Sungai Budi Group

PRODUK ROSE BRAND
-Tepung:
*Tapioka Rose Brand: 500 gram, 25 kg, 50 kg, 850 kg
*Beras Putih Rose Brand: 200 gram, 250 gram, 500 gram, 50 kg
*Ketan Putih Rose Brand: 500 gram, 50 kg
*Tapioka Gunung Agung: 500 gram, 25 kg, 50 kg, 850 kg
*Tapioka Pak Tani Gunung: 500 gram, 25 kg, 50 kg, 850 kg

-Gula
*Gula Cair Rose Brand: 12 botol/box @ 500 ml, 1500 ml, jeriken 30 kg
*Gula Tebu Rose Brand: 1kg

-Minyak
*Minyak Goreng Rose Brand: cangkir 240 ml, botol 1000 ml & 2000 ml, refill 1000 ml & 2000 ml
*Margarin Rose Brand: 17 gram, 200 gram, 4 kg, 4,5kg, 10 kg, 15 kg, 20 kg, 25 kg
*Minyak Goreng Tawon: 1000 ml, 2000 ml

-Kelapa
*Santan Rose Brand: 65 ml, 200 ml, 1000ml
*Jeli Delcoco: 240 gram, 360 gram, 1000 gram

-Bihun
*Bihun Rose Brand: 250 gram, 400 gram
*Bihun Jagung Rose Brand: 320 gram
*Mi Instan Rose Brand: 55 gram
+Bihun rebus rasa asam pedas
+Bihun rebus rasa ayam bawang
+Bihun rebus rasa soto ayam
+Bihun rebus rasa kaldu ayam
+Bihun goreng

CABANG USAHA
Anak usaha PT Sungai Budi
-PT Budi Starch & Sweetener Tbk (25,03%)
-PT Tunas Baru Lampung (26,49%)

Anak usaha PT Budi Starch & Sweetener Tbk
-PT Associated British Budi (50,1%)
-PT Budi Lumbung Ciptatani (99,98%)
-Budi Starch & Sweetener Singapore (100%)

Anak usaha PT Tunas Baru Lampung
-PT Adi Karya Gemilang (99,8%)
-PT Agro Bumi Mas (90%)
-PT Bangun Nusa Indah Lampung (99,99%)
-PT Bangun Tata Lampung Asri (99,71%)
-PT Budi Dwidaya Perkasa (99,99%)
-PT Budi Nusa Cipta Wahana (98%)
-PT Bumi Perkasa Gemilang (73,94%)
-PT Bumi Sentosa Abadi (99,97%)
-PT Dinamika Graha Sarana (29,41%)
-PT Samora Usaha Jaya (99,23%)
-PT Solusi Jaya Perkasa (90%)
-PT Surya Andalan Primatama (90%)

GOSIPNYA
Sudah sejak lama etnis Tionghoa tersebar hingga daerah terpencil. Di Lampung mereka ada di Gunung Sugih, Sukadana, Menggala, Labuhan Maringgai. Dari Cina mereka ke Jawa, lalu ke Lampung dan menyewa kandang kerbau milik pribumi. Dulu rumah di Lampung masih rumah panggung yang di bawahnya dijadikan kandang kerbau. Kandang itu lalu dijadikan tempat tinggal dan tempat berdagang oleh etnis Tionghoa. Daerah-daerah terpencil jadi ramai karena mereka berdagang hingga malam hari.

Setelah Indonesia merdeka tahun 1945, pemerintah mulai membantu kaum pribumi dengan menyingkirkan etnis Tionghoa yang kala itu sukses di bidang ekonomi sehingga dianggap menghambat perkembangan ekonomi kaum pribumi. Tindakan fenomenal pemerintah saat itu adalah ketika pada April 1950 mengeluarkan Peraturan Benteng yang menyatakan bahwa etnis Tionghoa tidak boleh mendirikan perusahaan jika tidak memiliki saham dari etnis yang lain.

Pemerintah juga memanfaatkan UU kewarganegaraan tahun 1910 yang dibuat pemerintah Belanda yang membuat orang Tionghoa memiliki kewarganegaraan rangkap dengan mengeluarkan UU No. 3/1946 tentang 'Warga Negara dan Penduduk Negara' yang membuat status kewarganegaraan penduduk keturunan Tionghoa di Indonesia bermasalah. Pada tahun 1955 lewat Konferensi Asia Afrika di Bandung, Perdana Menteri Cina, Zhou Enlai mencoba mengatasi masalah itu sehingga dibuat Perjanjian Dwi-Kewarganegaraan RI-RRC yang lalu disahkan menjadi UU No. 62/1958 tentang 'Kewarganegaraan Republik Indonesia'. UU No. 62/1958 melahirkan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia atau lebih dikenal dengan SBKRI.

Pada November 1959 pemerintah juga lalu mengeluarkan PP No. 10/1959 yang berisi tentang larangan orang asing berusaha di bidang perdagangan eceran di tingkat kabupaten ke bawah (di luar ibu kota daerah) dan wajib mengalihkan usaha mereka kepada warga negara Indonesia. UU No. 62/1958 dan PP No. 10/1959 membuat ratusan ribu orang Tionghoa kembali ke Cina sehingga usaha dan harta mereka di Indonesia diambil oleh kaum pribumi. Daerah-daerah terpencil kembali menjadi sepi meski usaha mereka diambil alih dan diteruskan oleh kaum pribumi.

PP No. 10/1959 membuat etnis Tionghoa di Lampung pindah ke Teluk Betung dan memulai kembali usaha dari nol. Salah satunya adalah Ngadiman Winata (Oey In Teng) yang sudah mulai berdagang sejak tahun 1947. Tahun 1965 ia merintis kembali usahanya di Teluk Betung dari sebuah pabrik minyak kelapa. Setelah agak besar, ia mendirikan CV Bumi Waras lalu mengembangkan usahanya hingga berdagang tapioka, sawit, sabun, minyak goreng, tepung, dan lainnya.

Widarto Oey
lahir 1947

Albert Oey
lahir 1974 di Teluk Betung

Alfred Oey
lahir 1976 di teluk Betung

Pada Maret 1982 Ngadiman meninggal dunia karena kecelakaan pesawat terbang. Usahanya diteruskan oleh adiknya Widarto Oey (Akaw). GOSIPNYA Widarto sering berkata kasar baik pada bawahan maupun anak istrinya sedangkan Istrinya, Hong Chu, cerewet dan sombong serta tidak bijaksana sehingga membuat mereka tidak disukai oleh para pekerja. Putri Widarto, Widiana (Phing-Phing) telah bercerai, sedangkan putranya, Albert (Hong-Hong) dan Alfred (Ah-Pet) sombong dan suka foya-foya.

Santoso Winata
lahir 1962 di Jakarta

GOSIPNYA adik Ngadiman yang lain, Handoko Winata, memilih keluar dari perusahaan yang disertai dengan pesangon dan pembagian rata harta. Anak kedua Ngadiman, Sutrisno Winata, juga memilih keluar dari perusahaan dan pembagian rata harta. Masalah terjadi ketika Sutrisno menginginkan bagiannya senilai 88 juta Dolar Hongkong hasil dari penjualan 2 properti di Hongkong dari total 205 juta Dolar Hongkong yang dibagi bersama Widarto dan anak Ngadiman yang lain, Santoso Winata. Widarto dan Santoso merasa keberatan karena menurut mereka 205 juta tersebut bukanlah profit perusahaan, melainkan modal perusahaan. Hal ini membuat Sutrisno menggugat Widarto dan Santoso ke pengadilan Hongkong tahun 1986.

CV Bumi Waras berkembang menjadi Sungai Budi Group (SBG). SBG memiliki anak perusahaan yaitu PT Budi Starch Sweetener & Tbk (dulu PT Budi Acid Jaya) dan PT Tunas Baru Lampung. GOSIPNYA perusahaan kelapa sawit sering berbuat curang terhadap warga lokal. Mereka membuat perjanjian bagi hasil dengan cara membujuk agar mereka setuju menyerahkan lahan yang mereka diami untuk dikelola oleh perusahaan sawit dan menjanjikan akan membagikan hasilnya. Biasanya perusahaan lalu ingkar dan mengusir mereka dari lahan itu. GOSIPNYA warga yang terusir lalu bertahan hidup dengan cara menjadi BEraksi GALak (begal).

Sekitar tahun 1975 muncul komplotan begal yang menamakan diri Gabungan Anak LIar (GALI). Begal yang dalam aksinya merampok dan membunuh dengan sadis membuat masyarakat resah sehingga membuat pemerintah Orde Baru melancarkan aksi penembakan misterius (petrus) di seluruh Indonesia pada awal tahun 1980.

Target begal yang diidentikan sebagai vrijman / free man (preman) adalah yang bertato. Sejak dulu tato identik dengan narapidana karena pelaku kejahatan ditandai dengan cap permanen ketika dipenjara agar setelah keluar dari penjara dapat mudah dikenali oleh masyarakat agar waspada dan terhindar dari penjahat.

Salah satu kelompok begal paling berbahaya berasal dari Desa Negara Batin, Kecamatan Jabung, Kabupaten Lampung Timur. GOSIPNYA penduduk desa ini memiliki ilmu hitam berupa kekebalan tubuh, melompati sungai puluhan meter, hingga menghilang dalam sekejap dari pandangan.

Masyarakat Jabung juga terkenal memiliki nyali tinggi untuk mempertaruhkan pi’il – istilah masyarakat Lampung untuk menyebut kehormatan dan harga diri. Menumbangkan lawan yang disebut memiliki kesaktian menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Jabung. Hingga kini ilmu hitam sering dikaitkan dengan masyarakat Jabung dan sering disebut sebagai ilmu kebatinan alias ilmu dari masyarakat Batin.

Setelah Orde Baru usai, begal kembali merajalela. Tidak hanya dari Lampung, para penjahat dari Jawa dan daerah lain GOSIPNYA kabur dan bersembunyi di Desa Negeri Ratu, Kecamatan Muara Sungkai, Kabupaten Lampung Utara. GOSIPNYA mereka bersembunyi di daerah itu karena jauh lebih sepi dibanding kawasan yang sudah ramai sejak lama yaitu jalur Lampung-Palembang-Jambi-Pekanbaru-Medan karena dekat dengan Singapura dan Kuala Lumpur.

Selain itu, masyarakat mulai berani mengemukakan pendapat dan memperjuangkan hak-hak mereka atas lahan yang mereka anggap diklaim secara sepihak, baik oleh pemerintah Orde Baru maupun oleh perusahaan. Maka kasus pun bermunculan ke muka publik yang lebih dikenal sebagai kasus Mesuji. Beberapa perusahaan besar yang terlibat sengketa lahan adalah:
-PT Sugar Group
-PT Silva Inhutani Lampung
-PT Barat Selatan Makmur Investindo
-PT Sumber Wangi Alam dan PT Treekreasi Marga Mulia

Selain PT Bangun Nusa Indah Lampung melawan warga Kabupaten Tulang Bawang yang mengakibatkan 9 orang tewas pada tahun 1999, CV Bumi Waras pun ternyata berseteru dengan warga bernama Maryono tahun 2010 yang mengakibatkan tewasnya Maryono.

Kabupaten Mesuji

Kabupaten Ogan Komering Ilir


Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Korban Mesuji Akumulasi sejak 1999", https://nasional.kompas.com/read/2011/12/30/05105193/korban.mesuji.akumulasi.sejak.1999. PT BUmi Wa
Lokasi Mesuji sebenarnya ada dua, yaitu Mesuji yang masuk wilayah Kabupaten Mesuji, Lampung, dan Mesuji yang masuk Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan. Meski berbeda wilayah, Mesuji di dua wilayah itu sama-sama memiliki perkebunan sawit yang dikelola perusahaan besar. Hingga kini sengketa masih berlangsung di Mesuji.

Tahun 2017 Widarto Oey berada di peringkat 130 orang terkaya Asia 2017 versi Globe Asia dengan kekayaan 620 juta Dolar AS setelah Tax Amnesty.

Es Cendol Elizabeth

Rohman

CABANG USAHA
-Bandung
*Jl. Inhoftank 64
*Jl. Otista 518

-Majalaya: Jl. Babakan 36-26
-Tasikmalaya: Jl. K.H. Zaenal Mustofa 216

GOSIPNYA
Tahun 1972 saat Rohman berusia 8 tahun, ayahnya meninggal dunia sehingga ia mengikuti pamannya meninggalkan Pekalongan menuju Bandung. Setiap hari ia membantu pamannya berjualan cendol dengan rute Tegallega-Cicendo-ITB-Tegallega selama 7 tahun. GOSIPNYA saat itu hanya ada 4 orang penjual cendol di Bandung.

Dari membantu paman, ia diberi uang jajan. Uang itu tidak pernah dipakai untuk diri sendiri tapi dikirim ke kampung untuk membantu adik-adiknya yang bersekolah. Jika ada uang sisa, ia tabung sehingga kemudian ia bisa membeli gerobak roda untuk berjualan cendol. Ia memulai jualan di kawasan Leo Genteng, Astana Anyar. Setelah berkeliling, ia selalu memarkirkan jualannya di sebuah rumah di Jalan Ciateul.

