Syumeiraty Rashando

Syumeiraty Rashando
lahir 1 April 1976 di Bandung
suami: Handi Susilo Yulianto
anak: Emily Florence dan Frederick Anderson

GOSIPNYA
Syumeiraty yang kerap dipanggil Yoyong memulai usahanya tahun 1995 sembari kuliah jurusan Sastra Inggris di Universitas Kristen Maranatha, Bandung. Ia memulai usahanya di bidang aksesoris dan pernak-pernik perempuan yang barangnya ia dapatkan dari mal Mangga Dua, Jakarta (GOSIP lain bilang ia menjual aneka kado dan souvenir untuk perkawinan). Mulanya ia berjualan di rumah orangtuanya. Bisnisnya berkembang pesat sehingga ia dapat menyewa toko di salah satu mal di Bandung. Tahun 2000 ia sudah punya lima gerai toko di lima mal dengan jumlah karyawan 50 orang (GOSIPNYA omzetnya ketika itu mencapai ratusan juta Rupiah per bulan). Tokonya ia beri nama Crayon karena ia sangat menyukai sebuah kafe yang bernama sama yang pernah ia kunjungi di Australia.

Ketika mal makin banyak di Bandung, banyak juga yang meniru bisnisnya sehingga satu-persatu tokonya tutup karena kalah bersaing. Ketika bangkrut, suaminya menyarankan untuk berganti bidang usaha dan orangtuanya mengizinkan ia memakai rumah yang tidak ditinggali di Jalan Aceh nomor 15. GOSIPNYA ia lalu pergi ke Bangkok dan Hongkong untuk mencari inspirasi. Di sana ia melihat berbagai miniatur dari lilin. Ia lalu pulang ke Indonesia dan membuat miniatur mie bakso. Ia mencoba menjualnya seharga 250 ribu Rupiah dan ternyata banyak yang bersedia membelinya dan sebagian lagi malah meminta miniatur lainnya. GOSIPNYA keahliannya ia dapatkan hasil berguru pada orang Jepang.

Mengetahui produk semacam itu laku keras, pada tahun 2005 ia mendirikan Crayon's Craft & Co dengan modal 20 juta Rupiah dan 5 orang pegawai. Ia menyelenggarakan kursus gratis. Peserta cukup membeli bahan lengkap darinya sekitar 100.000 Rupiah lalu dapat mengikuti kursus apa saja di tempatnya setiap hari. Meski begitu, setelah satu tahun pengunjung masih sepi, sekitar 3-5 orang pengunjung sehari.

Ia tetap optimistis tokonya bakal ramai sehingga ia berpikir seandainya toko ramai, ia takkan sanggup mengajar kursus seorang diri. Ia mengantisipasinya dengan mengajari pegawainya berbagai keterampilan sesuai dengan minat masing-masing seperti sulam pita, brayen, hakken, manik, clay, miniatur, paper tole, origami, batik, boneka kawat dan lain-lain.

Ia mengiklankan bisnisnya dengan menyebar brosur, mengikuti bazaar, dan pameran Inacraft di Jakarta. Sesaat setelah melahirkan anak keduanya, ia membuka-buka buku tentang prakarya dan memutuskan untuk membuat miniatur makanan khas Indonesia dari clay yang ketika itu belum ada miniatur semacam itu.

Ketika mengikuti pameran Inacraft, berbagai miniatur gerobak yang berjumlah ratusan habis dibeli pengunjung yang salah satunya adalah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Berkat pameran tersebut, tempat kursusnya mulai terkenal dan kini tidak pernah sepi lagi.

Salah satu kelebihan tempat kursusnya adalah waktu belajar diperbolehkan sesuai keinginan peserta selama tempatnya masih buka yaitu Senin-Sabtu jam 9 pagi hingga 6 sore. Selain itu peserta tidak perlu membeli bahan kerajinan lagi jika bahan belum habis dipakai.

Sejak Februari 2009 ia membuat Mobil Kreatif, sebuah strategi yang mendekatkan diri pada konsumen. Mobil Kreatif beroperasi dari Senin-Sabtu dari jam 9 pagi hingga 5 sore. Sasaran utamanya adalah sekolah-sekolah yang mengijinkan mobilnya parkir di halaman mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.