Susi Pudjiastuti

Susi Pudjiastuti
lahir 15 Januari 1965 di Pangandaran, Ciamis
ibu: Hj. Suwuh Lasminah
ayah: H. Ahmad Karlan meninggal 2007
suami: Christian von Strombeck
anak: Panji Hilmansyah, Nadine Pascale Kaiser, Alvy Xavier

GOSIPNYA
Susi Pudjiastuti adalah anak sulung dari 3 bersaudara. Kakek buyutnya yang berasal dari Jawa Tengah, Haji Ireng, berdagang sapi dan kerbau di Jawa Barat. Haji Ireng lalu menetap di Pangandaran. Orangtua Susi adalah generasi ke 5 dan mempunyai banyak tanah, antara lain kolam-kolam ikan dan kebun kelapa untuk dipanen dan dijual kopranya. Ayahnya juga mengusahakan beberapa buah perahu untuk para nelayan mencari ikan dengan sistem bagi hasil.

Meskipun sudah dikenal sebagai salah satu objek wisata, dulu pantai Pangandaran masih sepi pengunjung. Pada akhir pekan atau hari libur pun jarang ada wisatawan yang datang. Pasar di dekat rumahnya, dulu cuma ramai hingga pukul 9 pagi. Susi bersekolah di SD Negeri 8 Pangandaran. Ia merupakan anak yang pintar dan supel tapi lebih banyak diam ketika berada di kelas. Hal berbeda ditunjukkan di luar kelas, salah satunya adalah ketika duduk di bangku kelas 6, diam-diam ia mengemudikan sendiri mobil Toyota Land Cruiser Hardtop.

Ketika bersekolah di SMP Negeri 1 Pangandaran tahun 1972-1977, ia mulai membuka diri. Ia sering menjadi wakil sekolah dan menjuarai lomba cerdas cermat tingkat kabupaten di Ciamis. Ia juga pernah mengikuti Musabaqah Tilawatil Quran di Pangandaran dan menjadi juara. Saat itu Pangandaran belum memiliki SMA sehingga tahun 1978-1980 ia bersekolah ke SMA Negeri 1 Yogyakarta.

Suatu ketika ia tergelincir di tangga, tubuhnya menggelinding ke bawah dan kepalanya terbentur tembok din­ding sekolahnya. Susi berbaring di tempat kosnya beberapa hari. Hal itu membuat orangtuanya memintanya kembali ke Pangandaran. Susi lalu memutuskan tidak kembali lagi ke sekolah (GOSIPNYA sih ia tidak suka hidupnya diatur orang lain). Ia pun drop out di kelas 2 SMA.

Ketika masa SMP dan SMA, ia suka berjualan baju atau T-shirt pada teman-temannya. Ia melihat Pangandaran makin berkembang sebagai daerah tujuan wisata dan hotel pun mulai bermunculan. Ia lalu memesan bed cover dan sarung bantal dari temannya di Yogyakarta dan menawarkannya pada hotel-hotel tersebut.

Sepulang dirinya dari Yogyakarta, ia menjadi buah bibir masyarakat setempat karena hobinya yang aneh, yakni berenang di laut pada tengah malam. Tahun 1982, ketika Gunung Galunggung meletus, Eka Santosa, mantan ketua DPRD Jawa Barat, yang saat itu sedang kuliah semester enam di Unpad, Bandung, memutuskan pulang ke Pangandaran untuk menemui ayahnya, Musa, yang bekerja sebagai kepala Perhutani. Eka pun mendengar kabar itu dan ingin mengenalnya. Karena sang ayah bersahabat dengan ayah Susi, Eka pun berkunjung ke rumah H. Karlan untuk menemui Susi. Mereka pun menjadi akrab.

Menjelang Pemilu 1982, Eka memberikan sebuah kaus yang ia produksi sendiri kepada Susi. Kaus itu bertuliskan ajakan untuk golput dan Susi mengapresiasinya. Mereka sepaham untuk menentang Soeharto. Susi mengenakan kaus itu kemana pun ia pergi dan ternyata ada orang yang melaporkannya sehingga Susi dibawa ke Markas Komando Distrik Militer Ciamis dan menjalani pemeriksaan intensif. Beruntung, hanya semalam ia berurusan dengan militer dan dibebaskan.

GOSIPNYA ketika kecil ia bercita-cita menjadi ahli oceanologi dan karenanya ia sering bermain ke pantai. Di sana tiap hari ia melihat ratusan nelayan mendapat hasil ikan yang melimpah. Ia lalu meninggalkan usaha berjualan bed cover-nya dan beralih profesi menjadi bakul ikan. Bakul ikan adalah pengepul hasil laut tangkapan nelayan yang biasanya dilakukan oleh kaum wanita.

