Chef Juna





Junior Rorimpandey
lahir 20 Juli 1975 di Manado

GOSIPNYA
Sejak kecil, Junior yang lebih dikenal dengan panggilan Juna, sudah nakal. Pada umur 15 tahun, ia membuat tato di kedua lengannya memakai mesin buatannya sendiri saat berada di Bali. Ia juga mendirikan geng bernama Bad Bones, sebuah geng motor Harley Davidson yang kegiatannya ugal-ugalan di jalan raya. Setelah lulus dari SMA 3 Denpasar, ia sempat kuliah Jurusan Teknik Perminyakan selama 3,5 tahun di Universitas Trisakti, Jakarta. Belum selesai kuliah, pada tahun 1997 ia menjual motor Harley Davidson-nya untuk sekolah pilot di Brownsville, Texas, AS.

GOSIPNYA di sana ia sempat terlibat dalam perkelahian antar geng, diculik, disiksa, dan kecanduan narkoba. Meski begitu ia berhasil meninggalkan dunia kelamnya itu dan mendapat lisensi pilot. Sial baginya, ketika ia hendak mengambil lisensi komersial, sekolah penerbangannya bangkrut. Ia memutuskan pergi ke Houston untuk melanjutkan pelatihan. Biaya hidup yang tinggi di AS dan juga peristiwa kerusuhan Mei 1998, membuat orangtuanya tak sanggup membiayai pendidikannya di AS. Ia harus membiayai hidupnya sendiri di AS.

GOSIPNYA hidupnya ketika itu sangat mengenaskan hingga ia harus mencari rokok bekas di tong sampah dan mencari koin-koin penny di jalanan hanya untuk membeli burger sandwich seharga 99 sen. Ia juga terpaksa tinggal di satu apartemen kecil bersama 7 orang lainnya. Ia pun terpaksa bekerja secara ilegal karena visa yang ia dapat hanya boleh untuk sekolah, bukan untuk bekerja.

Ia mendapat pekerjaan sebagai pelayan di sebuah restoran tradisional Jepang. GOSIPNYA setelah dua minggu bekerja, ahli sushi di restoran itu menawarinya untuk menjadi muridnya karena melihat dedikasi dan ketekunannya. GOSIP lain mengatakan ia punya rasa ingin tahu yang tinggi dan memberanikan diri bertanya serta meminta petunjuk. Pemilik restoran merasa puas dengan kinerjanya dan mensponsorinya untuk mendapatkan green card (penduduk tetap).

Karena gurunya pindah ke restoran lain, pada tahun 2002 ia menempati posisi gurunya sebagai Head Chef. Tahun 2003 ia pindah kerja ke restoran sushi nomor satu di Houston, Uptown Sushi. Setelah beberapa bulan bekerja, ia lalu menjadi Executive Chef. Karena merasa jenuh dengan masakan Jepang, pada tahun 2004 ia pindah ke restoran Perancis, The French Laundry yang terkenal sebagai restoran dengan standar kualitas yang tinggi. Di sana, jabatannya hanyalah Cook sehingga membuatnya harus mencari pekerjaan tambahan untuk bertahan hidup.

Di sana ia belajar kedisiplinan karena selalu ada hukuman bagi setiap orang yang melakukan kesalahan. Ia sangat membutuhkan pekerjaan itu dan membuatnya termotivasi untuk tidak melakukan kesalahan. Kinerjanya dianggap baik dan membuat atasannya puas sehingga pada tahun 2006 ia dipromosikan menjadi Sous Chef.

