Bakmi Gang Kelinci

Hadi Sukiman
lahir 1928
meninggal 29 Juli 2019 di China
istri: Padmawati Dharmawan
anak: Franklin Sukiman - Ester Louis
Marlina Sukiman - Henry Tumewa
Ivan Sukiman - Siti Rahmawati
Liliana Sukiman (alm) - Sugih P. Julius
Kenny Sukiman - Paula Wong

Kenny Sukiman, Padmawati Dharmawan, Hadi Sukiman

CABANG TOKO
-Citra Raya Mardi Grass, Ruko Eternity A Blok KF 01/01 & Ruko Eternity B Blok KF 01/02 Jl. Boulevard Citra Raya, Tangerang telp. (021) 32100100, 98622288, 29003588/18
-Ciputra Mall Lt. 5 Jl. Arteri S. Parman No. 19, Grogol, Jakarta Barat telp. (021) 5606572
-Blok M Square Lt. 5 No. 19, Jakarta Selatan telp. (021) 72802278
-Kemayoran Gambir Expo Blok C, Jakarta Pusat telp. (021) 98966434
-ITC BSD Lt. 2 Jl. Pahlawan Seribu, Serpong, Tangerang Selatan telp. (021) 92209880
-Bintaro Plaza Lt. 2 Sektor 3A, Tangerang Selatan telp. (021) 7352975
-Johar 6E Menteng, Jakarta Pusat telp. (021) 3901712, 95116400
-ITC Kuningan Jembatan 2 Lt. 4 Blok BS No. 6 Jl. Prof. DR. Satrio Kav. 25, Jakarta Pusat telp. (021) 57938280
-Mall Mutiara Taman Palem Lt. 3 Cengkareng telp. (021) 95122288, 34100100
-Mutiara Taman Palem (AK Karaoke) Blok A18 No. 2-3 Cengkareng, Jakarta Barat
Telp. (021) 6192288, 93522288, 68100100
-Jl. Kelinci Raya 1-3, Pasar Baru, Jakarta Pusat telp. (021) 3522288, 99722288, 70100100

DELIVERY ORDER: (021) 3522288, 99722288, 70100100

GOSIPNYA
Pada tahun 1957, dengan sebuah gerobak sederhana, Hadi Sukiman memulai usaha Bakmi Gang Kelinci di depan Globe Theater (Moyen), Jl. Pintu Besi, Pasar Baru, Jakarta. Tahun 1962 ia pindah ke Jl. Belakang Kongsi 16, Pasar Baru. Pada saat itu di kalangan pelanggan, Bakmi Gang Kelinci juga dikenal dengan nama Bakmi si Jangkung. GOSIPNYA karena lokasi dinilai sudah tidak memadai, pada tahun 1978 Bakmi Gang Kelinci pindah ke lokasi baru yang hanya berjarak 15 meter dari lokasi sebelumnya. Bakmi Gang Kelinci juga memperpanjang waktu operasional dari pukul 7 pagi hingga pukul 9 malam.

Bakmi Gang Kelinci membuka cabang pertama tahun 1987 di Jl. Wijaya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Pada tahun 1990 Hadi menunjuk anaknya, Kenny Sukiman dan beberapa anggota keluarga lainnya untuk meneruskan usahanya. Keputusan itu ternyata membuat Bakmi Gang Kelinci memiliki banyak cabang di Jakarta.

Salah satu cabang yang paling fenomenal adalah cabang Mutiara Taman Palem yang dibuka dengan konsep One Stop Entertainment Restaurant pada tahun 2006 dimana pelanggan dapat menikmati makanan dengan fasilitas karaoke dibawah AK Management. GOSIPNYA kini mereka menerima kerjasama dengan para investor yang ingin ikut berkontribusi dalam pengembangan usaha Bakmi Gang Kelinci.