Pada tahun 1983 ia menjual semua perhiasan yang ia miliki berupa gelang keroncong, kalung, serta cincin dan mendapatkan 750.000 Rupiah. Ia lalu menjadi seorang bakul ikan. Tiap pagi ia ikut berkerumun di tempat pelelangan ikan menjadi peserta lelang. Ia harus cepat menaksir berapa harga jual ikan-ikan di keranjang yang sedang ditawarkan juru lelang dan memperkirakan kepada siapa ikan-ikan itu akan dijual.

Pada hari pertama ia cuma berhasil menjual 1 kg ikan untuk sebuah restoran kecil kenalannya. Setelah ia mulai bisa meyakinkan calon pembeli, jumlah penjualannya pun perlahan-lahan meningkat. Usahanya itu bukan tanpa kendala. Ia sering menilai harga ikan terlalu tinggi bahkan sering juga pemesan ingkar, tidak jadi membeli ikan darinya.

Pada musim tertentu nelayan tidak menangkap ikan sehingga ia beralih menjadi pedagang dadar gulung. Dadar gulung adalah makanan tradisional yang terbuat dari tepung beras yang didalamnya terdapat parutan kelapa dan gula merah. Ia menjajakannya dengan nyiru dan berkeliling berjalan kaki dan juga menitipkan jualannya pada warung-warung dengan sistem konsinyansi.

Ia lalu bertemu dengan seorang bakul ikan paling terkenal di Pangandaran, Yoyok Yudi Suharyo, seorang pria asal Gumelar, Banyumas, Jawa Tengah. Yoyok terkenal piawai menaksir harga ikan. Keahlian itu membuatnya terpincut sehingga pada tahun yang sama ia menikah dengan Yoyok dan membuahkan seorang anak laki-laki bernama Panji Hilmansyah.

GOSIPNYA untuk mengatasi kerugian akibat menilai harga ikan terlalu tinggi, ia mulai menyewakan perahu pada nelayan dengan harga kompetitif dan hasil tangkapannya ia beli dengan harga yang kompetitif pula. Kabar baik ini lalu menyebar di kalangan nelayan sehingga dari mulanya hanya satu perahu lalu berkembang menjadi ratusan perahu. Dalam setahun ia telah menguasai pasar Pangandaran dan pasar Cilacap.

Meski bisnis pariwisata terus berkembang, hasil tangkapan yang melimpah itu banyak yang tidak terjual sehingga dijadikan ikan awetan, baik ikan kering atau ikan asin, padahal harga jual ikan segar jauh lebih mahal daripada ikan asin. Ia lalu menyasar Jakarta yang membutuhkan sangat banyak ikan segar. Mulanya ia menyewa truk dan mengangkut ikan-ikannya ke Jakarta. Setelah mengetahui seluk-beluknya, ia lalu membeli truk dan dengan pendingin es batu membawanya langsung ke pasar-pasar di Jakarta. Setelah berlangsung beberapa waktu, ia mulai dipercaya untuk memasok ikan segar ke beberapa pabrik untuk diekspor.

Setiap hari pukul 15.00, ia berangkat dari Pangandaran dan sampai di Jakarta pada tengah malam. Setelah mandi dan istirahat sebentar, ia balik lagi ke Pangandaran. Rutinitas itu berlangsung bertahun-tahun. Tidak hanya itu, ia pun jeli menangkap peluang bisnis baru. Ia mengamati bahwa di sepanjang kawasan Cikampek hingga Karawang, ketika malam selalu ramai oleh suara kodok dan ia tahu kodok hidup laku di pasar Glodok.

Dalam perjalanan Pangandaran-Jakarta ia lalu mampir ke sentra-sentra pengepul kodok dan membawanya sekalian ke beberapa pasar di Jakarta. GOSIPNYA karena hal ini ia bahkan sempat dijuluki ‘Susi Kodok’. Tidak hanya kodok, ia juga terkenal sebagai pemasok lobster berkualitas yang GOSIPNYA menguasai hingga 70% pangsa pasar di Jakarta. Bisnis lobster ia jalankan di Lampung selama 5 tahun, bahkan kedua orangtuanya sempat ikut tinggal di Lampung. Selain itu ia juga memasok sarang burung walet yang diambilnya dari para pemanen di gua-gua laut di pesisir pantai selatan pulau Jawa.

Meski bisnisnya terus meningkat, kehidupan rumah tangganya malah hancur dan pada tahun 1988 ia bercerai dengan Yoyok. Tahun 1989 ia membuka restoran Hilmans di dekat pantai Pangandaran dengan spesialisasi menu ikan segar. Calon pembeli bisa memilih sendiri ikan segar yang diminatinya lalu para koki mengolahnya menjadi hidangan pilihan. Tahun 1991 ia bertemu dengan seorang pria asal Swiss, Daniel Kaiser dan menikah dengannya. Pernikahan itu membuahkan seorang putri bernama Nadine Pascale Kaiser.

