di Jakarta
alamat: Ki Mangunsarkoro no. 42, Menteng, Jakarta

FAMILI
Istri: Tatty Murnitriati
Anak:
Anindya Novyan Bakrie

-Anindya Novyan Bakrie menikah dengan Firdani Saugi

Anindhita Anestya Bakrie

Taufan Eko Nugroho

-Anindhita Anestya Bakrie menikah dengan Taufan Eko Nugroho

Anindra Ardiansyah Bakrie & Nia Ramadhani

-Anindra Ardiansyah Bakrie menikah dengan Nia Ramadhani

PENDIDIKAN
-SD, SMP, dan SMA di Jakarta (1958-1967)
-Fakultas Elektro, ITB Bandung, lulus tahun 1973

KARIR
1972-1974: Asisten Dewan Direksi PT. Bakrie & Brothers
1974-1982: Direktur PT. Bakrie & Brothers
1982-1988: Wakil Direktur Utama PT. Bakrie & Brothers
1988-1992: Direktur Utama PT Bakrie & Brothers
1989-1992: Direktur Utama PT. Bakrie Nusantara Corporation
1992-sekarang: Komisaris Utama/Chairman, Kelompok Usaha Bakrie
2004-2005: Menteri Koordinator Perekonomian KIB
2005-2009: Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat KIB

ORGANISASI
1973-1975: Wakil Ketua Departemen Perdagangan, HIPMI
1975: Ketua Departemen Perdagangan HIPMI
1976-1989: Ketua Umum Gabungan Pabrik Pipa Baja Seluruh Indonesia
1977-1979: Ketua Umum HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia)
1984-1988: Wakil Ketua Asosiasi Kerjasama Bisnis Indonesia-Australia
1984-sekarang: Anggota Partai Golongan Karya
1985-1993: Ketua Bidang Dana PBSI (Persatuan Bulu Tangkis Indonesia)
1988-1993: Anggota Majelis Pemusyawaratan Rakyat (MPR) periode I
1988-1993: Wakil Ketua Umum KADIN Bidang Industri dan Industri Kecil
1989-1994: Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia
1991-1993: Presiden ASEAN Business Forum periode I
1993-1995: Presiden ASEAN Business Forum periode II
1993-1995: Anggota Dewan Penasehat, International Finance Corporation
1993-1998: Anggota Majelis Pemusyawaratan Rakyat (MPR) periode II
1994-1999: Ketua Umum KADIN periode I
1996-1997: International Councellor of Asia Society
1996-1998: Presiden Asean Chamber of Commerce & Industry
1999-2004: Ketua Umum KADIN (Kamar Dagang dan Industri Indonesia) periode II
2000-2005: Anggota Dewan Pakar ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia)
2004-2009: Anggota Dewan Penasehat DPP Partai GOLKAR
2009-2014: Ketua Umum DPP Partai GOLKAR

PENGHARGAAN
1986: The Outstanding Young People of the World dari the Junior Chamber of Commerce
1995: Businessman of the Year dari Harian Republika
1997: ASEAN Business Person of the Year dari the ASEAN Business Forum

GOSIP ABURIZAL BAKRIE
Di bawah pimpinan Aburizal Bakrie, Grup Bakrie melebarkan sayap ke berbagai bidang seperti pertambangan, kontraktor, telekomunikasi, informasi, industri baja dan media massa. Memasuki tahun 1992 Bakrie Group semakin berkembang dengan membuat PT Cakrawala Andalas Televisi (ANTV). Pada 1993 Bakrie Group mulai memasuki sektor telekomunikasi dengan nama PT Radio Telepon Indonesia (Ratelindo) yang saat ini telah berubah menjadi PT Bakrie Telecom Tbk yang telah menelurkan Esia.

Pada dekade 1990-an, kelompok usaha Bakrie mengakusisi Australia Link Communication dan memperluas operasi telekomunikasi ke Republik Uzbekistan. Bakrie Group juga mengakusisi PT Bumi Resources (BUMI) dan mengubah bisnis utama dari bidang perhotelan dan pariwisata menjadi bidang migas dan pertambangan. Perubahan lini bisnis ini membuat BUMI berkembang pesat dengan mengakusisi saham Gallo Oil (Jersey) Ltd. Bahkan BUMI mengakusisi 80 persen saham PT Arutmin Indonesia, produsen batubara terbesar keempat di Indonesia dan memfokuskan BUMI di sektor tambang.

Selama menjadi Ketua Umum KADIN pada tahun 1994-2004, Aburizal telah berhasil menjadikan KADIN sebagai organisasi yang sangat berpengaruh terhadap kebijakan pemerintah (GOSIPNYA hal itu dikarenakan ia berhasil menuntaskan kasus penyelundupan gula, kayu, beras yang saat itu marak terjadi).

Krisis ekonomi 1998 membuat Bakrie Group tinggal mengantongi 2,5 persen saham di Bakrie & Brothers untuk menyelesaikan restrukturisasi utang dengan para kreditor. Hal itu membuat Bakrie Group melakukan berbagai langkah akuisisi dan ekspansi bisnis. Usahanya merambah ke berbagai sektor, dari bisnis perkebunan sawit hingga proyek properti. Mereka juga sibuk memburu ladang minyak dan tambang baru. Mereka juga merambah ke bisnis-bisnis baru. Bakrie mulai masuk ke sektor telekomunikasi, jalan tol hingga air minum.