Bakmi GM

Loei Kwai Fong
lahir 1920
meninggal 12 Mei 2013

CABANG TOKO
-Jakarta Barat (4)
*Citra Garden City, Food Junction Citra 6, Blok L-2A (021) 29030116
*Food Avenue Unit FCSS-07 Gedung St. Moritz, Lippo Mall Puri Lantai I Jl. Puri Indah Boulevard Blok UI (021) 29111188
*Mall Taman Anggrek, Lt.3 (021) 56999328
*Puri Indah Mall, Lt.1 (021) 5822406
-Jakarta Pusat (7)
*Gajah Mada Plaza, Ground Floor Unit SOG No. 2-6 (021) 63862229
*Thamrin City, Thamrin Terrace Lt. Dasar D-27 No. 7-9 (021) 31991208
*Jl. Sunda No. 9, Thamrin (021) 3903018  
*Jl. Gajah Mada No. 92 (021) 6334689
*Stasiun Gambir Lantai Dasar Unit 11 (021) 3524879
*Grand Indonesia Lantai 3 Food Louver Unit SB-3-IE-A&B Jl. MH Thamrin No. 1 (021) 23581262
*Plaza Semanggi Kawasan Bisnis Granadha, Jl. Jendral Sudirman Kav. 50 08119359724

-Jakarta Selatan (9)
*Lotte Shopping Avenue Lt.4, Food Avenue Jl. Prof. Dr. Satrio Kav.3-5 (021) 29889477
*Plaza Festival, Lt. Ground Floor No.11-16 (021) 5278268
*Senayan City, Lt.5, Food Studio (021) 72781466
*Pondok Indah Mall 2, Food Court Lt.3, (021) 75920579
*Mall Ambasador, Lt.4, (021) 57933562
*Electronic City Lt.2, Kawasan SCBD, (021) 5152693
*Pondok Indah Mall 1, Lt 2, (021) 7506881       
*Jl. Melawai Raya No.3, (021) 7208042
*Gedung Sentra Pancoran, Lt. Dasar Jl. MT Haryono No.1 (021) 83700733

-Jakarta Utara: Mangga Dua Square, Lt. UG, Blok C43-C43A, (021) 62312337
-Jakarta Timur: Cibubur Junction GF Unit 37, (021) 87756667

-Banten (7)
*Aeon Mall BSD City Lantai 2 Unit 02-03 Jl. BSD Raya Utama (021) 29168018
*Food Temptation Lt.2 FC-03 Summarecon Mall Jl. Boulevard Raya Gading Serpong (021) 54204229
*Food Court Makan Sutra FC#26 Supermal Karawaci 1st Floor Tangerang (021) 5465698
*Terminal 2D, Kedatangan Bandara Soekarno Hatta (021) 29031418
*Red Corner unit A9P.058 Bandara Soekarno Hatta Terminal 1A (021) 29215857
*Plaza Bintaro Jaya, Jl. Bintaro Jaya Sektor 3A, (021) 7353362
*Bintaro Xchange, Lantai LG unit 168 Jl. CBD Boulevard Bintaro Jaya Blok 0-2 Bintaro Jaya Sektor 7, (021) 29864889
    -Bandung (4)
*BEC 2 Lantai SL, unit B-01 Jl. Purnawarman No. 11, (022) 20510202
*Ci-Walk Lantai 1 Unit 1-01 & 1-01A Jl. Cihampelas No. 160, (022) 82021777
*TSM Foodcourt Jl Gatot Subroto No. 289, 08118187131
*TSM Jl. Gatot Subroto No. 289, (022) 86012580

-Depok: Margocity Lt.2, Foodcourt Unit X-Y, Jl. Margonda Raya No. 358, (021) 29049336
-Bogor: Eatery Unit FCS-05 Botani Square Lantai 2 Jl. Raya Pajajaran, (0251) 8403609
-Bekasi (2)
*Mal Metroplitan 2, Lt.2 (021) 88861848       
*Food Temptation unit R-03 Summarecon Mall Bekasi Lt.3 (021) 29453969

DELIVERY SERVICE: 5655007

KELUARGA
ANAK LAKI-LAKI - MENANTU PEREMPUAN:
Sukendi Widjaya - Lena Widjaya
Lie Kay Hoat - Nanny Vidahlia Tanamas (Miming)
Lie Yauw Fat (Marsudi Singgih) - Mira Miranti (Lauw Ming Tju)
Lie Gun Fat - Meliana Halim

ANAK ANGKAT LAKI-LAKI - MENANTU ANGKAT PEREMPUAN:
Adi Tjahjadi (alm.) - Henny Harianto
Hanafi Tjahjadi - Ho le Fung