Tahun 1996 ia mendirikan pabrik pengolahan ikan PT ASI Pudjiastuti di pekarangan samping rumahnya di depan terminal bus Pangandaran dan membuatnya dapat mengekspor lobster beku ke Jepang dengan label Susi Brand. Ratusan tenaga kerja lokal diserap pabriknya untuk menyiangi ikan. Limbah yang berupa tulang dan isi perut ikan dipisahkan, dicacah atau digiling, untuk pakan itik di kebunnya, sementara bagian dagingnya dibuat filet atau produk turunannya seperti baso, dan lainnya. Setahun setelah ia mengekspor lobster beku, berbagai jenis seafood beku dari pabriknya mulai diekspor ke Jepang.

Pada tahun 1997 ia bercerai dengan Daniel dan bertemu dengan seorang pilot asal Jerman yang bekerja di IPTN Bandung yang lalu menjadi suaminya, Christian von Strombeck, di restoran Hilmans di Pangandaran. Pernikahannya dengan Christian membuahkan seorang anak laki-laki bernama Alvy Xavier.

Tahun 2000 ia mengajukan proposal meminjam uang pada berbagai bank untuk membeli pesawat terbang yang akan dipakai untuk mengangkut ikan yang rencananya akan diekspor ke Eropa dan Amerika. Proposalnya itu ditolak karena dianggap terlalu muluk-muluk. Ia tak menyerah dan pada tahun 2004 Bank Mandiri bersedia memberi pinjaman 4,7 juta Dolar AS. Ia lalu membeli sebuah pesawat Cessna Caravan berkapasitas 12 tempat duduk buatan AS seharga Rp. 20 milyar.

Pesawat Cessna itu lalu dipakai untuk mengangkut ikan dan lobster. Christian menjadi pilot sedangkan Susi sebagai pramugari. GOSIPNYA dengan pesawat itu pula ia dapat mengirimkan ikan ke Jepang dalam waktu kurang dari 24 jam sejak ditangkap dari laut sehingga nilai jualnya pun meningkat hingga 2 kali lipat.

Pada tanggal 26 Desember 2004 terjadi gempa bumi sebesar 9,2 Skala Richter (SR) yang menimbulkan tsunami. Bantuan udara menumpuk di Bandara Iskandar Muda, Banda Aceh karena puing-puing kerusakan menghambat arus bantuan. Sekitar 2 hari setelah tsunami, ia berhasil mendarat di Meulaboh membawa bantuan obat-obatan dan makanan. Setelah itu ia menyewakan pesawatnya kepada pihak-pihak internasional yang membantu pemulihan Aceh yang GOSIPNYA disewakan seharga 10 ribu Dolar AS per hari. Istilah Susi Air pun lahir dari para penyewa awal itu.

Ketika membantu korban tsunami di Aceh, ia menemukan Pulau Simeulue untuk beternak lobster. Ia membawa sekitar 200 nelayan setempat untuk membudidayakan lobster. Usahanya itu mampu menghasilkan keuntungan sekitar 12 milyar Rupiah per tahun dan juga membantu perekonomian para korban tsunami.

Pada Juli 2006 gempa bumi 6,8 SR mengguncang Pangandaran dan menyebabkan tsunami. GOSIPNYA karena tsunami ini bisnis perikanannya tidak dapat beroperasi. GOSIPNYA karena hal inilah pada tahun 2007 ia membangun Masjid Istiqomah di Pangandaran senilai 3 milyar Rupiah. Tahun 2008 ia mendirikan PT ASI Pudjiastuti Flying School namun GOSIPNYA hingga kini ia masih belum mendapatkan izin operasionalnya.

Sejak tahun 2011 Susi Air terlibat dalam beberapa kecelakaan pesawat dan hal ini membuat duta besar AS di Indonesia mengeluarkan larangan bagi warganya agar tidak menaiki pesawat Susi Air pada 4 Mei 2012. Kini Susi Air telah memiliki lebih dari 50 pesawat berbagai jenis. Pada bulan November 2014, ia dilantik menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan

Syumeiraty Rashando

Syumeiraty Rashando
lahir 1 April 1976 di Bandung
suami: Handi Susilo Yulianto
anak: Emily Florence dan Frederick Anderson

GOSIPNYA
Syumeiraty yang kerap dipanggil Yoyong memulai usahanya tahun 1995 sembari kuliah jurusan Sastra Inggris di Universitas Kristen Maranatha, Bandung. Ia memulai usahanya di bidang aksesoris dan pernak-pernik perempuan yang barangnya ia dapatkan dari mal Mangga Dua, Jakarta (GOSIP lain bilang ia menjual aneka kado dan souvenir untuk perkawinan). Mulanya ia berjualan di rumah orangtuanya. Bisnisnya berkembang pesat sehingga ia dapat menyewa toko di salah satu mal di Bandung. Tahun 2000 ia sudah punya lima gerai toko di lima mal dengan jumlah karyawan 50 orang (GOSIPNYA omzetnya ketika itu mencapai ratusan juta Rupiah per bulan). Tokonya ia beri nama Crayon karena ia sangat menyukai sebuah kafe yang bernama sama yang pernah ia kunjungi di Australia.