GOSIPNYA suatu ketika Elizabeth pulang ke rumahnya di Jalan Ciateul 15 sambil membawa tas sisa yang masih bisa dijual kembali. Melihat Rohman berjualan di depan rumah, Elizabeth menitipkan tas-tas sisa kepada Rohman untuk dijual. Rohman yang tidak lulus SD ragu bisa menjual tas. Elizabeth tidak memaksa, berapapun barang yang laku ia terima.

Rohman sempat mengeluh karena beberapa pembeli memaksa jika beli tas, maka cendolnya gratis. Meski sudah dijelaskan bahwa tas yang dijualnya adalah barang titipan, mereka tetap memaksa. Ia lalu melapor kepada Elizabeth sehingga Elizabeth mengganti cendol yang diminta pembeli tas.

Tahun 1979 ia memutuskan untuk berjualan cendol sendirian di depan toko tas Elizabeth di Jalan Otista. Ia berjualan sambil membantu menjaga toko. Pada jam 5 sore dagangannya biasanya sudah habis terjual dan ia lalu membantu membereskan toko dengan sukarela.

GOSIPNYA suatu ketika ada pelanggan toko meminta cendolnya secara gratis. Pemilik toko, Elizabeth Halim, lalu membeli cendolnya untuk dijadikan bonus kepada pelanggan yang membeli tasnya. Elizabeth pun membuatkannya kartu nama sehingga sejak itu dagangannya dikenal dengan nama "Es Cendol Elizabeth".

GOSIP lain bilang karena Rohman tidak bisa baca tulis, ketika ada pesanan Rohman meminta Elizabeth menuliskan pesanannya. Elizabeth selalu menulis memakai bon toko tas sehingga Elizabeth menyuruhnya menamai jualan Rohman dengan nama "Es Cendol Elizabeth".

Tahun 1982 keluarga Rohman pindah ke daerah Inhoftank. Mereka mengontrak rumah berukuran 3x3 meter sebagai tempat tinggal. Setelah berjualan beberapa tahun ia mulai membangun tokonya pelan-pelan di Jl. Inhoftank 64. Tahun 1994 cendolnya mulai dilirik supermarket Yogya yang memintanya memasok ke Yogya. Kini sejumlah supermarket dipasok sebanyak 200 paket per bulan. Satu paket berisi 200 liter. Ketika bulan puasa jumlahnya naik menjadi 1.000-1.500 paket. GOSIPNYA rata-rata penjualan cendolnya mencapai 5-10 ribu gelas per hari bahkan mencapai 50 ribu gelas di bulan puasa.

Pada 2 Maret 1997 dibuka toko tas Elizabeth baru berlantai lima dengan luas tanah 1.000 meter persegi di Jl. Ciateul (kini Ibu Inggit Garnarsih) 15. Ia juga mulai meluaskan usaha dengan menyewakan kompleks ruko. Ia lalu membeli perkebunan gula di Cilacap, Jawa Tengah sehingga ia mampu menyimpan stok gula dalam jumlah banyak. Hal ini membuat harga cendolnya relatif stabil.

Cendolnya pun makin lama makin terkenal dan menjadi merek cendol paling populer di Bandung sehingga membuat banyak pedagang ikut berjualan memakai mereknya. Hal itu membuatnya memindahkan pusat usaha ke garasi rumah miliknya di Inhoftank tahun 2004. GOSIPNYA ia terpaksa pindah karena terbit Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 02 Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah yang melarang kaki lima berjualan di trotoar.

Banyak yang mengeluh rasa cendolnya berbeda-beda. Ternyata mereka membeli dari pedagang gerobak yang membuat sendiri cendol mereka. GOSIPNYA bahan baku Es Cendol Elizabeth harus didatangkan dari luar kota Bandung: tepung sagu berasal dari Lampung dan Garut, daun suji sebagai pewarna alami diambil dari petani di Majalaya dan Pekalongan, gula kelapa sebagai pemanis berasal dari Pekalongan, kelapa untuk santan diambil dari Tasikmalaya.

Tri Bagus

Kini pengelolaan toko di Majalaya diserahkan pada putri pertamanya Nur Hayati sedangkan toko di Bandung dikelola oleh putri keduanya Nur Hidayah yang sudah menikah dengan Tri Bagus. Toko di Tasikmalaya dikelola oleh putri ketiganya.

Baso Tahu Tulen Situ Indah

Maya Indrawati

CABANG USAHA
Bandung:
-Jl. Situ Indah 4 Pagarsih (pusat) Buka: 06.00-21.00
-Jl. Haji Akbar 2 (samping Kartika Sari) Buka: 07.00-18.00
-Jl. Sadewa (depan Bistik Sadewa) Buka: 19.00-23.00
-Jl. Setiabudi 107 Buka: 08.00-22.00
-Jl. Kemuning (samping Primarasa) Buka: 09.00-19.00
-Jl. Buah Batu 201 Buka: 07.00-22.00
-Jl. Pagarsih 176 (depan Ruko Taman Senang) Buka: 09.00-21.30
-Jl. Nana Rohana 37 (Yayasan Dana Sosial Priangan) Buka: 09.00-22.00
-Jl. Holis 83 Buka: 08.00-22.00
-Jl. Gatot Subroto 7 Buka: 07.00-21.00
-Jl. Diponegoro 52 Buka: 08.30-21.30
-Rest Area Tol Pasteur KM 1 Buka: 06.00-23.30

Delivery: 022 603-9204, 022 607-9277, 0851-0073-6861, 0851-0632-2990

GOSIPNYA
Kiki Kelvin mulai berjualan siomay ketika kelas 3 SMA, yakni tahun 1993. Setelah setahun, muncul pesaing memakai nama yang sama: Baso Tahu Tulen. Ia lalu mengganti gerobak biasa dengan gerobak motor yang didesain seperti mobil box sehingga dapat menampung peralatan, perlengkapan hingga bahan baku. Tak hanya itu, di bagian sisi kiri dan kanan box, dituliskan profil singkat usaha berupa nama dan nomor kontak pemesanan.

GOSIPNYA kunci sukses keberhasilannya adalah bahan baku berkualitas tinggi. Adonannya terbuat dari 70% ikan tenggiri, sisanya tepung sagu Cap Tani dan bumbu seperti merica, garam, bawang, gula, kacang tanah Tuban dan cabai merah keriting dari Lembang. Ia menyatakan bahwa siomay buatannya bisa tahan 2-7 hari jika ditaruh di dalam kulkas.



GOSIP lain bilang usaha ini dirintis oleh Kiki Kelvin bersama dengan Maya Indrawati tahun 2000. Uniknya di beberapa papan namanya terdapat tulisan "Terpercaya sejak tahun 1950". Meski harganya mahal (Rp. 7.000 per buah tahun 2018) dibanding pesaingnya yang hanya berkisar antara Rp 2.500-4.000 per buah tahun 2018, Maya mengaku menjual lebih dari seribu buah per hari. GOSIP lain bilang mereka masih terikat tali saudara dengan Sin Sien Hin yang asli sehingga mengetahui resep yang enak untuk membuat baso tahu yang merupakan resep tahun 1950.

Satu-satunya pesaing berat adalah keluarga pedagang baso tahu Sin Sien Hin. Dulu pemiliknya hanya seorang; tapi setelah laku, 8 saudara lainnya ikut berjualan memakai nama Sin Sien Hin dengan resep yang berbeda-beda. Mereka terbagi jadi dua: Baso Tahu Tulen Tegallega (Sin Sien Hin) dan Baso Tahu Sin Sien Hin (Ooy). Banyak orang yang pernah mencicipi baso tahu Sin Sien Hin asli mengatakan rasanya sepadan dengan harganya yang lebih mahal dari Situ Indah. Merek dengan rasa inkonsisten ditambah harga yang mahal, membuat banyak orang lebih memilih Situ Indah.

Oyo Saryo

Oyo Saryo bersama istri

Oyo Saryo dan Dedy Hikmat

CABANG USAHA
-Bandung
*Jl. Sulanjana 30
*Jl. H. Wasid 4
*Jl. Kliningan 18
*Jl. Soekarno Hatta 100 M
*Jl. Soekarno Hatta 735 (Rumah Makan Ampera Metro)
*Jl. Arcamanik Endah 77
*Jl. Venus Raya 4
*Jl. A. H. Nasution 92
*Jl. Panatayuda (tutup)
*Jl. Gelap Nyawang sebrang villa merah ITB (tutup)
*Jl. Surya Sumantri (tutup)
*Jl. Pasteur samping Giant (tutup)
*Jl. Surapati 63 (tutup)
*Jl. Ir. H. Juanda 37 (Kampung Aceh) (tutup)
*Jl. Tubagus Ismail 45 (tutup)
*Jl. Pahlawan 213 (tutup)
*Jl. Batik Kumeli 5 Sukaluyu (tutup)
*Jl. Burangrang 42 (tutup)
*Jl. Pangkur 3 (tutup)
*Kota Baru Parahyangan Ruko No. 6 (tutup)

-Yogyakarta: Jl. Godean Km 5 Modinan (tutup)

GOSIPNYA
Oyo Saryo adalah seorang anak petani miskin dari desa Salawangi, Kecamatan Bantarujeg, Kabupaten Majalengka. Di pagi hari ia menggembalakan kerbau, sedangkan siang sampai sore hari ia membantu ayahnya jadi kuli pacul (buruh tani) di kebun orang. Ia biasa dipanggil P3: Pasukan Pacul Pendek. Dijuluki demikian karena ia dan ayahnya bertubuh kecil dan pendek.

Hidupnya diwarnai kemiskinan. Saat beras tinggal secangkir, ibunya membuatnya menjadi bubur. Ketika di rumah ia biasa membantu ibunya di dapur. Hal ini membuatnya pandai memasak.

GOSIPNYA pada umur 11 tahun, ia baru masuk SD. Tahun 1958 rumahnya terbakar dan ijazah SD-nya hangus. Ia menjadi kuli pacul di kampungnya. Ia lalu merantau ke Sumedang tapi karena tidak ada keahlian lain, lagi-lagi menjadi kuli pacul. Ia lalu pindah ke kota Bandung pada tahun 1964.

Di Bandung, ia pernah melamar ke pabrik daging, tetapi tidak diterima karena tidak punya ijazah apapun. Ia lalu berjualan minyak tanah keliling tapi merasa tidak cocok. Ia lalu membantu kakak sepupunya berjualan berjualan bubur sumsum/lemu dan pacar cina dengan memakai pikulan. Ia berjualan bubur lemu dari tahun 1965 sampai 1980 tapi penghasilannya masih pas-pasan karena pembeli bubur lemu dan pacar kebanyakan hanya anak-anak.

Tahun 1980 Presiden Soeharto menghadiri Pekan Olahraga Pelajar Seluruh Indonesia (POPSI) di Stadion Madya Senayan, Jakarta. Saat itu, Soeharto melihat para pelari dari Kupang tampil tanpa sepatu, Soeharto bertanya pada Asisten Menpora Bidang Olahraga Mangombar Ferdinand Siregar, "Pak Siregar, itu atlet-atlet dari Kupang kenapa tidak pakai sepatu?".

"Di sana sudah biasa, pak. Jangankan sepatu untuk olahraga, mereka juga tidak pakai sepatu saat sekolah dan dalam kehidupan sehari-hari," jawab Siregar.

"O, jadi itu sebabnya. Berarti mereka sudah terbiasa jalan dan lari tanpa sepatu. Secara tidak langsung, kegiatan lari sudah memasyarakat di sana, ya?" tanya Soeharto lagi.

"Betul, pak. Jadi olahraga pada tahap awal memang harus memasyarakat," ungkap Siregar.

Kata-kata dari Soeharto itu lantas dituangkan sebagai usulan dalam riset yang dilakukan Siregar sebanyak 10 halaman bertajuk: Peranan Olahraga dalam Pembangunan Pedesaan sebagai Satu Sumbangan Pemikiran untuk Presiden RI. Setelah ditindaklanjuti dalam Musyawarah Olahraga KONI Pusat, Siregar juga mengkomunikasikannya dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Daoed Joesoef. Menteri Daoed lantas sedikit memberi ralat. "Mestinya olahraga dimasyarakatkan dulu tentang arti dan fungsinya, baru setelah masyarakat sadar mengenai hal tersebut, mereka bisa berolahraga," kenang Siregar.

Maka sejak itulah, slogan 'memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat' dijadikan panji olahraga nasional dan ditetapkan dalam amanat Presiden Soeharto di Sidang MPR/DPR pada 15 Agustus 1981 sebagai Gagasan Keolahragaan Nasional. Hari Olahraga Nasional (Haornas) sendiri ditetapkan pada 9 September 1983, diperkuat dengan Keppres Nomor 67 Tahun 1985 tentang Hari Olahraga Nasional.