ANAK PEREMPUAN - MENANTU LAKI-LAKI:
Lie Soei Kun (Toronto, Canada) - Pang You Ming (alm.)
Lie Soei Hoa (Indrawati Widjaja) (alm.) -
Lie Yauw Tjoe (Julia Widjaja) - Abraham Koko Tanumihardja
Lie Pei Hung (Peily Dian Lie) - Herdian Hendrawidjaja
Lie Su Chen (Toronto, Canada) - Irwan Yap
Lie Mu Chen (Leona Marisa Lie) - Budi Hidayat Pringadi
Lie Lay Hung (Jenny Mokhtar) -

GOSIPNYA
Pada tahun 1959 Tjay Sioe Tjung bersama istrinya Loei Kwai Fong mulai membuka tempat makan di Jl. Gajah Mada 77, Jakarta. Saat itu ruangan hanya muat untuk empat meja dan hanya sanggup menampung 15-20 orang. Dapur pun di depan dan masih menggunakan kompor minyak. Setiap hari buka 2-3 jam menjelang makan siang. Meski menu yang ada saat itu hanya bakmi ayam, bakso dan pangsit tapi menjelang sore makanan sudah habis. GOSIPNYA saat itu mereka menjual sekitar 100 porsi bakmi per hari.

Nama Bakmi GM mulai dikenal pada 1962. Ketika itu meja telah ditambah menjadi 10 buah. Pada tahun 1968 ada pelebaran Jalan Gajah Mada sehingga rumah-rumah di kawasan itu harus dimundurkan sekitar 10 meter. Karena ada pembongkaran jalan, Bakmi GM sempat tutup sekitar setahun dan kemudian pindah ke Jalan Kejayaan, Jakarta Barat. Setelah pelebaran jalan selesai pada akhir tahun 1969, Bakmi GM kembali ke tempatnya semula dengan banyak perubahan seperti penambahan kapasitas meja menjadi 30 buah dan juga sudah ber-AC.

Pada tahun 1971 karena pelanggannya banyak dari Jakarta Selatan, banyak yang meminta agar Bakmi GM membuka gerai di kawasan itu sehingga manajemen PT Griya Miesejati membuka gerai di Melawai. Lokasi awalnya di dalam pasar tapi lalu pindah ke Jalan Melawai 3. Saat itu gerai di Melawai tidak seramai seperti di Jalan Gajah Mada sehingga manajemen berinisiatif menambah menu. Mereka lalu menyediakan bakmi goreng, nasi goreng dan bakmi ayam cah jamur yang ternyata mampu menyedot pengunjung lebih banyak.

Sementara itu, jumlah pengunjung Bakmi GM Jalan Gajah Mada sudah tidak tertampung lagi sehingga mereka pindah ke Jalan Gajah Mada 92 yang dapat menampung 62 meja. Menunya pun mulai ditambah bakmi goreng dan nasi goreng. GOSIPNYA saat itu rata-rata pengunjung Bakmi GM di Jalan Gajah Mada mencapai 500 orang per hari, sementara di Melawai mencapai 200 orang per hari.

Pada tahun 1986 gerai ketiga didirikan di gedung bioskop 21 di Jalan M. H. Thamrin (sekarang Gedung BII). Pada tahun 1989 melalui PT Griya Multirasa gerai keempat dibuka di Mal Pondok Indah. Pada tahun 1992 gedung bioskop dibongkar dan dijadikan gedung perkantoran sehingga gerai Bakmi GM pun terpaksa tutup. Untuk melayani pelanggan yang biasa berkunjung ke sana, Bakmi GM membuka gerai di Jalan Sunda dengan kapasitas 85-90 meja. Gerai ini dikelola PT Griya Mitrarasa dan didirikan dengan modal Rp. 200 juta. Pemegang sahamnya adalah Ferdy, Lie Kay Hoat, Peily Dian Lie, Wahyu Suryadi, Kristin Nina Sastra dan Rachman Sastra.

Tahun 1992 PT Graha Makmurindo Bogatama juga membuka gerai baru di Mangga Dua. Modal yang disetor adalah Rp. 60 juta dan dimiliki oleh Lie Tjik An, Lie Fiona Limurti, Lie Kok Khian dan Lie Soei Khoen. Pada tahun 1996 PT Griya Miesejati menambah gerai lagi di Kelapa Gading. Pada tahun 1997 PT Griya Murnirasa menambah gerai di Mal Puri Indah.