Ketika mal makin banyak di Bandung, banyak juga yang meniru bisnisnya sehingga satu-persatu tokonya tutup karena kalah bersaing. Ketika bangkrut, suaminya menyarankan untuk berganti bidang usaha dan orangtuanya mengizinkan ia memakai rumah yang tidak ditinggali di Jalan Aceh nomor 15. GOSIPNYA ia lalu pergi ke Bangkok dan Hongkong untuk mencari inspirasi. Di sana ia melihat berbagai miniatur dari lilin. Ia lalu pulang ke Indonesia dan membuat miniatur mie bakso. Ia mencoba menjualnya seharga 250 ribu Rupiah dan ternyata banyak yang bersedia membelinya dan sebagian lagi malah meminta miniatur lainnya. GOSIPNYA keahliannya ia dapatkan hasil berguru pada orang Jepang.

Mengetahui produk semacam itu laku keras, pada tahun 2005 ia mendirikan Crayon's Craft & Co dengan modal 20 juta Rupiah dan 5 orang pegawai. Ia menyelenggarakan kursus gratis. Peserta cukup membeli bahan lengkap darinya sekitar 100.000 Rupiah lalu dapat mengikuti kursus apa saja di tempatnya setiap hari. Meski begitu, setelah satu tahun pengunjung masih sepi, sekitar 3-5 orang pengunjung sehari.

Ia tetap optimistis tokonya bakal ramai sehingga ia berpikir seandainya toko ramai, ia takkan sanggup mengajar kursus seorang diri. Ia mengantisipasinya dengan mengajari pegawainya berbagai keterampilan sesuai dengan minat masing-masing seperti sulam pita, brayen, hakken, manik, clay, miniatur, paper tole, origami, batik, boneka kawat dan lain-lain.

Ia mengiklankan bisnisnya dengan menyebar brosur, mengikuti bazaar, dan pameran Inacraft di Jakarta. Sesaat setelah melahirkan anak keduanya, ia membuka-buka buku tentang prakarya dan memutuskan untuk membuat miniatur makanan khas Indonesia dari clay yang ketika itu belum ada miniatur semacam itu.

Ketika mengikuti pameran Inacraft, berbagai miniatur gerobak yang berjumlah ratusan habis dibeli pengunjung yang salah satunya adalah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Berkat pameran tersebut, tempat kursusnya mulai terkenal dan kini tidak pernah sepi lagi.

Salah satu kelebihan tempat kursusnya adalah waktu belajar diperbolehkan sesuai keinginan peserta selama tempatnya masih buka yaitu Senin-Sabtu jam 9 pagi hingga 6 sore. Selain itu peserta tidak perlu membeli bahan kerajinan lagi jika bahan belum habis dipakai.

Sejak Februari 2009 ia membuat Mobil Kreatif, sebuah strategi yang mendekatkan diri pada konsumen. Mobil Kreatif beroperasi dari Senin-Sabtu dari jam 9 pagi hingga 5 sore. Sasaran utamanya adalah sekolah-sekolah yang mengijinkan mobilnya parkir di halaman mereka.

Gayatri Wailissa

Gayatri Wailissa
lahir 31 Agustus 1995 di Maluku, Ambon
meninggal 23 Oktober 2014
ayah: Deddy Darwis Wailissa
ibu: Nurul Idawaty

Deddy Darwis Wailissa, Gayatri Wailissa, Nurul Idawaty

PENDIDIKAN
-SDN 19 Waihaong
-SMPN 2 Ambon
-SMA Siwalima

PRESTASI
2002: Juara 1 Lomba bercerita dalam bahasa Ambon
2005: Juara 1 Lomba bercerita dalam bahasa Inggris
2006: Juara 1 Kompetisi Cerita Rakyat
2007: Juara Bertutur Kanak-kanak
2008: Juara 2 Lomba Cerpen Nasional
2009
- Juara 1 Lomba Cipta Puisi
- Juara 3 Lomba Baca Puisi Provinsi
2010
- Juara 1 Debat Konsep Pembangunan Daerah
- Juara 2 Karya Tarian Kreasi Baru
2011
- Juara Peragaan Busana Fashion Putri Daerah
- Nominasi 3 Besar Icon Busana Nasional
- Juara 1 Lomba Pidato di Hari Anak Nasional
2012
- Juara 2 Lomba Karya Ilmiah Sains Terapan
- Juara Medali Perunggu Olimpiade SAINS Astronomi
- Juara Karya Tulis Sastra Nasional
- Juara 1 Lomba Pidato Remaja Hari Kebangkitan Nasional
- Juara Esay Nasional "Hari Perdamaian Dunia"