Slogan itu membuat Oyo berpikir, "Bila warga selesai berolahraga, pasti mereka mencari santapan", dan muncullah ide bisnis untuk berjualan bubur ayam. Bubur ayam dipilih karena disukai segala kalangan, dari anak-anak sampai orang tua. Mulanya ia berjualan di lingkungan kantor dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat. Pada awalnya, menu bubur ayam yang disajikannya hanya berupa bubur encer polos dengan taburan seledri, kacang dan kerupuk. Makin lama saran pelanggan bermunculan, sehingga ia menambahkan irisan daging ayam, cakue dan lain-lain.

Ia berpikir tentang buburnya yang encer. Jika jualan dari pukul 6 pagi bubur akan menjadi air dan tak layak jual. Tahun 1989 ia mengubahnya menjadi bubur kental dan beratraksi membalikkan mangkuk sehingga pembeli merasa takjub karena tidak tumpah saking kentalnya. Pasokan beras didapatkan dari sawahnya sendiri seluas 2 hektar di Majalengka. GOSIPNYA beras dari Majalengka membuat buburnya lebih kental.

Ia juga membuat strategi memakai singkatan dan nama unik seperti kuping (kurupuk emping), ampel (ati ampela), atel (ayam telor), atelpin (ayam telor pindang), apel (ati ampela), ayat (ayam ati), acak (ayam cakue), ganja (seledri), dan krikil (kacang kedelai). 

Meski pembeli mulai berdatangan, setelah 3 bulan, kantin soto di sebelahnya iri. Ia diusir. Beberapa kali pindah tempat malah membuatnya makin dikenal banyak orang. Pelanggan yang bertambah banyak memaksanya untuk mencari tempat usaha yang lebih luas, yaitu di Jalan Panatayuda.

Bubur ayamnya sangat laris manis tapi dipermasalahkan oleh warga sekitar. Kendaraan pembeli yang parkir memenuhi sebagian besar area membuat warga setempat protes sehingga ia kembali pindah ke Jalan Sulanjana 30 yang dijadikan markas utamanya hingga kini. Pelanggan makin banyak dan membuatnya naik Haji tahun 1994. Meski sempat bermasalah tahun 2003 karena persaingan, perlahan ia mampu bangkit kembali.

Ia memiliki prinsip yaitu APIK. 'Alus' dalam bahasa Sunda berarti cakap atau terampil dan 'Pinter' artinya pintar dalam mengambil keputusan serta meraih peluang usaha yang ada. Dan ditambah dengan satu syarat lagi, yakni kreatif membuat 'Inovasi' untuk menarik 'Konsumen'. 

Oyo juga memahami hak paten, karena itu ia mendaftarkan "Bubur Ayam Mang Haji Oyo Tea" kepada Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual dan Departemen Kesehatan. Selain itu, ia juga sudah mendapatkan pengakuan dari Majelis Ulama Indonesia berupa setifikat halal. Untuk kata "Tea" artinya semacam penegasan dalam bahasa Sunda. Kata "Tea" yang melekat dibelakang nama Oyo dijadikan label produk asli buatan Oyo.

Saat ini usahanya dikelola oleh anaknya yang bernama Dedy Hikmat dan Ery Hendryana selaku bagian dari keluarga besar Oyo.

Kevin Mintaraga

Kevin Mintaraga
lahir 19 Januari 1985

istri: Nastassya Saputra

PENGHARGAAN
-Wira Muda Kreatif Indonesia 2012
-Finalis International Young Creative Entrepreneur 2010
-Finalis International Young Creative Entrepreneur 2012
-Entrepreneur of The Year 2013 dari Ernst and Young’s

GOSIPNYA
Terlahir dari keluarga kaya, sejak kecil Kevin tidak pernah masuk ranking 10 besar di sekolah. Ketika kelas 2 SMA ia langsung masuk kuliah sehingga tidak punya ijazah SMA karena terus bermain Counter Strike. Kegiatannya ini ia teruskan di saat kuliah computer science di Australia. Ia memenangi banyak kompetisi nasional maupun internasional saat kuliah.

Tahun 2006 ayahnya sakit jadi ia harus berhenti kuliah. Ia baru sadar ia bukan menjadi programmer tapi malah menjadi pro-gamer. Saat mencari berbagai referensi bisnis, tahun 2007 ia membaca buku berjudul: Blue Ocean Strategy: How to Create Uncontested Market Space and Make Competition Irrelevant. Blue ocean adalah pasar tanpa kompetisi sedangkan red ocean adalah pasar kompetisi seperti pasar umumnya sekarang.

Ketika itu temannya yang bekerja sebagai marketing manager di Nokia bertanya padanya apakah ia mengerti internet marketing karena temannya harus membelanjakan 5% anggaran iklannya tahun 2008 dalam bentuk digital. GOSIPNYA anggarannya saat itu adalah 50 juta Euro.

Ia lalu menemukan data bahwa total belanja media tahun 2008 adalah 45 trilyun Rupiah dimana pengeluaran iklan digitalnya hanya 200 milyar alias 0,4%. Suatu jumlah yang sangat kecil dibandingkan Amerika Serikat yang sudah mencapai 15%, Korea Selatan 19%, Jepang 12%, maupun Tiongkok 10%. Sebagai mantan gamer, ia sangat paham tentang kecepatan koneksi internet yang disediakan provider dan ia melihat mereka akan segera berinvestasi besar pada layanan data internet. Ia memprediksi pengeluaran iklan digital Indonesia akan naik dari 0,4% jadi 5% pada tahun 2013.

Ia segera menyadari pasar blue ocean yang akan ia jalani dan mempelajari digital marketing dari Wikipedia. Setelah seminggu belajar, ia tahu bahwa ia butuh tim yang terdiri dari programmer, designer dan project manager, sedangkan ia menjadi pemimpinnya. Ia lalu bekerjasama dengan Octodesign Interactive milik Bernhard Soebiakto dan mendirikan Magnivate yang terdiri dari 6 orang.

Ia mengincar anggaran 5% milik Nokia. Ia memulainya dengan sebuah visi, mengerjakan rencananya, dan banyak bertanya untuk mendapat nasihat. Menurutnya visi sangat penting, karena jika pendirinya tidak punya visi yang jelas tentang perusahaan, kebanyakan karyawan hanya bekerja untuk uang dan pindah ketika mendapat tawaran yang lebih baik dari perusahaan lain.

Menurutnya tujuan mendirikan perusahaan ada 3:
-Untuk dijadikan perusahaan dividen
-Untuk dijual ke perusahaan lain
-Untuk initial public offering (IPO)

Sejak awal ia merancang agar bisa diakuisisi oleh investor. Karena Magnivate adalah perusahaan baru, maka tim tidak memiliki apa-apa untuk dipamerkan kepada calon pelanggan yang potensial. Strateginya adalah mencari peluang dari berbagai merek mapan di Indonesia, jadi ia membutuhkan sesuatu untuk ditunjukkan kepada klien potensial, sekaligus untuk membangun portfolio secepatnya. Jadi mereka butuh situs yang menarik. Ia tahu bahwa itulah satu-satunya hal yang dapat digunakan oleh klien dan partner potensial untuk menilai Magnivate.

Ia memutuskan untuk menjaring koneksi dan pergi ke ad:tech conference di Singapura pada 26 Juni 2008. Ia memilih ad:tech dibanding Echelon karena lebih banyak digital agency, publisher, dan teknologi baru disana, sedangkan Echelon lebih banyak startup.

Sebelum pergi kesana, ia membuat daftar 100 orang potensial dari 1000 hadirin. Ia memperkenalkan dirinya dan berhasil menemui 52 orang dari daftarnya, dimana salah satunya adalah Paul Soon, CEO XM Asia Pacific. Setelah pulang, ia mengirimi mereka e-mail dan ternyata dibalas oleh Paul. Paul memberinya tawaran bisnis untuk membuat sebuah situs kecil seharga 5 juta Rupiah (GOSIPNYA untuk HSBC dan Hewlett Packard). Ia tidak berpikir mengambil untung besar karena membuatnya untuk memperbanyak portofolio.

Setelah mengerjakan banyak proyek kecil, ia mendatangi temannya di Nokia dan membuahkan hasil. Magnivate ditunjuk menjadi agen pemasaran digital Nokia. Setelah resmi bekerjasama dengan Nokia, Magnivate mendadak dicari dan dipakai oleh banyak perusahaan besar seperti Unilever, XL Axiata, Singapore Tourism Board, Nestle, Frisian Flag, Pocari Sweat dan Johnson & Johnson.

Magnivate bisa begitu cepat tumbuh karena dibangun untuk memfasilitasi other people’s passion. Setiap calon karyawan diwawancara dengan detil oleh Kevin. Ia ingin memastikan deskripsi pekerjaan mereka sejalan dengan passion mereka. Ia menempatkan ID unik di meja tiap orang yang berisi tes DISC sehingga ia bisa menyatukan mereka berdasar karakter.

Menurutnya banyak orang mengetahui hobi mereka tapi tidak tahu apa passion mereka. Hobi adalah hal yang disenangi seseorang dan dikerjakan tanpa paksaan tapi tidak berdampak pada orang sekitar mereka. Passion mirip dengan hobi tapi membawa dampak pada orang sekitar mereka. Setelah orang menemukan passion, mereka dapat mencapai tahap tertinggi yaitu holy discontent. Pada tahap ini orang merasa melakukan passion mereka sebagai panggilan hidup dan lebih mengutamakan memecahkan masalah yang dapat membantu lebih banyak orang sehingga berdampak sangat besar.

Tahun 2011 Magnivate melaksanakan pelatihan 3A: Aware, Accept, Adaptation. Pelatihan ini membuat orang mengerti dirinya sendiri maupun orang lain sehingga menciptakan suasana harmonis di kantor. Contohnya, orang yang tadinya kesal dengan karakter seseorang dapat memaklumi setelah melihat tes DISC yang tertera di tiap meja kerja.

Ia ingin memastikan orang-orang di dalam perusahaannya bahagia agar dapat membuat klien mereka bahagia. Karena itulah Magnivate sering mengadakan acara liburan ke luar negeri untuk merayakan bertumbuhnya perusahaan bersama-sama.

Dengan mengimplementasikan cara ini, Magnivate bertumbuh sangat cepat dari 6 orang di 2008 menjadi 100 orang di 2011 dan 140 orang di 2012. Keberhasilan Magnivate selama 4 tahun sejak berdiri membuatnya diakuisisi oleh XM Asia Pacific pada Maret 2012. Nama Magnivate pun berganti menjadi XM Gravity. XM Asia Pacific adalah anak perusahaan WPP, salah satu perusahaan digital marketing terbesar dunia asal Inggris. Ketika diakuisisi, laporan keuangan tahun 2011 menyebutkan pendapatan tahunan Magnivate mencapai 1,6 juta Dolar AS.

Untuk menanyakan kondisi kebahagiaan para karyawan menghabiskan waktu cukup lama. Menyadari hal ini, dibuatlah aplikasi bernama XM Gravity Happiness App. Semua karyawan dapat melihat skor kebahagiaan mereka di aplikasi ini. Selain menjalankan XM Gravity, ia juga mendedikasikan sebagian waktunya untuk berbicara dan memberikan pelatihan di berbagai event startup.

Megain Widjaja

Natali Ardianto

Nuniek Tirta Ardianto

Pada 17 Mei 2011 partner Kevin di Jardin Tech yang juga cucu konglomerat Eka Tjipta Widjaja, Megain Widjaja mengatakan pada Kevin bahwa ia punya lahan kosong 500 meter di kawasan Menteng, Jakarta. Kevin lalu teringat gagasan Project Eden yang dikemukakan oleh pendiri Tiket.com, Natali Ardianto dan istrinya Nuniek Tirta Ardianto.

Bernhard Soebiakto

 Aulia Halimatussadiah
  
 Calvin Kizana

Andi Sadha

Pada 18 Mei 2011 Kevin menghubungi pasangan Ardianto dan mereka semua setuju dengan gagasan itu sehingga bersama pendiri Octovate Group, Bernhard Soebiakto; pendiri NulisBuku.com, Aulia Halimatussadiah; pencipta PicMix, Calvin Kizana; serta pendiri Activate Media, Andi Sadha; mereka mendirikan Project Eden.

Project Eden adalah program inkubator bisnis dimana dana investasi pre-seed ditujukan untuk para teknopreneur Indonesia agar startup mereka bisa diluncurkan. Salah satu startup yang ia berikan mentoring secara langsung adalah Telunjuk.com, situs perbandingan harga buatan Indonesia.

Emile Etienne

Doni Hanafi

Belum lama menjadi pimpinan XM Gravity, ia malah mundur dan merintis bisnis baru di bidang pernikahan bernama BrideStory. Idenya bermula dari kesulitannya dalam merencanakan pernikahannya sendiri. Meski menemukannya di Pinterest, ia tidak mendapat banyak informasi tentang penjualnya. Kebetulan istrinya berprofesi sebagai wedding planner, maka BrideStory pun didirikan bersama Emile Etienne dan Doni Hanafi pada April 2014.