Hingga kini pengelolaan Bakmi GM masih didominasi keluarga. Anak-anak Tjay yang terlibat aktif adalah Yulia Widjaja, Sukendi Widjaja, Peily Dian Lie, Marsudi Singgih, Lie Kay Hoat, Lie Gun Fat dan Jenny Mokhtar. Mereka bahu-membahu mengelola Bakmi GM. Meski Yulia sebenarnya lebih berkosentrasi menangani gerai Melawai, terkadang ikut mengawasi gerai yang lain sedangkan Peily, selain banyak menangani kantor pusat, iklan dan promosi, juga menangani gerai-gerai. Adapun Marsudi lebih banyak menangani gerai di Jalan Gajah Mada.

GOSIPNYA sebenarnya pihak keluarga ingin Bakmi GM secepatnya dikelola oleh para profesional. Apalagi, beberapa orang dari generasi kedua sudah berniat mengundurkan diri. Sementara itu, anggota keluarga generasi ketiga tidak ada yang mau mengelola. Namun karena merasa belum siap, mereka terpaksa masih harus mengelola bersama.

Soes Merdeka



CABANG TOKO
-Bandung
*Jl. Merdeka No. 25-29 Telp. (022) 4235534 Bandung
*Jl. Lombok No. 30 Telp. (022) 4204746
*Jl. Jend. Gatot Subroto No. 10 Cimahi Telp. (022) 6648874

-Jakarta
*Jl. Buncit Baya No. 40 Telp. (021) 7993456
*Jl. Balai Pustaka Timur No. 11 Rawamangun Telp. (021) 4757603

-Depok
*Jl. Margonda Raya No. 395 Telp. (021) 7870068

-Bogor
*Jl. Bangbarung Raya No. 2 Blok AA-AB (Ruko Villa Indah Pajajaran ) Telp. (0251) 363024 - 363025

-Yogyakarta
*Jl. Kaliurang km 5,2 No. 26 Telp. (0274) 564824
*Jl. Gejayan No. 29-A Telp. (0274) 885968

-Surabaya
*Jl. Ngagel Madya No. 41 Telp. (031) 5024410
*Jl. May. Jend. Sungkono No. 29-A Telp. (031) 5668308

-Denpasar
*JL. Teuku Umar 220 Denpasar Telp. (0361) 7920808
*JL. Gatot Subroto Tengah 350 C Telp. (0361) 428333
*JL. Hayam Wuruk 214 A Telp. (0361) 2031666

GOSIPNYA
Pada mulanya Lik Mustoyo mendapat modal dari mertuanya di Garut sebesar 15.000 Rupiah. Rp. 5.000 ia belikan 10 unit becak sedangkan sisanya ia pakai untuk usaha kelontongan di Kosambi, Bandung.

Usaha yang ia jalankan ternyata cukup sukses sehingga ia mempunyai uang untuk membeli 13 perusahaan daerah milik pemerintah Jabar yang sudah bangkrut pada tahun 1970. Ia lalu mendirikan PT Tirta Ratna Group sebagai induk perusahaannya.

Karena tidak semua perusahaannya berjalan dengan baik, ia lalu menjualnya dan menginvestasikannya pada pabrik es di Garut, perusahaan daerah Badranaya, dan pabrik roti Merdeka yang ia beli pada 31 Mei 1969 dari Perusahaan Daerah Makanan dan Minuman (PD MAMIN) dengan modal 52 juta Rupiah.

Tahun 1980 perusahaannya mulai berekspansi setelah melakukan konsolidasi, revitalisasi aset, dan penjualan saham. Soes Merdeka yang merupakan pusat jajanan dan oleh-oleh pun mulai terkenal dan mengalami masa jaya pada dekade 1990-an. GOSIPNYA ketika itu dalam sehari bisa terjual 30.000 buah soes.

Disamping menjual produksi sendiri, Soes Merdeka juga memberi kesempatan kepada para pembuat kue basah untuk menjual produk mereka di Toko Soes Merdeka dan menjadikan mereka sebagai mitra. GOSIPNYA ada kurang lebih 150 industri kue rumahan yang menjadi mitra Soes Merdeka.