PEKERJAAN
- Pimpinan Redaksi Majalah Anak (Suara Anak Maluku)
- Pengurus Forum Anak Maluku
- Ketua Forum Perdamaian (KAPATA DAMAI)
- Penerjemah Bahasa
- Pramuwisata
- Penulis Sastra (Puisi, Prosa, Novel)
- Instruktur Klub Teater
- Penyiar Radio Swasta-Siaran Anak
- Reporter/Presenter/Host - Icon Clip Documenter Film

BAHASA YANG DIKUASAI
-Inggris
-Spanyol
-Perancis
-Italia
-Jerman
-Belanda
-Rusia
-Arab
-Thailand
-Mandarin
-Jepang
-Korea
-Hindi Nepal


GOSIPNYA
Gayatri lahir dalam sebuah keluarga sederhana di Maluku. Ayahnya seorang perajin kaligrafi di pinggir jalan sedangkan ibunya seorang ibu rumah tangga biasa. GOSIPNYA ia mulai belajar bahasa asing secara otodidak ketika menonton film Tom & Jerry ketika berusia 10 tahun. Karena penasaran,  ia mempelajari tata bahasanya dari buku, pengucapannya dari film dan lagu, sedangkan kosakata ia hafalkan dari kamus.

Bersama sang ibu, ia pernah menemui Gubernur Maluku, Karel Albert Ralahalu. Ia sempat meminta Gubernur agar memberikan beasiswa serta percepatan ujian dini bagi dirinya namun Gubernur menolak permintaan ujian dini dan menyuruhnya mencari beasiswa lewat internet. Ia tidak putus asa dan meneruskan perjuangannya.

Perjuangannya tidak sia-sia dan namanya mulai mendunia kala berhasil masuk seleksi untuk menjadi duta anak, mulai dari tingkat provinsi hingga tingkat nasional. Dari situ, ia mengikuti seleksi kepribadian hingga kemampuan intelektual. Ia lantas masuk 10 besar dari ribuan siswa yang ikut seleksi sebelum terpilih mengikuti seleksi mewakili Indonesia menjadi Duta ASEAN untuk anak tahun 2012. Dalam forum Konvensi Hak-Hak Anak tingkat ASEAN di Thailand, ia mendapat panggilan doktor karena ia menjadi penerjemah para peserta dalam forum tersebut.

Menurut Gayatri kesuksesannya menjadi duta ASEAN tidak lepas dari doa dan dorongan kedua orangtuanya. GOSIPNYA hanya Wakil Gubernur Maluku yang membantunya saat mewakili Indonesia di Thailand. Ketika pemilihan Putri Indonesia, begitu banyak baliho dan pengumuman yang dipasang di seluruh kota Ambon. Namun, ketika ia pulang dari Bangkok hanya ayah dan ibunya yang menjemputnya di Bandara Pattimura. Baliho pun sudah tidak ada lagi di jalan-jalan kota Ambon.

Pada tahun 2013 ia kembali terpilih menjadi delegasi tunggal anak Indonesia dalam konferensi Asia Pasifik di Nepal dan menerima Anugerah Tunas Muda Pemimpin Indonesia. Pada 23 Oktober 2014, ia meninggal dunia di Rumah Sakit Abdi Waluyo, Jakarta Pusat karena pembuluh darah di otaknya pecah.

Donat Madu Cihanjuang

Pasar Gambir tahun 1922

Pada 31 Agustus 1898 untuk merayakan hari ulang tahun Ratu Wilhelmina, diadakanlah Pasar Gambir, sebuah pasar malam yang diadakan di Koningsplein (kini komplek Monumen Nasional), Batavia. Pasar Gambir lalu diadakan secara rutin setiap tahun pada pertengahan Agustus-September.

Pasar Gambir diramaikan oleh berbagai tontonan, pameran, rumah makan, dan pedagang kaki lima. Pada awalnya Pasar Gambir hanya berlangsung selama satu minggu tapi karena minat masyarakat sangat tinggi maka acara tersebut diperpanjang hingga dua minggu dari jam 10 pagi hingga 12 malam. Pada tahun 1906, jumlah pengunjung kegiatan ini tercatat mencapai lebih dari 75.000 orang baik dari dalam maupun luar Batavia dimana harga karcis untuk pribumi adalah 10 sen, sedangkan untuk orang Belanda sebesar 25 sen.

Pasar malam ini diberhentikan sejak tahun 1942 ketika Jepang menjajah Hindia Belanda. Pada tahun yang sama untuk menarik hati penduduk, Jepang mengganti nama Batavia menjadi Jakarta.