BrideStory mengusung konsep situs direktori pernikahan di mana para calon pengantin bisa memperoleh referensi unik seputar konsep pernikahan. Sejumlah referensi tersebut biasanya berasal dari Pinterest dan bisa dipilih sesuai dengan kategori atau inspirasi warna yang diminati. Setelah puas menelusuri informasi mengenai referensi yang menarik, maka selanjutnya calon pengantin bisa memperoleh informasi mengenai vendor jasa pernikahan yang menyediakan jasa dengan pilihan tema yang menarik.

Hanya beberapa bulan setelah diluncurkan, BrideStory segera mendapat uang dari subscription plan. Ketika vendor mendaftar, mereka akan mendapat 5 kredit. Kredit dapat digunakan untuk mengecek kebutuhan atau mengirim pesan pada calon pelanggan potensial. Setiap kali vendor mendapat pesanan dari pelanggan, kredit mereka berkurang. Ketika vendor kehabisan kredit, mereka dapat membeli subscription plan berupa silver plan atau gold plan. Ketika vendor membeli subscription plan, mereka mendapat kredit tak terbatas selama setahun dan profil mereka akan tercantum di BrideStory. Harga subscription plan dimulai dari 5-50 juta Rupiah per tahun.

Pada Maret 2015 BrideStory menerima pendanaan Seri A dari Rocket Internet Group. Selain Rocket Internet Group beberapa investor lain turut terlibat, diantaranya Sovereign’s Capital, East Ventures, Skystar Capital, Lippo Digital Ventures, dan Fenox Venture Capital yang menambah porsi investasinya. Enam bulan sebelumnya mereka sudah mendapat pendanaan awal dari Fenox Venture Capital, Venturra Capital, Global Founders Capital, Beenos Partners, Midplaza Group.

Dengan dana segar itu, BrideStory berekspansi ke Singapura dan Filipina untuk terjun ke pasar pernikahan Asia Tenggara yang diyakini bernilai sekitar 18 milyar Dolar AS. Total pertumbuhan BrideStory sekitar 8 juta pengguna per tahun dengan rata-rata usia 20-35 tahun.

Pada 7 Maret 2016 BrideStory merilis laporan tren pernikahan 2016 di Indonesia









Pada 19 Januari 2017 BrideStory merilis laporan tren pernikahan 2017 di Indonesia












Pada 11 Maret 2018 BrideStory merilis laporan industri pernikahan 2017 di Indonesia





Ekonomi Indonesia



PAJAK
Setelah merdeka, Indonesia mulai mengganti sistem pajak ala Belanda yang menindas rakyat sehingga muncul UU No. 8 Tahun 1967 tentang Perubahan dan Penyempurnaan Tatacara Pemungutan Pajak Pendapatan 1944, Pajak Kekayaan 1932 dan Pajak Perseroan 1925, yang lebih terkenal sebagai "UU MPO dan MPS".

Metode Menghitung Pajak Sendiri (MPS) adalah wajib pajak menghitung sendiri sedangkan metode Menghitung Pajak Orang Lain (MPO) adalah wajib pajak dapat menunjuk orang/badan lain untuk menghitung pajaknya. Hal ini dilakukan karena pada zaman Belanda, pajak ditentukan oleh aparat pajak. Pada 19 September 1967, Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1967 ditetapkan untuk mengatur pelaksanaannya.

Setelah itu keluar UU No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. UU baru ini mengenalkan sistem self-assessment. Sistem pajak yang dikenal sebagai self-assessment ini berlaku juga di Amerika Serikat dan negara maju lainnya.

Setelah itu peraturan terus disempurnakan beberapa kali lewat:
UU No. 9 Tahun 1994 tentang Perubahan UU 6-1983
UU No. 16 Tahun 2000 tentang Perubahan Kedua UU 6-1983
UU No. 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga UU 6-1983
UU No. 16 Tahun 2009 tentang Perubahan Keempat UU 6-1983

HALUAN NEGARA
Pasal 3 UUD 1945 sebelum amandemen menyatakan: Majelis Permusyawaratan Rakyat menetapkan Undang-Undang Dasar dan garis-garis besar daripada haluan Negara.

Pada era Soekarno, haluan negara bernama Manifesto Politik (Manipol) yang dituangkan dalam Ketetapan MPRS No. II/ MPRS/1960 tentang Garis-Garis Besar Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana Tahap Pertama 1961-1969 (GBPPNSB).

Pada era Soeharto pembangunan dibagi menjadi 3 yaitu jangka panjang 25 tahun, jangka menengah 5 tahun, dan jangka pendek 1 tahun. Orde Baru mengeluarkan Ketetapan MPR No. IV/MPR/1973 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) sebagai sebutan untuk program pembangunan 5 tahun.

Pada era Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Megawati, UUD 1945 diamandemen 4 kali. Pada era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dikeluarkan UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan UU No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN). Jangkauan pembangunan UU SPPN dan UU RPJPN adalah 20 tahun untuk jangka panjang dan 5 tahun untuk jangka menengah, dan 1 tahun untuk jangka pendek.

Pada 8 Januari 2015, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengeluarkan Perpres No. 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) sebagai haluan negara 5 tahun.

EKONOMI DUNIA
Pada abad 16 hingga abad 18, dunia memakai sistem ekonomi Merkantilisme. Istilah ini diperkenalkan pertama kali oleh Victor de Riqueti, marquis de Mirabeau tahun 1763. Merkantilisme sering menyebabkan perang dan ekspansi kolonial. Bapak ekonomi modern, Adam Smith, mengkritik Merkantilisme lewat bukunya, The Wealth of Nations tahun 1776.

Dasar teori merkantilisme adalah dunia memiliki keterbatasan kekayaan sehingga mengumpulkan kekayaan sebanyak-banyaknya menjadi tolak ukur utama kemakmuran suatu negara. Untuk menambah kekayaan, negara tersebut harus melakukan pertukaran kekayaan. Pertukaran ini dikemudian hari dikenal dengan istilah ekspor dan impor perdagangan. Banyak negara yang melakukan penjajahan demi perdagangan ini.

Karena banyak perbudakan, banyak yang ingin merdeka sehingga paham liberalisme mulai menyebar dan satu-persatu negara mulai merdeka sehingga merkantilisme mulai hilang dan hancur total setelah Perang Dunia I usai.

Ketika Amerika Serikat (AS) terlibat Perang Dunia I dan kekurangan dana, pemerintah menaikkan pajak. Tahun 1917 pemerintah AS menemukan cara yang lebih mudah untuk menyokong ekonomi negara. AS mengeluarkan liberty bond alias obligasi liberty. Surat obligasi itu dijual pada warganya dengan imbalan bunga tinggi. Setelah perang usai pemerintah tidak dapat membayar kepada rakyatnya sehingga obligasi baru pun dikeluarkan.

Pada 24 Oktober 1929 pasar saham hancur dan AS mengalami depresi hebat. Tahun 1932 Franklin Roosevelt terpilih menjadi Presiden AS ke-32 dan dalam 100 hari mengeluarkan program-program baru tapi tidak dapat keluar dari depresi.

Pemerintah mengeluarkan liberty bond ke-4 pada April 1934 dan menolak ditukarkan dengan emas. Pemerintah lalu mencetak uang sebanyak mungkin untuk membayar dan menyebabkan devaluasi Dolar AS dari 20,67 Dolar AS per ounce emas tahun 1918 menjadi 35 Dolar AS per ounce emas. Pemegang obligasi dirugikan 2.866 milyar Dolar AS (kurs Dolar tahun 1918) atau sekitar 220 milyar Dolar AS dengan harga 1.600 Dolar AS per ounce emas (kurs emas tahun 2012). Depresi yang melanda dunia membuat Adolf Hitler terpilih menjadi kanselir Jerman pada 30 Januari 1933 dan menyebabkan Perang Dunia II tahun 1939.

Perang Dunia II menyebabkan banyak orang mendapat pekerjaan. Ketika AS ikut perang tahun 1941, depresi hebat pun berakhir total di AS. Pada 1 Juli 1944 diadakan konferensi di Bretton Woods, New Hampshire, AS. Konferensi ini menghasilkan International Monetary Fund (IMF) dan the International Bank for Reconstruction and Development (IBRD) yang kini menjadi bagian dari World Bank Group (WBG).

Sistem ini membuat semua negara bergantung pada Dolar AS karena punya nilai pasti: 35 Dolar AS per ounce emas. Pada awalnya sistem ini berjalan lancar. Negara-negara peserta perang dunia belum pulih dan ingin Dolar AS agar dapat membeli barang-barang buatan AS. Saat itu AS memiliki lebih dari setengah cadangan emas dunia sebesar 574 juta ounces pada akhir Perang Dunia II.

Pada tahun 1950-1969 Jepang dan Jerman mulai pulih, sehingga sumbangsih AS pada perekonomian dunia turun dari 35% menjadi 27%. Belum lagi neraca pembayaran negatif, meningkatnya hutang karena Perang Vietnam, dan inflasi moneter oleh bank sentral AS membuat Dolar AS dinilai terlalu tinggi tahun 1960-an.

Pada Februari 1965 Presiden Charles de Gaulle menyatakan ingin menukar Dolar AS nya pada emas dengan kurs resmi. Tahun 1966 bank sentral negara-negara pengikut Bretton Woods selain AS, memiliki 14 milyar Dolar AS sementara bank sentral AS hanya memiliki 13,2 milyar Dolar AS. Itupun 10 milyar Dolar AS untuk kepentingan domestik, sehingga yang bisa ditukar oleh bank di luar AS hanya 3,2 milyar Dolar AS.

Tahun 1971 stok Dolar meningkat 10%. Pada Mei 1971 Jerman Barat meninggalkan sistem Bretton Woods dan hanya dalam 3 bulan membuat ekonominya membaik. Bahkan nilai Dolar AS turun 7,5% terhadap Deutsche Mark. Negara lain pun ikut menukar Dolar mereka dengan emas. Pada 5 Agustus 1971 AS mendevaluasi nilai Dolar AS. Meski pada 9 Agustus nilai Dolar terus turun terhadap mata uang negara Eropa, Swiss meninggalkan sistem Bretton Woods.

Pada 15 Agustus 1971 presiden AS, Richard Nixon, menghentikan konversi Dolar AS ke emas karena cadangan emas AS menipis. Peristiwa yang lebih dikenal sebagai Nixon Shock ini membuat nilai tukar Dolar tetap. Dolar AS menjadi mata uang cadangan dan membuat nilai mata uang lain seperti Poundsterling menjadi mengambang.

Pada Maret 1973 sistem mata uang tetap berganti menjadi sistem mata uang mengambang yang dipakai hingga kini. Pada 8 Januari 1976 sistem Bretton Woods dihentikan lewat Kesepakatan Jamaika. Sebuah perubahan dilakukan tahun 1978 untuk membuat Special Drawing Rights untuk kredit bagi negara berkembang.

Tahun 1969 konsep Pembangunan Lima Tahun (Pelita) mulai dijalankan oleh Soeharto. Ekonomi dan politik Indonesia mulai stabil. Para menteri keuangan era Orde Baru berhati-hati dalam berhutang karena selain mengacu pada GBHN juga mempertimbangkan negara belum siap bermain dengan Surat Berharga Negara (SBN).

Dulu para menteri keuangan (menkeu) berpikir unit eselon II di Direktorat Jenderal Anggaran cukup karena mengacu pada GBHN dan utang negara hanya bersifat pelengkap dan sementara. Para kreditur untuk Indonesia dikoordinasikan oleh World Bank dengan nama Inter Governmental Group on Indonesia (IGGI) yang lalu berganti nama menjadi Consultative Group on Indonesia (CGI). Pada era Orde Baru utang luar negeri ini dikenal sebagai Penerimaan Pembangunan.

Utang luar negeri dari CGI itu mempunyai ciri-ciri umum:
1. Berjangka panjang dan lunak
2. Digunakan tidak untuk anggaran rutin tetapi untuk pembangunan yaitu pinjaman untuk proyek-proyek yang sudah disepakati bersama antara kreditur dan pemerintah Indonesia dan ada porsi yang harus ditanggung APBN. Hanya bagian kecil saja dari pinjaman luar negeri tersebut yang dapat digunakan untuk program diluar kesepakatan.
3. Pinjaman luar negeri itu terbatas sehingga saldonya per 1 Juli 2017 hanya Rp. 721 trilyun, terhitung dari rezim Orde Lama hingga kini.
4. Pinjaman luar negeri ini tidak dalam bentuk SBN sehingga tidak dapat diperdagangkan atau diperjualbelikan di pasar, yang sewaktu-waktu dapat menggoyahkan pasar dan kurs rupiah terhadap valas.
5. Pinjaman luar negeri jenis CGI ini tidak bisa digunakan untuk membayar bunga utang ataupun pokok utang yang jatuh tempo karena penggunaannya sudah ditentukan sebelumnya.