Memasuki tahun 2000, Bakrie Group mulai fokus masuk sektor migas melalui PT Energi Mega Persada (ENRG) yang saat ini dikenal sebagai produsen aktif pengembang dan eksplorasi di sektor hulu migas. ENRG mulai melepas sahamnya ke publik pada tahun 2006.

Pada pukul 22.00 WIB, 29 Mei 2006 di lokasi pengeboran minyak bumi Sumur Banjar Panji-1 milik PT Lapindo Brantas yang dimiliki bersama oleh ENRG, Medco dan Santos Australia, keluar semburan lumpur panas. Bencana itu telah membuat lebih dari 10 ribu orang mengungsi dan 400 hektar lahan terendam, termasuk sawah, rumah, pabrik dan sekolah. Jalan poros menuju kota Surabaya pun rusak dan akibatnya perekonomian Jawa Timur sempat lumpuh. GOSIPNYA bencana tersebut dikarenakan kesalahan pengeboran. GOSIP lain mengatakan semburan lumpur tersebut terjadi akibat gempa 5,9 Skala Richter yang mengguncang Yogyakarta pada 27 Mei 2006.

Uniknya meski Candi Prambanan mengalami kerusakan yang cukup parah, Candi Borobudur yang letaknya tak jauh dari Prambanan tidak mengalami kerusakan berarti. Beberapa pihak cukup bingung mengapa gempa sebesar itu dapat membuat lumpur Lapindo menyembur beberapa meter selama bertahun-tahun (GOSIPNYA sih bakal terus menyembur hingga tahun 2037) padahal lokasi kejadian berjarak 280 KM dari Yogyakarta sedangkan Borobudur hanya berjarak 40 KM.

Menurut Ir. Amien Widodo MT, ahli geologi dan Ketua Pusat Studi Bencana LPPM Institut Teknologi Surabaya, semburan dapat terjadi jika gempa mencapai 6 Skala Richter tapi efek gempa yang mencapai Porong dan sekitarnya hanya 2,2 Skala Richter. Meski begitu, pemerintah telah menetapkan bencana itu sebagai bencana nasional dan sejak tahun 2007 hingga 2012 telah mengalokasikan Rp. 6,2 trilyun untuk mengatasi masalah akibat semburan lumpur Lapindo. GOSIPNYA beberapa pihak menentang hal ini karena bencana tersebut disebabkan oleh kesalahan pengeboran yang antara lain diperkuat oleh bukti tidak ada bangunan yang roboh karena gempa di Sidoarjo.

Di sisi lain ia mulai masuk dalam jajaran orang terkaya di Indonesia versi majalah Forbes pada tahun 2006 dengan kekayaan 1,2 milyar Dolar AS. Kekayaannya terus bertambah berkat salah satu anak usaha PT Bakrie & Brothers di industri tambang yakni PT Bumi Resources. Grup Bakrie diuntungkan oleh 2 hal: harga komoditas yang melonjak di pasar dunia dan serbuan investor global di pasar modal Asia-Pasifik.

Harga batu bara yang menjadi produk PT Bumi Resources, meroket dari 50 Dolar AS per ton pada akhir 2006 menjadi US$ 90 per ton di akhir tahun 2007. Dengan pendapatan berlipat itu, saham BUMI diburu investor di lantai bursa. Hanya dalam setahun harga sahamnya meningkat 6 kali lipat, dari Rp. 920 per saham pada akhir tahun 2006 menjadi Rp 6.000 pada 26 Desember 2007. Kapitalisasi pasar BUMI pun melonjak menjadi Rp. 116,4 trilyun, terbesar kedua setelah PT Telekomunikasi Indonesia.

Pada tahun 2007 ia ditaksir memiliki kekayaan 5,4 milyar Dolar AS dan membuatnya menjadi orang terkaya di Indonesia. Setelah krisis ekonomi tahun 2008 kekayaan Aburizal Bakrie merosot ke posisi sembilan dengan jumlah 850 juta Dolar AS. Pada tahun ini pula Bakrie Group mulai merambah bisnis media dengan mendirikan VIVAnews.com yang pada tahun 2012 berubah menjadi VIVA.co.id. Pada tahun 2009 kekayaannya meningkat lagi menjadi 2,5 milyar Dolar AS.

Pada tahun 2010 Bakrie Group mulai terlibat banyak masalah, mulai dari utang yang menumpuk sampai dengan repo saham anak-anak usahanya. Kekayaan Aburizal pun kembali merosot menjadi 2,1 milyar Dolar AS dan membuat posisinya di daftar orang-orang terkaya Indonesia turun ke peringkat 10. Pada tahun 2011 posisinya melorot lagi ke peringkat 30 dengan kekayaan 890 juta Dolar AS. Pada tahun 2012 kekayaannya kembali merosot karena menjaminkan aset demi mencari utang dan membuatnya tidak lagi ada di daftar orang-orang terkaya Indonesia versi Forbes. Kini Aburizal diusung oleh partai Golkar menjadi capres tahun 2014.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.