Suatu hari ketika menginspeksi kebersihan Monas pada tahun 1968, asisten Gubernur Djumatidjin mengusulkan ide pada sang Gubernur, Ali Sadikin, untuk mengembalikan Pasar Gambir dengan nama Djakarta Fair. GOSIPNYA pada acara tahun ini pula stan American Donut, mengenalkan donat yang digoreng dengan mesin otomatis sehingga kehadiran waralaba Dunkin Donuts pada tahun 1985 di Indonesia disambut dengan baik.

Pada tahun 2005 munculnya donat modern J. CO membuat Dunkin Donuts seakan terlupakan. GOSIPNYA pada awal pembukaannya, banyak orang rela mengantri lama hanya untuk membeli donat yang sangat harum tersebut. Warnanya yang jauh lebih beraneka ragam daripada donat Dunkin Donuts serta teksturnya yang begitu lembut ditambah rasa yang memanjakan lidah membawa gairah baru bagi kalangan pecinta donat di Indonesia.

Fanina Nisfulaily

GOSIPNYA melihat hal tersebut pasangan suami istri Ridwan Iskandar dan Fanina Nisfulaily membuka sebuah gerai donat di Jalan Cihanjuang 158 A Cimahi, Jawa Barat pada Mei 2010. Dengan memakai madu Sumbawa, mereka bereksperimen membuat donat madu yang berdesain dan berwarna menarik seperti donat J. CO.

Ridwan lalu mencoba mengembangkan usaha dengan cara kerja sama kemitraan. Tiga mitra pertama beroperasi di Depok, Bogor, dan Cinere dan ternyata ketiganya dipenuhi pembeli. Ridwan lalu mewaralabakan bisnisnya sejak April 2011 dengan biaya investasi 10 juta Rupiah yang telah termasuk atas penggunaan merek Donat Madu Cihanjuang, pelatihan karyawan, serta biaya promosi.

Setelah beroperasi, investor harus membayar biaya royalti sebesar 9 persen dari total omzet per bulan sedangkan kebutuhan lain seperti mesin pembuat adonan, interior gerai, etalase dan tempat usaha harus disediakan oleh para franchisee. Untuk bahan baku donat, disediakan oleh franchisor dengan biaya 7,5 juta Rupiah per bulan. Menurut simulasi hitungan Break Even Point (BEP) tahun 2013 ala Ridwan, seorang franchisee bisa mencapai BEP dalam waktu 5-6 bulan dengan cara menjual minimal 300 buah donat per hari yang akan menghasilkan omzet Rp. 900.000 atau setara dengan Rp. 27 juta per bulan.

GOSIPNYA hingga awal tahun 2013 Ridwan sudah memiliki 38 gerai cabang milik mitra dan 10 gerai cabang milik sendiri. Harga franchise pun terus meningkat dan kini telah menjadi Rp. 56,5 juta. Biaya itu telah termasuk franchise fee selama lima tahun, resep serta pelatihan senilai Rp. 20 juta sementara sisanya sebesar Rp. 26,5 juta dipakai untuk perlengkapan produksi dan bahan baku awal donat, sedangkan interior dan tempat usaha tetap ditanggung franchisee meski tidak lagi dipungut biaya royalti. Namun, bahan baku donat tetap harus berasal dari pusat demi menjaga kualitas donat.

Andianto Setiabudi

Manajemen Cipaganti Group

Keluarga Besar Andianto

PENCAPAIAN CIPAGANTI GROUP
-1994: Pemindahan Aset Hotel menjadi Perumahan Cipaganti Graha yang menjadi cikal bakal divisi properti, PT. Cipaganti Citra Graha didirikan yang kemudian hari menjadi Holding Cipaganti Group.
-1995: Membuka Rental Forklift yang menjadi cikal bakal unit bisnis Heavy Equipment.
-1998: Krisis III - Krisis Moneter seluruh divisi mengalami penyusutan.
-2000: Membuka Cabang Rental Mobil di Jakarta - Cikini (Cikini Raya No. 8) yang dilanjutkan dengan cabang Pondok Indah, Bekasi.
-2002
*Membuka Travel Door to Door Bandung.
*Membuka Koperasi Cipaganti Karya Guna Persada menjembatani kemitraan usaha bagi hasil.

-2004: Membuka Cabang Alat Berat di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
-2005: Membuka Cabang Alat Berat di Batulicin, Kalimantan Selatan.
-2006
*Membuka Cabang Alat Berat di Palangkaraya, Kalimantan Tengah.
*Membuka Shuttle Point to Point seluruh Jabodetabek dan Bandung.

-2007
*Membuka Cabang Alat Berat di Pekanbaru, Riau.
*Penambahan dua layanan usaha baru, yaitu: Tours - Airline Ticketing dan Courier Cargo.
*Cipaganti Otojasa Sebagai Layanan Transportasi Terpadu.