Direktur Eksekutif IMF, Michel Camdessus melihat Presiden Soeharto menandatangani kesepakatan dengan IMF Tahun 1998

Ketika Indonesia mengalami krisis moneter (krismon) tahun 1997 pemerintah belum mempunyai utang dalam bentuk SBN. Saat krismon yang bermasalah adalah utang pihak swasta dalam valuta asing / valas (forex) yang terlalu besar dan tidak terkontrol oleh pemerintah. Atas saran IMF, pemerintah menutup 16 bank kecil yang bermasalah. Begitu bank kecil ditutup rakyat tidak percaya dengan semua bank, terutama bank swasta sehingga pemerintah menyelamatkan 48 bank melalui Bantuan Likuidasi Bank Indonesia (BLBI) dengan mengucurkan dana pada Desember 1998 sebesar 147,7 trilyun Rupiah yang malah banyak dikorupsi oleh banyak penerima dana dan membuat negara rugi 138,4 trilyun Rupiah. Hal ini merupakan bagian dari perjanjian Letter of Intent antara IMF yang dengan terpaksa ditandatangani oleh Soeharto sehingga negara wajib memberi BLBI sebesar 670 trilyun Rupiah.

Pada Desember 2005 SBY merombak kabinet dan mengganti menkeu Jusuf Anwar menjadi Sri Mulyani. Sri Mulyani membentuk direktorat jenderal (ditjen) untuk mengelola utang negara menggantikan unit eselon II di Direktorat Jenderal Anggaran.

Sejak Ditjen Pengelolaan Utang didirikan, SBN diperkenalkan baik dalam valas maupun rupiah, utang negara dalam bentuk SBN melesat, sehingga saldo SBN per 1 Juli 2017 adalah Rp. 2.979,5 trilyun atau 4,13 kali lipat pinjaman luar negeri jenis multilateral/bilateral yang hanya Rp. 712 trilyun. Hampir dapat dipastikan angka perbandingan tersebut akan terus menaik tajam karena utang SBN yang terus meningkat tajam, sementara utang luar negeri multilateral/bilateral relatif stagnan.

Hanya dalam waktu 10 tahun (sejak Sri Mulyani jilid I/SBY sampai dengan Sri Mulyani Jilid II/Jokowi), utang SBN telah melebihi Rp. 3.000 trilyun sementara pinjaman luar negeri yang sudah berlangsung lebih dari setengah abad hanya bersaldo Rp. 721 trilyun.

Kementerian Keuangan mencatat, pada 15 Agustus 2017 SBN yang bisa diperdagangkan adalah Rp. 1.988,33 trilyun. Dari jumlah itu kepemilikan asing mencapai 39,25% (Rp. 780,44 trilyun). Jika ditambah dengan kepemilikan oleh pemerintah dan bank sentral negara lain, maka porsi asing mencapai 46,01%.

Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, tren peningkatan dana asing di SBN terjadi karena mulai akhir tahun lalu, muncul ekspektasi bahwa utang jangka panjang Indonesia bakal memperoleh peringkat layak investasi (investment grade) dari lembaga peringkat internasional, Standard and Poor’s (S&P). Perkiraan tersebut jadi kenyataan pada Mei 2017.

Idealnya, porsi asing maksimal 30%. Hal ini untuk mengurangi risiko di pasar SBN lantaran investor asing peka terhadap sentimen global. Investor asing bisa saja menarik keluar dananya secara tiba-tiba sehingga menekan pasar SBN. Di Malaysia dan Thailand pun porsi asing di surat utang pemerintah hanya berkisar 20-30%.

Dalam RAPBN 2018 maupun yang sedang direvisi, pada prinsipnya sekitar 40% dari pendapatan perpajakan akan terserap untuk pembayaran utang dan bunganya, sehingga hanya tersisa 60% untuk anggaran rutin dan belanja modal. Karena tidak cukup, pemerintah akan menerbitkan Surat Utang Negara (SUN) baru yang lebih besar lagi sehingga saldo utang terus bertambah. SUN adalah bagian dari SBN.

Pada akhir tahun 2016 rasio utang negara terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sudah mencapai 27,5%. Menurut UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara batas maksimal memang 60% dan defisit APBN tidak melebihi 3%, tapi para pengamat ekonomi mengkhawatirkan negara tidak mampu membayar utang itu karena pemerintah berencana membuat rasio menjadi 29,3% tahun 2017. Banyak pihak khawatir rasio utang menjadi 32% tahun 2019 dan terus meningkat di tahun berikutnya karena pembangunan infrastruktur yang sangat besar secepat mungkin. Padahal, efek dari pembangunan infrastruktur tidak bisa instan seperti Cina yang ekonominya lebih stabil.


Masalahnya terletak pada keseimbangan ekonomi. Infrastruktur bisa berdampak lebih cepat jika industri tumbuh sedangkan industri saat ini lesu karena konsumsi masyarakat menurun. Banyak yang berpendapat masyarakat sekarang lebih senang menabung untuk traveling ke luar negeri karena daya tarik dan gengsi yang lebih tinggi dibanding dalam negeri. Selain itu, agresifnya pajak pada berbagai sektor, UMK/UMP yang sangat tinggi, rumitnya birokrasi di lapangan, dan mulai terasanya teknologi online, membuat daya beli masyarakat menurun yang salah satunya disebabkan banyaknya PHK.

Dalam penutupan rapat koordinasi dengan Kamar Dagang Industri (Kadin), Jokowi sempat mengungkapkan bahwa daya beli masyarakat tidak menurun. Jasa kurir yang melonjak hingga 130% dan PPN yang meningkat hingga 12,14% menjadi buktinya.

Presiden Direktur JNE Mohamad Feriadi mengakui adanya peningkatan volume pengiriman, namun jumlahnya tak sebesar yang dinyatakan Jokowi. "Kami mengalami peningkatan tapi tidak sebesar yang disebutkan Beliau. Saya ceritakan, peningkatan kami sebesar 30% dalam beberapa tahun terakhir," kata Feriadi kepada wartawan di Kantor JNE, Jakarta, 16 Oktober 2017.

Tercatat, 35% dari pendapatan JNE berasal dari konsumen retail toko online, 35% lagi dari konsumen retail biasa. Sementara, 30% sisanya merupakan pengiriman barang milik korporasi. "E-commerce ini pertumbuhannya sangat dahsyat walaupun baru 1% dari porsi penjualan retail secara keseluruhan," ujar Feriadi.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati mengungkapkan hal senada. Enny mengatakan bahwa aktivitas kurir memang mengalami peningkatan tetapi porsi dari penjualan melalui online sebagai mitra dari ekspedisi masih kurang dari 2%. Dia pun kemudian membenarkan memang ada penurunan daya beli sampai di bawah 40%.

"Indikasinya porsi kontribusi pengeluaran untuk makanan itu tinggi sekali, yang tadinya 26% sudah mencapai 38%. Sehingga menggerus pengeluaran lain yang non-makanan," kata Enny, dalam Metro Pagi Primetime, 5 Oktober 2017.

Hal kedua yang mengonfirmasi bahwa adanya penurunan daya beli adalah pertumbuhan sektor riil dalam negeri seperti berada di titik nadir. Melihat industri kreatif hanya tumbuh 2,5% bahkan manufaktur yang lebih besar hanya mampu mencapai angka pertumbuhan 4%. Yang menjadi kekhawatiran adalah konsumsi dan produksi yang mestinya stabil justru tidak seimbang.

Dalam ekonomi, ketika konsumsi ditopang oleh produksi dengan pola yang seimbang maka akan menghasilkan kesempatan kerja yang kemudian bisa dijadikan sebagai sumber untuk konsumsi kembali karena menghasilkan pendapatan. Tetapi jika produksi turun walaupun konsumsi masih tinggi bukan tidak mungkin pasar dalam negeri akan dibanjiri barang impor yang sangat murah hanya untuk memenuhi permintaan. Ketika hal ini terjadi, akan menimbulkan masalah yang lebih besar.

"Makanya yang kita lihat sekarang bukan perdebatan penurunan daya beli atau tidak, karena penurunan itu terminologinya kalau minus buat dunia usaha. Misalnya yang tadinya untung 10% menjadi hanya 8%, menurut pemerintah itu masih positif hanya jumlahnya saja yang berkurang," jelas Enny.

Mengenai banyaknya toko retail seperti Ramayana, Matahari, 7-Eleven, Lotus, dan Debenhams yang tutup Jokowi menjawabnya, "Contoh isu daya beli. Pak ini turun. Saya berikan angka. Ini ada pergeseran dari offline ke online. Jadi kalau ada toko tutup itu ya karena ini," ujarnya dalam Rakornas Kadin di Jakarta, 3 Oktober 2017. "Kalau mereka tutup ya salah mereka nggak ikutin jaman," tandasnya.

Jokowi menjelaskan kembali pernyataannya, "Di Tiongkok 30%-35% toko tutup, mal tutup, karena ada shifting pergeseran offline ke online. Terutama karena ada Alibaba yang sudah punya logistik platform, digital platform, yang merambah ke mana-mana," ujarnya dalam acara Rembuk Nasional 2017 di JIExpo Kemayoran, 23 Oktober 2017.

Sebenarnya hal tersebut adalah hal umum karena bahkan gedung Lord and Taylor seluas 650.000 kaki persegi di kawasan Fifth Avenue, Manhattan, New York yang dikenal sebagai ikon ritel terbesar di AS pun dijual seharga 850 juta Dolar AS oleh Hudson's Bay Co ke WeWork Cos Inc karena lesunya penjualan. Tetapi, apakah benar masalahnya karena pergeseran dari offline ke online? Perlu diingat AS adalah salah satu negara pelopor dalam teknologi online.

Toko yang ditutup tahun 2017 (IHL)

Toko yang dibuka tahun 2017 (IHL)

Jumlah dan tipe toko yang dibuka/ditutup tahun 2017 (IHL)

Laporan penelitian dari IHL Group menjawabnya. Tahun 2017 ternyata lebih banyak toko fisik (offline) dibuka di AS dibanding yang ditutup. Jenis toko yang dibuka ternyata berbeda. Data grafik menunjukkan toko yang berhubungan dengan dunia fashion adalah yang paling banyak ditutup.

Dari data diatas dapat dilihat bahwa toko yang dibuka didominasi oleh mass merchandiser store alias toko diskon dan convenience store alias toko kelontong. Menurut data diatas dapat disimpulkan bahwa masalahnya bukanlah munculnya teknologi online yang dianggap hal yang sedang booming di Indonesia tapi hanya dunia fashion saja yang tergerus oleh teknologi online.

Toko yang ditutup tahun 2017 dan Tidak Mengajukan Bangkrut (JLL)

Toko yang ditutup tahun 2017 dan Mengajukan Bangkrut (JLL)

Persentase Toko yang Mengajukan Bangkrut (JLL)

Persentase dan Tipe Toko yang ditutup tahun 2017 (JLL)

Toko yang dibuka tahun 2017 (JLL)

Jumlah dan tipe toko yang dibuka/ditutup tahun 2017 (JLL)

Data yang sama didapat dari lembaga penelitian JLL seperti grafik diatas.

Restoran yang dibuka tahun 2017 (IHL)

Restoran yang ditutup tahun 2017 (IHL)

Begitu pula dengan restoran. Meski banyak toko fisik yang ditutup, tapi jumlah yang dibuka baru tidak kalah banyak. Kehadiran GO-FOOD dianggap belum dapat menyingkirkan toko fisik restoran melainkan malah membantu penjualan. Teknologi online hanyalah suatu metode cara penjualan yang lebih canggih. Banyak yang melihat barang secara online tapi membeli secara offline contohnya baju, sepatu, tas, TV, ponsel bekas, dan lainnya, karena masih banyak konsumen yang takut barangnya rusak atau tidak sesuai harapan seperti ukuran yang tidak sesuai, warna yang berbeda, barang lecet, barang palsu/tiruan maupun pertimbangan lama dan mahalnya pengiriman barang.

Hal itu dikatakan pula oleh Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Solihin. Pria yang juga menjabat sebagai Corporate Affairs Director PT Sumber Alfaria Trijaya tersebut menyebutkan bahwa untuk pasar ritel ataupun grosir, penjualan lewat online sangat kecil dampaknya. “Saya kan punya (lini bisnis) online juga, Alfacart. Itu cuma nol koma sekian persen,” ungkap Solihin di Museum Nasional, 4 Oktober 2017.

Senada dengan pernyataan Solihin, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani juga berpendapat bahwa pertumbuhan perdagangan online memang bertumbuh pesat, akan tetapi tidak mencerminkan laju yang absolut.

“Nilainya cukup besar dari transaksi konvensional. Makanya perlu dilihat juga, produk yang bertumbuh itu apa saja. Kalau seperti industri makanan dan minuman nggak mungkin bertumbuh di online. Untuk online itu lebih ke yang terkait gaya hidup atau pakaian,” jelas Hariyadi pada Tirto.id via telepon pada 6 Oktober 2017 sore.

Mungkin yang harus lebih diperhatikan bukanlah munculnya teknologi online saja, tapi mulai dipakainya robot oleh beberapa perusahaan besar seperti Tao Cafe, Wal-Mart, Amazon, Nike, dan KFC Cina yang mulai memakai Alipay. Robot mulai mengambil alih pekerjaan manusia dan berpotensi menambah pengangguran.