Saat ini Toko Soes Merdeka memproduksi sekitar 200 jenis kue dan menjual sekitar 600 jenis kue, termasuk beberapa jenis kue yang merupakan makanan khas tradisional dari berbagai daerah di Indonesia sehingga sangat tepat dijadikan sebagai tempat "One Stop Shopping" untuk belanja oleh-oleh khas daerah.

Ferry Sunarto


Ferry Sunarto lahir di Bandung pada 4 Juni dan merupakan anak bungsu dari 8 bersaudara yang semuanya adalah pria yang GOSIPNYA membuatnya menjadi sangat dekat dengan ibunya. Ketika beranjak dewasa, kecintaannya pada dunia mode semakin kuat sehingga saat duduk di bangku SMP ia berinisiatif mengambil kursus menjahit. Saat SMA ia membuatkan gaun untuk teman-teman wanitanya untuk acara Sweet 17.

Setelah lulus SMA, ia menempuh pendidikan mode di Taipei Fashion School. Ia meraih sederet prestasi diantaranya, Finalis Lomba Rancang Busana Asosiasi Pertekstilan Indonesia tahun 1993, Finalis Lomba Rancang Busana Kreatif 1994, Juara Lomba Perancangan Mode Indonesia yang diselenggarakan oleh Femina Group tahun 1995, dan Perancang Muda Berprestasi Jawa Barat tahun 2001. Bahkan pada tahun 2003-2006 ia dipercaya menjadi Ketua APPMI (Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia) Jawa Barat.

Setelah menempati lokasi di Jalan Kertanegara 23 selama 4 tahun, butiknya pindah ke Ciniru VI No. 15, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Namanya mulai terkenal ketika ia dipercaya merancang gaun pernikahan Pasha Ungu dan Adelia, pernikahan Aliya dan Ibas (Putra Presiden SBY), serta pernikahan Anang dan Ashanty.

Ciri khas rancangannya yang modern mampu mengubah kesan kebaya yang kuno menjadi berkelas dan menjadi kebanggaan bangsa Indonesia. Pada 31 Mei-2 Juni 2013, ia diundang untuk memamerkan koleksi kebayanya di Istana Kerajaan Schloss Buckeburg, Jerman dalam acara kerjasama promosi Pariwisata Indonesia-Jerman. Agenda ini merupakan pesta tahunan yang merupakan pesta rakyat untuk umum dan dibuka khusus satu tahun sekali oleh Pangeran Alexanderf Schaumburg-Lippe. Pada tahun 2013 ini, Indonesia dipilih dengan tema Wonderful Indonesia.

Sehari setelah pameran berlangsung, ia bersama Direktur Promosi Luar Negeri Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Nia Niscaya, diminta untuk bertemu secara privat di ruang tamu Puteri Nadja Anna Zsoeks untuk melakukan fitting kebaya. Di hari terakhir, ia kembali menggelar peragaan busana di luar area istana. Ia juga menampilkan putri batik asal Indonesia bernama Sekar Sari dimana acara itu menjadi bagian dari Fashion Closing Parade.

Orang Tua & ABC Grup





USAHA ORANG TUA
-Wafer, Biskuit & delicacies: Tango, Klop, Oops Wafer, Fullo, Fullo Blasto, Oops, Fugu, Oops 100K, Oops Hotsa
-Candy: Kurang Asem, Kurang Asem Chewy, Kurang Asem Hot, Oops Keju Kunyah, MintZ, Maxx Coffie, Cannon Ball, Blaster, Capilano's, Station Rasa
-Nut: Kaya King
-Minuman Sehat: Balancea, Kiranti
-Fermented Milk: Vita Charm
-Liquid Milk: Vita Milk Prebiotik, Rainbow
-Oral Care: Formula, ABC dent
-Minuman Nutrisi: Fit Active

USAHA ABC
Batu Baterai: ABC, ABC Alkaline
Minuman Energi: Kratingdaeng, Torpedo, Red Bull
Mi Instan: Mi ABC, Gurimi, Mi Selera Rakyat, Happy Mi
Minuman Kesehatan: You C1000
Minuman Kemasan: Nü
Snack: Mi ABC, Mi Remez