-2008
*Membuka BPR Syariah di Cimahi.
*Ekspansi Rental Alat Berat ke Kalimantan Timur.

-2009
*Dimulainya Implementasi ISO 9000-2008.
*Ekspansi Rental Alat Berat ke Banjar - Ciamis.

-2010
*Akuisisi PT. Grand Transportasi Sejahtera "Taxi Max", serta Launching Taxi Max di Jakarta dan bandung.
*Akuisisi PT. Starline "Stars Shuttle" Low Cost Shuttle.
*Launching Regular Taxi "Taxi Max" di Surabaya.
*Brand Management Cipaganti Group.
*Kick Off Mining Production di Kalimantan Timur.
*Pengembangan Tourism Business di Bali.

-2011
*Launching Buku Andianto Setiabudi, Bisnis Rental menjadi Korporasi Nasional.
*Ekspansi Rental Alat Berat ke Kalimantan Tengah.
*Akuisisi PT. Transportasi Lintas Indonesia "Transline" Luxury Shuttle.

-2012
*Launching Regular Taxi "Taxi Max" di Semarang.
*Ekspansi Target Market Penyewaan Alat Berat ke perkebunan, kehutanan, konstruksi dan infrastruktur.
*Pengembangan Produk Unit Usaha perjalanan wisata "Cipaganti Holiday".
*Restrukturisasi internal dari sebelumnya 3 (tiga) anak perusahaan menjadi 5 (lima) anak perusahaan.
*Memperoleh ISO 9001:2008 untuk sub-unit usaha shuttle dan travel serta sub-unit usaha rental kendaraan.
*Revitalisasi Call Center menjadi Sales Services Point.
*Pengembangan Produk Unit Usaha Cargo ke seluruh Jawa - Bali.
*Program Re-Branding Cipaganti untuk memperkuat Brand Arsitektur.
*Penetapan Segmentasi Layanan Shuttle dan Travel.
*Rencana penawaran umum perdana saham perseroan.

-2013: 5 Juni 2013, PT Cipaganti Citra Graha resmi menjadi perusahaan terbuka (tbk).

 Andianto Setiabudi
lahir 5 Desember 1962 di Banjarmasin
ayah: Rahmat Setiabudi (Lim Tek Tjoen)
ibu: Sri Makmuri Setiabudi (Thio Shio Lie)
istri: Yulinda Tjendrawati Setiawan
anak: Grace Mulyawan Setiabudi, Winston Mulyawan Setiabudi

bersama anak dan istri

GOSIPNYA
Andianto Setiabudi adalah anak bungsu dari empat bersaudara. Bisnis makanan ringan milik orangtuanya bangkrut sehingga pada tahun 1974 mereka memutuskan pindah ke kota Bandung. Orangtuanya kembali berbisnis makanan ringan sedangkan Andi melanjutkan pendidikannya di SD Agustinus. Ia lalu melanjutkan pendidikan di SMP dan SMA Aloysius. Ia lulus SMA tahun 1981.

Setiap berangkat sekolah ia selalu membawa banyak kue basah untuk dijual. Karena sering tidak laku, makanan yang dibawanya banyak yang basi sehingga orangtuanya merugi. Menyadari hal tersebut, orangtuanya beralih memproduksi berbagai macam makanan kering yakni: kue tambang, kacang sukro, dan kacang Bandung.

Pada 5 Mei 1982 Gunung Galunggung di Tasikmalaya meletus hingga 8 Januari 1983 sehingga membuat mereka kesulitan berbisnis karena bahan bakunya didapatkan dari Tasikmalaya. Pada tahun 1984 PT Indocipta Pangan Makmur meluncurkan produk makanan ringan baru, Chiki, yang menyedot pangsa pasar makanan ringan tradisional. Beruntung makanan ringan yang diproduksi Andi memiliki pangsa pasar tersendiri.

Ia lalu mulai menitipkan mobil-mobilnya di showroom mobil bekas milik temannya. Agar cepat diketahui konsumen, ia memasang iklan di koran. Tak disangka mobil bekasnya itu semuanya laku. Ia pun mulai berbisnis jual beli mobil sambil berjualan makanan ringan merek Cap Panda dan Dua Udang pada tahun 1984.

Pada tahun 1986 ia meninggalkan bisnis makanan ringan dan berfokus pada jual beli mobil. Awalnya, ia hanya menjual sekitar 5 atau 6 unit mobil bekas dengan nama Cipaganti Motor yang merupakan jalan tempat usaha sederhana miliknya yang terletak di jalan Cipaganti nomor 84. Bisnisnya maju pesat dan hingga tahun 1991 ia sudah memiliki 5 showroom mobil bekas di jalan Cipaganti, Cihampelas, Abdul Muis (kini Pungkur) dan menjual sekitar 150 unit per tahun.