Masalahnya kembali pada keseimbangan ekonomi yang menciptakan daya beli. Daya beli yang lesu sering dikaitkan dengan lapangan pekerjaan yang anehnya malah tergerus oleh infrastruktur.

Konsep dasar infrastruktur adalah mendorong pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek. Contohnya proyek Marshall Plan yang merupakan bantuan keuangan untuk negara-negara Eropa usai Perang Dunia II melalui pembangunan infrastruktur, efektif mendongkrak pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja. Contoh lain adalah John Maynard Keynes, ekonom asal Inggris yang merekomendasikan kepada pemerintah AS untuk menggenjot pembangunan infrastruktur agar segera pulih dari depresi hebat 1929.

Dihitung pakai rumus ekonomi apa pun, seharusnya ketika infrastruktur dibangun, permintaan tenaga kerja naik, industri besi dan baja lokal maupun semen ikut terdongkrak. Anehnya
menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2016 menyebutkan bahwa penyerapan tenaga kerja di sektor konstruksi justru turun 230.000 orang.

Data kemiskinan per Maret 2017 justru mencatat adanya tambahan penduduk miskin sebesar 6.900 orang dan rasio Gini (rasio kesenjangan) stagnan di 0,39%. Upah riil buruh bangunan, yakni upah yang diterima buruh bangunan setelah dikurangi oleh inflasi juga menurun sebesar -1,9% di bulan Juni 2017. Hal ini disebabkan proyek infrastruktur banyak dikuasai oleh kontraktor besar. Pembangunan infrastruktur tidak membuat penduduk lokal makmur.

Konsumsi semen secara nasional periode Januari-Juni 2017 juga tercatat menurun 1,3% dari 29,4 juta ton menjadi 28,9 juta ton. Kondisi pabrik semen sekarang mengalami kelebihan kapasitas karena tidak terserap oleh pasar. Proyek infrastruktur terbukti tidak mendongkrak konsumsi semen.


Selain itu, pada Oktober 2017 tarif operasi Jalan Tol Balikpapan-Samarinda (Balsam) menuai kontroversi. Syafruddin, anggota Komisi III DPRD Kalimantan Timur mengatakan, dengan tarif terendah Rp. 1.000 dan tertinggi Rp. 3.000 per kilometer, dia yakin masyarakat akan memilih menggunakan jalan yang lama, yakni melewati Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Soeharto.

Menurutnya tujuan utama dibangunnya tol Balsam adalah mempermudah masyarakat mengakses dua kota utama di Kalimantan Timur (Kaltim). Pengguna tol akan berasal dari kalangan yang terbatas, yakni orang yang mampu membayar biaya tersebut, serta orang yang dalam keadaan terpaksa untuk mengejar waktu.

Menurutnya, legislatif tak pernah diikutsertakan dalam pembahasan. "Kalau ditanya pendapat DPRD, pastinya protes," ujarnya pada 18 Oktober 2017. Politikus PKB itu meneruskan, terlalu dini bagi pemerintah membicarakan soal tarif. Terlebih, infrastrukturnya belum jadi. Sebaiknya, kata dia, memastikan proyek fisik selesai, baru bicara soal tarif. "Jangan ribut-ribut soal tarif, tapi fisik belum selesai," ujarnya.

Dia berani berkata demikian lantaran meyakini proyek multiyears contract (MYC) itu tak akan selesai tepat waktu. "Dari tinjauan lapangan, diketahui masih banyak masalah di lapangan yang belum selesai," terangnya. Tak hanya tol, dia memprediksi beberapa proyek MYC lain akan molor pengerjaannya. Dia mencontohkan, sudah ada kontraktor yang membangun salah satu proyek MYC meminta perpanjangan waktu.

Senada, anggota Komisi III DPRD Kaltim lainnya, Baharuddin Demmu, mengatakan, ketimbang berbicara tarif, lebih baik pekerjaan fisik di lapangan diselesaikan. Terutama masalah lahan. Bahkan, muncul kesangsian pekerjaan bisa selesai tepat waktu. Seperti di Seksi V (Km 13 Balikpapan-Sepinggan) yang dibiayai pinjaman lunak dari Tiongkok. "Dari panjang 11 kilometer, yang terbangun baru 100 meter," ucapnya.

Dia lalu memerincikan bila pergi-pulang melintas tol pertama di Kalimantan tersebut. Dengan kendaraan golongan I, tarif penuh 99,35 kilometer, masing-masing membayar Rp. 99.350, artinya total membayar Rp. 198.700.

Biaya itu belum termasuk ongkos bahan bakar minyak pulang dan pergi sebesar Rp. 300 ribu. "Sudah hampir Rp. 500 ribu. Naik pesawat paling Rp. 400 ribu sampai Rp. 700 ribu, 20 menit sudah sampai," katanya. "Bisa jadi, sedikit yang menggunakan tol kalau tarifnya kemahalan," sambungnya.

Sebagai perbandingan, Tol Cikopo-Palimanan yang memiliki panjang 116,75 kilometer, tarifnya untuk golongan I sebesar Rp. 96.000 dan golongan V Rp. 288.500. Sedangkan Tol Jakarta-Cikampek sepanjang 83 kilometer tarif terendah golongan I sebesar Rp. 15.000 dan golongan V Rp. 44.000.

Saat penawaran lelang investasi Tol Balsam Seksi II (Samboja-Palaran I), III (Samboja-Palaran II), dan IV (Palaran-Jembatan Mahkota II), Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) hanya menetapkan tarif pertama kali operasi untuk kendaraan golongan I, yakni Rp. 1.000 per kilometer.

Adapun, golongan I, yakni sedan, jip, pikap atau truk kecil, dan bus. Penetapan tarif itu ditentukan berdasar kemampuan bayar masyarakat Kaltim yang ditarik dari dasar pokok, yakni upah minimum provinsi. Dari data yang didapat Kaltim Post menyebut, Tol Balsam yang memiliki panjang 99,35 kilometer untuk golongan I, bila ditotal, tarifnya mencapai Rp. 99.350. Sedangkan termahal adalah golongan V sebesar Rp. 298.050. Golongan V untuk truk dengan lima gandar.

Kini, setelah ketiga seksi dimenangkan Konsorsium PT Jasa Marga, PT Wijaya Karya, PT Pembangunan Perumahan, dan PT Bangun Tjipta Sarana, tarif hingga golongan V sudah ditentukan. Konsorsium itu membentuk anak perusahaan PT Jasa Marga Balikpapan Samarinda (JMBS).

Direktur Utama PT JMBS Arie Irianto mengatakan, berdasar PP Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol, setiap dua tahun akan dilakukan penyesuaian tarif tol terhadap besaran inflasi atau deflasi. "Skema dalam rencana bisnis tersebut agar kelayakan investasi terjamin," ujarnya pada 17 Oktober 2017.

Apindo Kaltim memberi pandangan mengenai tarif yang telah ditetapkan tersebut. Melalui ketuanya, Slamet Brotosiswoyo, menuturkan, dari segi waktu, adanya jalan tol tersebut memang akan memberi dampak efisiensi. "Nah, tarif tol itu yang masih menjadi hal yang mengganjal," terangnya.

Dia berpendapat, sebaiknya pemerintah mengevaluasi mengenai tarif tersebut. Sebab, lagi-lagi yang terkena dampak adalah masyarakat. Dia khawatir, masyarakat dan pengusaha lebih memilih jalur lama (lewat Bukit Soeharto) karena lebih murah. Dari kacamata pengusaha, terang dia, lebih lama sejam bakal lebih baik dibanding mesti mengeluarkan biaya tiga kali lipat.

Hingga 31 Agustus 2017 Jokowi sudah mengeluarkan 16 Paket Kebijakan Ekonomi untuk menumbuhkan ekonomi tapi tidak berdampak besar. 16 Paket itu adalah:
Paket I: daya saing industri nasional, PSN, investasi properti
Paket II: perizinan investasi, tax holiday
Paket III: tarif listrik
Paket IV: kesejahteraan pekerja
Paket V: revaluasi aset, pajak berganda, dan bank syariah
Paket VI: kawasan ekonomi khusus
Paket VII: industri padat karya
Paket VIII: satu peta, kilang minyak, bea suku cadang pesawat
Paket IX: infrastruktur ketenagakelistrikan, stabilisasi harga daging
Paket X: UMKM
Paket XI: kredit usaha, farmasi
Paket XII: kemudahan berusaha di Indonesia
Paket XIII: rumah murah
Paket XIV: e-commerce
Paket XV: usaha dan daya saing penyedia logistik
Paket XVI: percepatan izin usaha

Paket ke-16 dikeluarkan karena kenyataan di lapangan, izin usaha masih rumit. Dalam sebuah diskusi di Bandung, Jawa Barat, 30 September 2017, Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri Kementerian Koordinator Perekonomian, Edy Putra Irawady mengatakan, "Dari survey yang dilakukan kantor Menteri Ekonomi kebanyakan masalah pelayanan," kata Edy.

Meski ada layanan investasi 3 jam, lanjut Edy, ternyata belum cukup membuat pemodal gampang dalam memperoleh kemudahan investasi. Lantaran, pelayanan dan informasi yang kurang jelas. "Investor sudah datang ke layanan 3 jam, tapi dia disuruh ke ESDM lah, kementerian lain lain, izin sana izin sini, jadinya muter-muter," kata Edy.

Alhasil, kata Edy, banyak dari investor yang mengadu ke kantornya untuk meminta penjelasan terkait proses investasinya. "Kantor kita itu kaya loket, udah banyak yang menanyakan," kata Edy. Dengan situasi ini, kata anak buah Menteri Ekonomi Darmin Nasution ini banyak investor yang mengurungkan niatnya berinvestasi di dalam negeri, sehingga ada potential lost investasi yang hilang. "Yah potential lost, PMA (Penyertaan Modal Asing) itu hilang 63% sementara untuk PMDN (Penyertaan Modal Dalam Negeri) itu hilang 69%. Karena pelayanan yang kurang baik. Ini yang sekarang kita terus benahi," kata Edy.

Kekhawatiran utama ekonomi sekarang adalah utang SBN terletak pada waktu yang relatif singkat, suku bunga tinggi, infrastruktur yang mengandalkan utang sangat besar dan dikhawatirkan tidak semuanya memberi benefit instan sehingga berisiko gagal bayar seperti Yunani.

Dalam perayaan Hari Oeang ke-71 tahun di Aula Dhanapala Kemenkeu, Jakarta Pusat, 24 Oktober 2017, Sri Mulyani menjelaskan bahwa hasil dari infrastruktur baru bisa dirasakan minimal dalam jangka waktu 5 tahun, bahkan biasanya baru terasa 10-30 tahun. Tentu saja pernyataan itu semakin membuat publik khawatir mengenai keadaan ekonomi. Semakin lesunya ekonomi membuat deposan mengamankan investasi di deposito kendati bunga rendah.

Dari data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sampai Agustus 2017 pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) perbankan menanjak 9,59% menjadi Rp. 5.052 trilyun dibandingkan dengan periode sama pada tahun lalu. Bila dibandingkan dengan akhir tahun lalu, pertumbuhan DPK sudah naik 4,46%.

Persentase pertumbuhan DPK itu pun sudah melampaui kenaikan kredit yang naik 8,25% menjadi Rp. 4.448 trilyun dibandingkan dengan Agustus 2016. Jika dibandingkan dengan Desember 2016, pertumbuhan kredit baru naik 2,54%.

Untuk instrumen DPK yang mencatatkan kenaikan paling tinggi adalah deposito sebesar 10,84% secara year on year (YoY) atau 9,04% secara year to date (YtD). Tren pertumbuhan deposito itu jauh lebih tinggi ketimbang giro dan tabungan. Giro hanya mencatatkan kenaikan 8,6% secara YoY atau naik 2,46% secara YtD. Malah, untuk instrumen tabungan mencatatkan pertumbuhan 8,4% secara YoY, tetapi turun 0,47% secara YtD.

Presiden Direktur PT Bank OCBC NISP, Parwati Surjaudaja mengatakan, selaras dengan data industri, perseroan pun mencatat pertumbuhan DPK juga lebih tinggi ketimbang kredit. Parwati menuturkan, bagi perseroan pun saat ini sedang tidak memiliki kebutuhan DPK dalam jumlah besar juga. "Kami pun secara berangsur-angsur akan turunkan suku bunga dana dan selanjutnya turut turunkan bunga kredit," tuturnya.

Selaras dengan Parwati, Presiden Direktur PT Bank Central Asia, Jahja Setiaatmadja mengatakan, saat ini perseroan pun ingin pertumbuhan DPK tidak terlalu melejit. "Soalnya, saat ini jumlah DPK sudah lebih dari cukup. Untuk itu, kami pun usahakan juga dengan menurunkan bunga deposito secara bertahap," ujarnya.

Pendorongnya antara lain, tingkat bunga DPK yang masih menarik bagi para deposan dan peningkatan pelayanan jasa bank. Padahal, kalau dilihat data OJK sampai Agustus 2017, suku bunga deposito semua tenor rata-rata sudah turun ke level 6% atau lebih rendah dibandingkan Agustus 2016 yang masih berada pada level 7%.

