Adem Ayem

Jeffry Herlambang & Emmy Lies Rosmijati

CABANG ADEM AYEM
-Jl. Slamet Riyadi 342 Solo Telp. 0271 712891 / 716992
-Jl. Pangeran Mangkubumi 101 Yogyakarta Telp. 0274 550418
-Jl. Raya Gubeng 48 Surabaya Telp. 031 5029999
-Jl. Teuku Umar 259 Denpasar Telp. 0361 259593
-Jl. Percetakan Negara 640C Jakarta Telp. 021 4240274 / 4248509
-Jl. AM Sangaji 27 Jakarta Telp. 021 6386 4074 /  77

GOSIPNYA
Karena bosan diam di rumah menunggu suaminya - Sucipto Herlambang - pulang setelah berjualan kasur kapuk, pada tahun 1969 Emmy Lies Rosmijati membuka warung sederhana di halaman rumahnya di Solo. Tiap hari ia bangun jam 3 pagi untuk bersiap-siap. Ia mengajak seorang tukang masak asal Yogyakarta untuk membantu. Jam 6 pagi warungnya sudah menyediakan nasi liwet, nasi langgi, gudeg dan timlo. Karena pengunjung makin lama makin banyak, pada tahun 1970 ia mengubah ruang depan rumahnya menjadi rumah makan dan menambah beberapa orang pegawai lagi dari Yogyakarta. Ia memberi nama rumah makannya Adem Ayem dengan harapan konsumennya nyaman dan puas.

Tahun 1980 Adem Ayem mulai menjadi rumah makan favorit kalangan menengah. Dengan tabungannya, Rosmijati yang kerap dipanggil Emi, mengubah Adem Ayem menjadi restoran terbesar dan termegah di Solo. Restoran berlantai empat ini dilengkapi dengan gedung pertemuan sehingga sering dijadikan tempat rapat perusahaan, tempat merayakan ulang tahun, dan juga acara wisuda beberapa universitas (GOSIPNYA Adem Ayem bahkan menjadi restoran favorit keluarga Kasunanan Surakarta). Selain memperluas area, menu pun diperbanyak dengan menyediakan masakan Cina dan barat.

GOSIPNYA Tahun 1990 Sucipto mendirikan PT STM di Solo dan pabrik pengolahan di Bekasi yang mengekspor berbagai produk kayu ke Eropa Timur yang GOSIPNYA kini dikelola oleh anaknya yang kelima, Jeffry Herlambang. Tahun 1997 Adem Ayem membuka cabang di Denpasar yang dikelola oleh anaknya yang keempat, Boby Herlambang. Anaknya yang ketiga, Willy Widodo Herlambang, membuka RM Adem Ayem di Yogyakarta tahun 2001. Karena kesibukannya di bisnis properti, Willy menyerahkan pengelolaan RM itu kepada istrinya sedangkan Adem Ayem Jakarta dikelola oleh keluarga jauh Sucipto (GOSIPNYA Adem Ayem Solo memiliki omzet tertinggi dibanding cabang lainnya yaitu mencapai 500 juta Rupiah per bulan).

Setelah meninggalkan bisnis kasur kapuk, Sucipto membuka toko emas Semar di Sragen, sekitar 26 km dari Solo. Bersama istrinya, mereka menabung dan mulai berbisnis properti. Karena bisnis properti menyita banyak waktu, toko emas Semar diserahkan kepada salah satu familinya. Sucipto juga merintis bisnis jual-beli mobil niaga bekas Dinar Motor yang berlokasi di Jl. Ir. Sutami 38, Solo.

Tahun 2004 melalui PT Sarana Griya Prasarana Bangun yang bekerja sama dengan Chandra Tambayong, Sucipto mendirikan Solo Grand Mall (SGM) seluas 12.080 m² di Jl. Slamet Riyadi (GOSIPNYA ia menghabiskan Rp. 140 milyar untuk membangun SGM). Tahun 2005 ia membangun Pusat Grosir Solo (PGS) melalui PT Putra Griya Sentosa yang bekerja sama dengan Chandra Tambayong dan Kenneth Lie.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.