Tahun 1991 suku bunga bank rata-rata mencapai 22% sehingga harga mobil bekas turun drastis. Ia lalu menyewakan puluhan unit mobil yang dimilikinya sedangkan beberapa bangunan showroom-nya yang belum selesai didirikan diubah menjadi hotel.

Pada tahun 1994 ia bekerjasama dengan salah satu rekannya untuk mendirikan perumahan. Perumahan tahap pertama di Ciwastra, Bandung yang lebih dikenal dengan Cipaganti Graha I tersebut membuatnya meraup untung besar dan mendirikan PT Cipaganti Citra Graha.

Tahun 1995 ia mendirikan PT Cipaganti Heavy Equipment dan mulai menyewakan alat angkat barang berat bagi perusahaan-perusahaan besar di Bandung. Perusahaannya dipercaya oleh PT United Tractors milik Astra Group sebagai dealer utama untuk suku cadang kendaraan alat berat merek Komatsu.

Pada tahun 1999 ia membangun perumahan kedua di Ujung Berung yang lebih dikenal dengan Cipaganti Graha II. Tahun 2000 ia mulai masuk ke bisnis taksi, rental mobil dan bus travel. Untuk menaungi bisnis travelnya, tahun 2002 Koperasi Cipaganti Karya Guna Persada (KCKGP) didirikan. Pada tahun yang sama ia membangun perumahan kelas menengah ke atas di Jalan A.H. Nasution, Bandung dengan nama Cipaganti Dream Land. Tahun 2005 ia membangun perumahan Cipaganti Rahayu Regency di Cipamokolan Soekarno-Hatta, Bandung.

Ia lalu terjun ke bisnis batu bara. Di bawah bendera Cipaganti Inti Resources, ia mengelola pertambangan batu bara seluas 35.000 hektare. Sementara melalui PT Inti Jaya Prima Coal, ia menguasai Blok Melak di Kalimantan Timur seluas 1.300 hektare. Ia juga memiliki 6.000 hektare lahan tambang di Blok Bentian Besar di Bontang dan 5.600 hektare di Kutai.

Tahun 2006 jalan tol Cipularang selesai dibangun sehingga ia pun membuka layanan Shuttle Point to Point Bandung-Jabodetabek. Begitu pesatnya pelanggan travel shuttle ini membuat KCKGP mengubah sistem bisnis penitipan kendaraan dengan kemitraan dalam bentuk uang pada tahun 2007.

Investor dapat menyetor modal awal minimal Rp. 100 juta dengan persentase keuntungan yang bervariasi antara 1,6% - 1,95% per bulan (GOSIP lain bilang 1,4% - 2%) tergantung besarnya investasi. Semakin lama menyimpan uang, semakin besar pula persentase keuntungan yang diberikan tiap bulan. Kesepakatannya dana itu akan dikelola oleh koperasi untuk kegiatan perumahan, SPBU, transportasi, perhotelan, alat berat dan tambang. GOSIPNYA pada awal bermitra, dana investasi investor tidak semuanya digunakan untuk kegiatan usaha melainkan diberikan kepada marketing yang berhasil menarik investor baru sebesar 1,5% - 2%.

Tahun 2009 ia mulai terjun ke bisnis perbankan dengan mengakusisi BPR Dana Tijarah di Cimahi dan menggantinya menjadi BPR Cipaganti Syariah. Dalam waktu singkat BPR Cipaganti Syariah sudah memiliki 13 kantor cabang di Jabar dengan dana pengelolaan Rp. 260 milyar.

GOSIPNYA begitu agresifnya Andi terjun ke berbagai bisnis baru ternyata untuk menutupi kerugian bisnisnya. Pada awal tahun 2014 PT Cipaganti Global Corporindo (CGC) mulai gencar menjual saham-sahamnya ke publik (GOSIPNYA penjualan ini dilakukan untuk menutupi beban bagi hasil yang harus dibayarkan pada mitra-mitranya).

Hingga Mei 2014 KCKGP menghimpun dana dari 8.700 mitra sebesar Rp. 3,2 trilyun. Investor diberi janji bahwa dana akan dikelola untuk bisnis perumahan, pompa bensin, transportasi, perhotelan, alat berat, dan tambang. Rupanya dana disalurkan ke 3 perusahaan Andianto yakni PT Cipaganti Citra Graha (CCG), PT Cipaganti Global Transportindo (CGT), dan CGP.

Djulia Sri Redjeki Setiabudi (kanan)

Sejak Maret 2014 koperasi gagal membayar persentase yang dijanjikan pada mitra-mitranya sehingga banyak mitranya melaporkan Andi pada polisi sehingga polisi menahan Andianto (direktur utama CCG), kakak Andi, Djulia Sri Redjeki Setiabudi (komisaris utama CCG), dan istri Andi, Yulinda Tjendrawati Setiawan (bendahara CCG) pada Juni 2014.