Mengenai masalah Gross Domestic Product (GDP), pada 2 Maret 2012, 25 dari 27 negara Uni Eropa menandatangani perjanjian disiplin fiskal agar tidak ada negara Uni Eropa yang defisit anggarannya lebih dari 3% dari GDP. Hanya Britania Raya dan Republik Ceko yang menolak. Sebenarnya hal itu bukan hal baru karena pada 7 Februari 1992 peraturan yang sama sudah disepakati oleh Uni Eropa lewat Perjanjian Maastricht yang kelak melahirkan mata uang Euro. Pada 1 Januari 1999 28 negara Uni Eropa menyepakati perjanjian Stability and Growth Pact (SGP).

Beberapa negara melanggar perjanjian itu, termasuk Yunani yang sebenarnya tidak memenuhi syarat bergabung dengan Euro. Yunani merekayasa laporan keuangan yang sebenarnya defisit 8,3% menjadi 1,5% sehingga diterima bergabung pada 1 Januari 2001. Tidak hanya itu, negara-negara Uni Eropa juga tidak boleh memiliki utang total melebihi 60% dari GDP. Prancis dan Jerman melanggar perjanjian itu dengan meminta kelonggaran peraturan pada Maret 2005. Jerman masih butuh dana besar untuk menutupi kekurangan dana akibat bergabung dengan Jerman Timur.

Pada 22 Februari 2017 Jokowi mengatakan, "Pertumbuhan ekonomi kita itu nomor ketiga tertinggi di dunia," saat memberikan sambutan di acara pelantikan pengurus Partai Hanura di Gedung Sentul International Convention Center (SICC), Bogor, Jawa Barat. Hal itu berdasar laporan keuangan yang menyatakan ekonomi Indonesia tumbuh 5,02% selama tahun 2016 dibawah India 7% dan Cina 6,7%.

Pernyataan ini mengulang apa yang pernah ia sampaikan pada 13 November 2016, "Kita termasuk ketiga tertinggi dunia, setelah China, India, dan kita," ujarnya dalam sambutan silaturahmi dengan peserta Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Amanat Nasional (PAN) di Hotel Bidakara Pancoran Jakarta Selatan, seperti dikutip Antara.

Pernyataan itu membuat jurnalis sekaligus analis ekonomi Jake Van der Kamp mencari tahu. Dari hasil penelitiannya, ternyata pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak sebaik seperti yang diungkapkan oleh Jokowi.

"Pertumbuhan ekonomi Indonesia merupakan yang ketiga di dunia, setelah India dan China," kata Presiden RI Joko Widodo. Ketiga di dunia, benarkah itu? Dunia yang mana?" kata Jake.

Khusus untuk wilayah Asia dia menghitung 13 negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi dibandingkan Indonesia yang hanya 5,02%. Antara lain India (7,5), Laos (7,4), Myanmar (7,3), Kamboja (7,2), Bangladesh (7,1), Filipina (6,9), China (6,7) Vietnam (6,2), Pakistan (5,7), Mongolia (5,5), Palau (5,5), Timor Leste (5,5) dan Papua Nugini (5,4).

"Tentunya Indonesia merupakan negara padat dengan 261 juta rakyatnya. Kami tidak bisa benar-benar membandingkannya dengan Timor atau Palau. Jadi mari kita tarik garis di angka 200 juta orang atau lebih," lanjutnya.

Dengan begitu hanya ada enam negara di dunia, khususnya untuk pertumbuhan ekonomi, Indonesia berada di posisi paling bawah dari keenamnya jauh di belakang India, China dan Pakistan. Coba potong lagi jadi 100 juta orang atau lebih maka anda tidak akan menemukannya. Terbawah lagi.

Jake meminta Jokowi tak mengumbar fakta yang salah. Dia menemukan, layaknya banyak politikus seluruh dunia, angka Produk Domestik Bruto (PDB / GDP) selalu dipakai untuk mengungkap pencapaian terbaik mereka, padahal belum tentu.

Menurutnya, pertumbuhan ekonomi tidak bisa dibandingkan dengan GDP dan tidak tepat untuk menjadikannya sejajar. "Analogi terbaik adalah dengan sebuah mobil dengan transmisi manual tiga kecepatan. Dalam istilah pertumbuhan GDP, terdapat tiga tujuan praktis (1) 0-4%, (2) 4-8% dan (3) kemungkinan omong kosong. Jangan tanya jika berjalan mundur."

GDP selama ini dijadikan usaha atau alat untuk menandingi perusahaan dunia dan melihat perputaran uang dalam suatu kinerja. Namun, fokus pada GDP menyebabkan beberapa hal tidak teraudit, GDP tidak menunjukkan neraca perusahaan berimbang atau keuntungan dan kerugian serta tidak ada catatan atas itu, yang didapat adalah sebagian pernyataan arus kas.

"Jika perusahaan membeli mobil yang diharapkan dapat terpakai selama lima tahun, itu akan mengurangi seperlima biaya mobil dari keuntungan dan kekayaan bersihnya setiap tahun. Dengan GDP, anda bisa berpura-pura kendaraan itu terus baru selamanya."

GDP selama ini juga menjadi trik yang dipakai akuntan perusahaan. Di mana angka GDP dipisahkan dari setiap komponen lalu disesuaikan dengan inflasi, sehingga bisa menunjukkan kadar pertumbuhan ekonomi. "Bekerja setiap waktu. Anda tahu itu. Cukup cek angka GDP terakhir dan anda akan melihat mereka memiliki kadar pertumbuhan sebenarnya dalam dua angka desimal; 5,02% untuk Indonesia."

Menyadari kesalahan itu, Sri Mulyani dan beberapa pejabat lain mengoreksi Jake dengan menjelaskan bahwa Jake tidak hadir saat Jokowi menjelaskan hal itu. Ekonomi Indonesia terbaik ketiga diantara negara G-20 setelah India dan China, bukan terbaik ketiga di dunia.

Karena hal-hal inilah, dicurigai adanya kegiatan intelijen ekonomi yang bertujuan menjajah perekonomian Indonesia seperti yang pernah diungkapkan oleh John Perkins pada buku yang ia tulis tahun 2004: Confession Of An Economic Hit Man. Dalam buku tersebut, Perkins membongkar semua kegiatan yang dilakukannya selama menjadi agen Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat (National Security Agency / NSA). Indonesia pernah kena perangkap IMF tahun 1998 dan tentunya harus diwaspadai agar tidak terulang lagi karena per Juli 2017 utang Indonesia pada World Bank mencapai 238,49 trilyun. IMF dan World Bank memiliki tujuan yang sama dan terbukti membuat perekonomian banyak negara di dunia hancur.


Dalam tugas pertamanya, John Perkins memproyeksikan kebutuhan listrik di Pulau Jawa, yang digelembungkan lebih dari dua kali lipat. Konsekuensinya, investasi yang harus dilakukan oleh Perusahaan Listrik Negara membengkak, sedangkan pembiayaannya melalui pinjaman luar negeri.

Kala itu, pada 1971, Perkins memanipulasi data statistik, kemudian membantu Perusahaan Listrik Negara (PLN) membuat ramalan kebutuhan listrik dengan daya yang “over-optimistic”. Hal itu dilakukan untuk membuat Indonesia terjebak dalam perangkap utang, agar kebijakan ekonominya mudah dikendalikan oleh negara adikuasa.

Tak hanya itu, kontraktor proyeknya pun merupakan perusahaan multinasional yang sudah ditunjuk. Tentu sebagai bagian dari syarat peminjaman biaya. Inilah tugas Perkins sebagai perusak ekonomi atau economic hit man. Globalisasi dan mengejar pertumbuhan ekonomi menjadi kata kunci. Perkins dan jaringannya pun membuat estimasi optimis tentang perekonomian sebuah negara.

Sarana mereka adalah rekayasa laporan keuangan yang menyesatkan, praktek penyuapan, dan sederet tindakan amoral lainnya. Lembaga-lembaga riset bertaraf internasional dilibatkan. Harapannya, negara target setuju melakukan pinjaman besar-besaran, yang ujung-ujungnya tidak mampu untuk membayar kembali utangnya.

“Faktor yang paling menentukan adalah PDB. Proyek yang memberi kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan PDB harus dimenangkan. Walaupun hanya satu proyek yang harus dimenangkan, saya harus menunjukkan bahwa membangun proyek yang bersangkutan akan membawa manfaat yang unggul pada pertumbuhan PDB,” ungkapnya.

Perkins dan timnya bekerja membawa agenda koalisi bisnis dan politik, antara pemerintah AS, dunia perbankan, dan korporasi besar - yang disebutnya korporatokrasi. Operasi intelijen ekonomi ini berlangsung bertahun-tahun, hingga meledak tahun 1998. Saat aksi spekulan memicu krismon, nilai mata uang rupiah ambruk, pembayaran utang dan bunganya otomatis meningkat berkali-kali lipat. APBN pun rontok seketika.

Mau tidak mau Indonesia harus berutang lebih besar lagi untuk menyembuhkan sakit kerasnya. Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund / IMF) siap memberikan bantuan, tentu dengan segudang syarat.

Sejak awal penerbitannya, buku ini langsung menuai kontroversi. Banyak yang menentangnya, terutama pemerintah AS, lembaga-lembaga keuangan internasional, perusahaan multinasional serta media-media pendukungnya. Boleh percaya, boleh juga tidak, karena memang penuturannya sangat subjektif.

Namun, pakar ekonomi Kwik Kian Gie mengakui adanya kegiatan intelijen ekonomi - semacam yang dilakukan John Perkins. Kwik menceritakannya dalam beberapa buku yang ia tulis, salah satunya "Indonesia Menggugat" tahun 2009.

Bahkan menurut Kwik, dalam bukunya "Menggugat Mafia Barkeley" tahun 2005, yang paling mencelakakan adalah ketika menteri dan pejabat publik sudah menjadi bagian dari ekonom perusak. Fasilitas khusus tanpa alasan yang jelas bisa diberikan. Termasuk penurunan tarif bea masuk barang impor kepada pihak tertentu agar bisa mematikan usaha pesaingnya.

Kini istilah ekonom perusak muncul kembali dari mulut Kepala Badan Intelijen Nasional (BIN) Budi Gunawan. Dia mengakui bahwa sekarang sedang berlangsung operasi intelijen ekonomi yang bertujuan menggoyang Indonesia. Menurut Budi, instrumennya adalah perang mata uang (currency war) dua raksasa ekonomi, antara China dengan Yuan-nya versus AS dengan Dolar-nya.

"Currency war (dimanfaatkan) untuk melemahkan mata uang kita," kata Budi di acara Halaqah Nasional Alim Ulama se-Indonesia di Hotel Borobudur, Jakarta, 13 Juli 2017. Perang dagang dan perang mata uang itu memang bukan perang Indonesia. Namun beberapa ekonom percaya bahwa itu sifatnya akan destruktif ke semua negara, termasuk Indonesia. Saat kerusakan itu mencapai puncak, Indonesia bisa menjadi sasaran empuk - kembali di bawah ketiak kreditur, lantas mudah diatur. "Operasi economic hit man," kata Budi.

Intervensi para perusak ekonomi bisa samar bahkan nyaris tak terlihat. Ini pula yang diutarakan John Perkins dan diamini Kwik Kian Gie. Instrumen intervensinya bisa pendekatan World to Government; oleh IMF atau World Bank dengan alasan globalisasi. Business to Government; dengan alasan membuka iklim investasi, dan Intelectual to Government; melalui konsultan, akademisi dan pakar yang memberikan prediksi bahwa kondisi fiskal negara bisa lebih sehat, misalnya dengan privatisasi BUMN-BUMN, dll.

Perkins mengatakan bahwa dirinya kerap mendiskusikan karakteristik dari PDB yang menyesatkan. Misalnya, pertumbuhan PDB bisa terjadi walaupun hanya menguntungkan satu orang saja, yaitu yang memiliki perusahaan jasa publik, dengan membebani utang yang sangat berat untuk rakyatnya.

"Yang kaya menjadi semakin kaya dan yang miskin menjadi semakin miskin. Statistik akan mencatatnya sebagai kemajuan ekonomi,” tulis John. Kondisi inilah yang sekarang sedang dikritisi sebagian kalangan ekonomi di Indonesia. PDB tumbuh, namun daya beli menurun, termasuk sektor manufakturnya yang tak tumbuh.

Belum selesai masalah itu, Indonesia punya masalah baru: listrik. Sri Mulyani menyurati Menteri ESDM, Ignasius Jonan dan Menteri BUMN, Rini Soemarno, soal utang PLN. Dalam suratnya itu, Sri Mulyani khawatir kondisi keuangan PLN akibat kewajiban pembayaran pokok dan bunga pinjaman. PLN dibebani investasi proyek listrik 35.000 megawatt (MW) dari pemerintah. Rizal Ramli pernah memperingatkan hal yang sama saat menjabat Menteri Koordinator Kemaritiman dan Sumber Daya di Kabinet Kerja Presiden Jokowi tahun 2015 lalu.