Dunia kuliner terkenal sebagai dunia yang sangat keras karena untuk menjadi seorang chef seseorang biasanya harus siap secara fisik maupun mental. Seorang chef harus tahu berbagai jenis bahan pangan, nilai gizinya, cara memotongnya, cara mengolahnya, cara menghiasnya, maupun peralatannya sehingga dapat menghasilkan hidangan yang menarik, lezat, higienis, dan bergizi tinggi. Selain harus bercitarasa tinggi dan kreatif, seorang chef juga dituntut untuk disiplin serta belajar dan bekerja dengan cepat. Secara mental seorang chef juga harus siap dibentak, dimarahi, diejek, dan dihina atasan ketika ia melakukan kesalahan. Seorang chef juga harus berdedikasi pada pekerjaannya dan Juna menyadari betul profesi yang ia pilih. Ia biasa bekerja dari pukul 08.00 hingga pukul 02.00 dini hari.

Ketika hari besar dan hari libur tiba, ia malah harus bekerja ekstra karena tamu restoran semakin banyak. Bahkan, selama puluhan tahun menjadi chef di Amerika, ia cuma pernah datang sekali ke acara undangan ulang tahun temannya. Meski begitu kerja kerasnya tampaknya tidak sia-sia karena ia berhasil mencapai jabatan bergengsi Executive Chef di beberapa restoran tempatnya bekerja. GOSIPNYA personal hygiene merupakan bagian dari Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) yang merupakan standarisasi kesehatan dunia, dan lembaga pendidikan kuliner sebenarnya tidak akan menerima calon chef yang personal hygiene-nya buruk seperti berkumis tebal, berjanggut, berambut panjang, atau bertato tapi karena dunia kuliner berpusat di Prancis dan Juna menguasai tekniknya, ia pun menjadi chef yang cukup disegani.

Pada Agustus 2009 ia kembali ke Indonesia karena ada event besar Harley Davidson di Jakarta. Ia ingin bernostalgia dengan teman-teman lamanya tapi mereka sedang sibuk bekerja. Meski begitu, ia malah menerima banyak tawaran untuk membintangi iklan, sinetron, dan acara memasak. GOSIPNYA karena ia seorang pemalu dan tidak bisa berakting di depan kamera akhirnya ia menerima tawaran menjadi juri Master Chef dimana ia tidak harus berbicara menghadap kamera secara langsung. Selain itu, ia merasa tersanjung karena banyak chef di Indonesia yang lebih terkenal tapi tidak ditawari menjadi juri oleh pihak penyelenggara.

Ia menolak sebutan sebagai celebrity chef yang kini juga makin populer disematkan pada chef-chef muda yang kerap tampil di televisi. "Apa sih celebrity chef itu? Di Indonesia, chef yang baru satu-dua kali masuk televisi saja sudah disebut celebrity chef. Orang yang baru lulus sekolah chef lalu punya acara TV sendiri, langsung disebut celebrity chef. Orang yang suka tampil untuk memberikan demo masak di berbagai acara televisi juga disebut celebrity chef,” tukasnya.

Di Amerika, menurutnya, celebrity chef adalah chef yang telah memiliki reputasi baik di bidangnya. Mereka adalah chef yang telah hadir di ajang bergengsi dan telah mendapatkan banyak liputan media. Sebelum tampil di luar dapur, seorang celebrity chef telah memiliki restoran sendiri yang sukses sehingga membuat orang lain sudah tidak meragukan lagi kemampuannya. “Dia terkenal karena memang jago, bukan karena banci tampil," ujarnya. Karena belum memiliki hal-hal tersebut, Juna merasa belum pantas disebut celebrity chef.

Setelah mengundurkan diri dari posisi Executive Chef di Jackrabbit Cuisine & Libations, Jakarta, akhir Juli 2011 lalu, pada pertengahan Agustus 2011 Juna memutuskan untuk pergi ke AS sekitar sebulan. Ia kembali karena status imigrasinya mengharuskan ia berada di sana selama 3 hingga 4 minggu. Setelah itu ia lalu kembali menjadi juri pada Master Chef Indonesia Season 2. Lewat acara Master Chef ia ingin menjelaskan kepada anak muda yang bermimpi untuk jadi chef terkenal bahwa profesi chef tidak seglamor seperti yang terlihat, tapi memerlukan kerja keras dan kemauan yang kuat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.