Menurut Rizal, berdasarkan hitungannya dalam 5 tahun ke depan, Indonesia hanya butuh pembangkit listrik dengan kapasitas total 16.000 MW, bukan 35.000 MW. Kelebihan 21.000 MW yang dibangun swasta atau Independent Power Producer (IPP), PLN tetap wajib membayar biaya listrik ke perusahaan swasta berdasarkan Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik atau Power Purchase Agreement (PPA), antara PLN dengan IPP. Dipakai tidak dipakai, listrik PLN tetap wajib bayar ke perusahaan swasta.

"Maka PLN harus bayar 72% listrik dari listrik yang tidak terpakai," kata Rizal. PLN telah menghitung perkiraan listrik yang akan dibayarkan dari 72% atau 21.000 MW yang tidak terpakai mencapai 10,763 milyar Dolar AS per tahun atau sekitar Rp. 150,6 trilyun. Kekhawatiran itu akibat besarnya kewajiban pembayaran pokok dan bunga pinjaman yang tidak didukung oleh pertumbuhan kas bersih operasi. Ada potensi terjadinya gagal bayar.

Rencana membebankan tagihan ini kepada rakyat dengan menaikkan listrik tidak terlaksana karena surat itu telah bocor ke publik. Jokowi tentu tidak ingin popularitasnya turun dengan membuat kebijakan tidak populer menjelang Pilpres 2019.

Karena itu pula BBM kembali disubsidi, sebuah kebijakan populer. Padahal Jokowi memprioritaskan program yang lebih produktif ketimbang yang kurang produktif. Hal ini bertentangan dengan komitmen yang digembar-gemborkan sejak awal yaitu menghilangkan subsidi premium yang dianggap sebagai anggaran yang kurang produktif. Berdasar data BPH Migas, rata-rata harga keekonomian premium pada Januari 2017 adalah Rp 7.371,5 per liter, sementara harga premium yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp 6.450 per liter.

Lesunya perekonomian dan turunnya daya beli membuat pemerintah mensubsidi premium karena jika harga premium dinaikkan, maka akan memicu inflasi dan kontraksi pertumbuhan ekonomi. Daya beli masyarakat juga akan terpukul. Bahkan berdasarkan RAPBN 2018, subsidi BBM akan ditingkatkan lagi menjadi Rp. 51,1 trilyun dari sebelumnya Rp. 44,5 trilyun tahun 2017 dan Rp. 43,7 trilyun tahun 2016.


Sedangkan masalah utang ke IMF, Jokowi pernah dianggap menyatakan Indonesia masih berutang ke IMF dan SBY menjawab utang ke IMF sudah lunas sejak 2006. IMF pun angkat suara melalui Kepala Kantor Perwakilan IMF untuk Indonesia, Benedict Bingham pada 29 April 2015. Bingham menyatakan saat itu Indonesia tak memiliki kewajiban apapun kepada lembaga itu selain dana iuran wajib (special drawing rights / SDR) yang disetorkan ke seluruh anggota IMF. Saat itu Indonesia memiliki dana iuran sebesar 2,8 milyar Dolar AS.

"Selama tidak digunakan, SDR itu sebagai aset luar negeri Bank Indonesia. Jadi saat SDR dialokasikan, tidak ada hubungannya dengan utang anggota kepada IMF. Indonesia sudah bersih dari utang," kata Bingham.


Hingga 30 September 2017 Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) defisit 2,92%, sebuah sinyal bahwa ekonomi negara sedang dalam kondisi mencemaskan. Hal ini dikatakan langsung oleh Sri Mulyani pada 1 Agustus 2017 di kantor Tempo, bahwa batas defisit APBN 3% merupakan rumusan populer di dunia. APBN-P merupakan revisi dari APBN sebelumnya.


Perlu diingat pada tahun 2015, pemerintah menargetkan defisit hanya sebesar 1,9%, tetapi realisasinya mencapai 2,8%. Pada 2012 penerimaan pajak masih tumbuh 12,2%, kemudian menurun tahun 2013 jadi 9,9% dan 2014 menjadi 6,4%. Meski sempat tumbuh 8,1% pada 2015, pertumbuhan pajak tahun 2016 hanya 3,1%.


Januari-September 2017 realisasi penerimaan pajak baru mencapai Rp. 770,7 trilyun atau 60% dari target penerimaan pajak 2017 Rp. 1.283,6 trilyun. Masih ada Rp. 513 trilyun yang harus didapat hingga akhir tahun. Ditjen Pajak terkesan panik karena selain memungut pajak dari emas batangan ANTAM, segera membuat aturan pajak untuk e-commerce dan medsos, menaikkan cukai rokok 10%, hingga membuat selebaran karikatur "Yesus juga bayar pajak".

Kemampuan perbankan untuk melakukan pembiayaan infrastruktur sangat terbatas. Dari data Bank Dunia tahun 2015, pembiayaan dari sektor perbankan di Indonesia hanya mencapai 46,7% dari PDB, jauh jika dibandingkan dengan negara-negara lain yang sudah melebihi 100% dari PDB.

Pemerintah sering membandingkan rasio utang negara terhadap PDB dengan Jepang yang sudah mencapai 227% tapi tidak menjelaskan bahwa utang Jepang berbeda karena memiliki ciri yang berlawanan dengan Indonesia:

1. Utangnya kepada rakyatnya sendiri dan kepada Bank Sentral Jepang dengan rasio masing-masing sekitar 50%.
2. Utangnya dalam mata uangnya sendiri yaitu Yen.
3. Bunganya sangat rendah hanya sedikit diatas 1%. Bandingkan dengan bunga utang Indonesia yang tertinggi di Asia dan bahkan sebagiannya masih 2 digit.
4. Kredit rating jepang A+ alias sementara rating Indonesia BBB.
5. Meskipun utang Jepang tinggi tetapi dari kaca mata riil ekonomi Jepang mempunyai Net International Investment Positions (NIIP) pada akhir tahun 2016 senilai 349.112 milyar Yen atau sekitar 2,8 trilyun Dolar AS yang berarti memiliki net external assets positif alias bangsa kreditor. Sedangkan NIIP Indonesia pada akhir tahun 2016 mencapai minus 333,782 milyar Dolar AS yang berarti memiliki net external liabilities alias bangsa debitur. NIIP Indonesia akhir tahun 2017 mencapai -340,688 milyar Dolar AS.

Selain tidak membandingkan tax ratio dengan negara lain, pemerintah juga tidak membandingkan debt service ratio Indonesia yang mencapai 40% alias yang tertinggi di Asia Tenggara, dimana batas amannya adalah 25%.

Sementara itu sekitar 41% utang negara berbentuk valas. Dengan average time to maturity 9 tahun dan jatuh tempo 5 tahun sebesar 40% nya, akan menjadi beban berat APBN dalam 5 tahun kedepan.

Kekhawatiran lain adalah membengkaknya utang pemerintah karena kurs Rupiah yang cenderung melemah sehingga diperlukan uang dari pendapatan pajak yang lebih banyak lagi untuk pembayaran utang dalam valas. Kekhawatiran lebih lanjut adalah keterbatasan valas untuk membayar utang dalam mata uang asing mengingat 5 hal:

1. Neraca perdagangan yang cenderung defisit dalam 3 bulan terakhir ini yaitu dari Desember 2017 sampai dengan Februari 2018 mengalami defisit total 1,1 milyar Dolar AS atau rata-rata defisit perbulan 364 juta Dolar AS.
2. Kenaikan cadangan devisa yang bersumber dari utang luar negeri dan uang panas yang sewaktu-waktu mudah ditarik keluar negeri.
3. Tax ratio yang rendah tetapi cenderung menurun yang mengindikasikan kedepan kemampuan pemerintah akan menurun dalam memenuhi kewajiban pembayaran utangnya.
4. Sektor industri yang merupakan penyumbang pajak sebesar 31% cenderung menciut karena terjadinya de-industrialisasi yaitu dari 28% (1997) menjadi 20% PDB (2017).
5. Kenaikan anggaran 2018 untuk subsidi seperti listrik dan BBM yang akan membebani ekstra APBN karena Jokowi ingin menjaga dukungan politik rakyat dalam menghadapi pemilu 2019.

Dengan memperhatikan berbagai variabel yang berkaitan dengan kemampuan membayar kembali utang plus bunganya, utang pemerintah memang mencemaskan. Dengan pertumbuhan ekonomi yang tidak sesuai target dan perdagangan yang lesu, pihak swasta pun mulai merasakan kesulitan membayar utangnya. Kredit bermasalah di bank-bank cenderung meningkat dan restrukturisasi utang kabarnya semakin banyak untuk mengurangi status kredit macet.

Perlu diingat krisis ekonomi 1997 bermula dari ketakutan pasar bahwa swasta Indonesia akan kesulitan membayar utang-utangnya terutama utang dalam valas. Ketakutan ini mengawali melemahnya kurs rupiah. Padahal saat itu kondisi keuangan negara amat bagus dan indikator ekonomi makro pada umumnya bagus termasuk pertumbuhan ekonomi, inflasi, neraca perdagangan yang surplus dan cadangan devisa yang memadai. Bahkan saat itu berkali-kali pemerintah menegaskan bahwa fundamental ekonomi Indonesia kuat.


Pemerintah telah menetapkan 245 proyek infrastruktur dan 2 program yang dikerjakan sejak 2015 memiliki estimasi total nilai investasi Rp. 4.197 trilyun. Sebanyak 13 proyek (Rp. 444 trilyun) berada di Maluku dan Papua, 27 proyek (Rp. 155 trilyun) di Sulawesi, 15 proyek (Rp. 11 trilyun) di Bali dan Nusa Tenggara, 93 proyek (Rp. 1.065 trilyun) di Jawa, dan 66 proyek (Rp. 884 trilyun) di Sumatera.

Progres per Juli 2017 yang telah selesai sebanyak 5 proyek, tahap kontruksi 130 proyek, proses pengadaan 12 proyek dan yang sedang dalam persiapan 100 proyek. 

UTANG DAN RASIO UTANG INDONESIA
Soekarno meninggalkan utang 6,3 milyar Dolar AS dengan rincian 4 milyar Dolar AS warisan Hindia Belanda dan 2,3 milyar Dolar AS utang baru. Tahun 1967 Soeharto menjadi Presiden ke-2 pada 12 Maret 1967.

Mei 1998: Rp. 551,4 trilyun (68,7 milyar Dolar AS). Rasio utang 57,7% dari PDB.

B. J. Habibie jadi Presiden ke-3 pada 21 Mei 1998
1999: Rp. 938,8 trilyun (132,2 milyar Dolar AS). Rasio utang 85,4% dari PDB.

Gus Dur jadi Presiden ke-4 pada 20 Oktober 1999
2000: Rp. 1.232,8 trilyun (129,3 milyar Dolar AS). Rasio utang 88,7% dari PDB.
2001: Rp. 1.271,4 trilyun (122,3 milyar Dolar AS). Rasio utang 77,2% dari PDB.

Megawati jadi Presiden ke-5 pada 23 Juli 2001
2002: Rp. 1.223,7 trilyun (136,9 milyar Dolar AS). Rasio utang 67,2% dari PDB.
2003: Rp. 1.230,6 trilyun (145,4 milyar Dolar AS). Rasio utang 61,1% dari PDB.
2004: Rp. 1.298 trilyun (139,7 milyar Dolar AS). Rasio utang 56,5% dari PDB.

SBY jadi Presiden ke-6 pada 20 Oktober 2004
2005: Rp. 1.311,7 trilyun (133,4 milyar Dolar AS). Rasio utang 47,3% dari PDB.
2006: Rp. 1.302,2 trilyun (144,4 milyar Dolar AS). Rasio utang 39% dari PDB.
2007: Rp. 1.389,4 trilyun (147,5 milyar Dolar AS). Rasio utang 35,2% dari PDB.
2008: Rp. 1.636,7 trilyun (149,5 milyar Dolar AS). Rasio utang 33% dari PDB.
2009: Rp. 1.590,7 trilyun (169,2 milyar Dolar AS). Rasio utang 28,3% dari PDB.
2010: Rp. 1.681,7 trilyun (187 milyar Dolar AS). Rasio utang 24,5% dari PDB.
2011: Rp. 1.809 trilyun (199,5 milyar Dolar AS). Rasio utang 23,1% dari PDB.
2012: Rp. 1.977,7 trilyun (204,5 milyar Dolar AS). Rasio utang 23% dari PDB.
2013: Rp. 2.375,5 trilyun (194,9 milyar Dolar AS). Rasio utang 24,9% dari PDB.
2014: Rp. 2.608,8 trilyun (209,7 milyar Dolar AS). Rasio utang 24,7% dari PDB.

Jokowi jadi Presiden ke-7 pada 20 Oktober 2014
2015: Rp. 3.165,2 trilyun. Rasio utang 26,9% dari PDB.
2016: Rp. 3.515,5 trilyun. Rasio utang 27,9% dari PDB.
2017: Rp. 3.995,1 trilyun. Rasio utang 28,7% dari PDB.
akhir Juni 2018: Rp. 4.253 trilyun. Rasio utang 29,74% dari PDB.