USAHA ORANG TUA & ABC
-Investasi
PT Anugerahtama Swadaya Mandiri
PT Artaduta Adipura
PT Djojonegoro Aditunggal
PT Pacific Tunggal Sejati
PT Sinarmutira Halim
PT Trimukti Nusantara Prima
PT Trijaya Fajar Cemerlang
PT Wisesa Halim Mandiri

-Makanan & Minuman
PT ABC President Enterprise Indonesia
PT Asia Health Energy Beverages
PT Asia Sejahtera Perdana Pharmaceutical
PT Asiatic Union Perdana
PT Darmex Oil and Fats
PT Embase Prima Food
PT Heinz ABC Indonesia
PT Indo Evergreen Agro Business
PT Panganmas Inti Persada
PT Perindustrian Bapak Djenggot
PT Sidoarjo Ciptanusa Food Industry
PT Ultra Prima Pangan Makmur
PT Uni Djaja
PT Djojonegoro C-1000

-Kimia
PT Everbright Battery Factory
PT Hari Terang Industrial
PT Indonesia Pet Bottle
PT International Chemical
PT Petindo Jaya Sakti

-Pariwisata
PT Crownprice Jasaboga
PT Ika Surya Fajar
PT Puri Ngayojokarto
PT Happy Day Utama

-Toilet
PT Chandramadya Cemerlang
PT Ultra Prima Abadi
PT Brushindo Cemerlang

-Perdagangan
PT Anugrahtama Binacitra
PT Arta Boga Cemerlang
PT Asti Dama Adhimukti
PT Borfiah Prima Cemerlang
PT Chandrasatya Adiperkasa
PT Chandrasatya Cemerlang
PT Diaharta Adil Makmur
PT Duta Nusa Idaman
PT Dwijaya Fajar Cemerlang

-Logam
PT Ancol Terang Metal Printing Industry
PT Ancol Terang Moderindo
PT Ultra Kemas Langgeng Bersama

-Properti
PT Crownprince Perkasa
PT Gunarajuli Setia
PT Melatitunggal Intiraya

-Keuangan: PT HD Finance
-Kertas: PT Haniwell Murni Company
-Luar Negeri
*Asia Buana Travel & Co. Azo International (Pte) Ltd. (Singapura)
*Sin Tong Travel Services

KELUARGA
Chu Sam Yak (Chandra Djojonegoro)
anak 1: Husain Djojonegoro - Theresjah Irawati Wijardie
anak 2: Chu Jang Lie - Johnlin Yuwono
anak 3: Hamid Djojonegoro - Soe Joeng Hua
anak 4: Pudjiono Djojonegoro - Lie Fie Chen

Chu Sok Sam
anak 1: Chu Pak Hway (Kogan Mandala Chu) - Lee Soei Boan
anak 2: Chu Kok Wai (Sumito Chu) - Ma Chai Ping
anak 3: Chu Kok An (Vincent Kus Chu) - Chen Li Ying

GOSIPNYA
Cikal bakal Grup ABC bermula dari usaha keluarga yang didirikan oleh dua bersaudara: Chandra Djojonegoro alias Chu Sam Yak dan Chu Sok Sam di Medan pada 1948. Awalnya mereka berdagang anggur tradisional yang dikemas dalam botol. Pada 14 Februari 1950, mereka menggandeng Lim Kok Liang, Lim Tong Chai, dan Lim Mia Chuan untuk mendirikan NV Handel Maatschappij May Lian & Co. Perusahaan ini memproduksi minuman anggur tradisional Cap Orang Tua di Semarang, Jawa Tengah.

Perusahaan ini lalu berubah menjadi PT Perindustrian Bapak Djenggot (PBD) yang merupakan cikal bakal Grup Orang Tua dan Grup ABC. Di PBD, kepemilikan saham Chu Sam Yak dan Chu Sok Sam mencapai 42,4%. GOSIPNYA PBD tercatat sebagai produsen terbesar herbal wine tradisional yang menguasai sekitar 70% pangsa pasar.

Tahun 1959 Grup Orang Tua mendirikan PT Everbright Battery Factory yang memproduksi baterai ABC. Keluarga Chu menguasai 31% sahamnya. Tahun 1968 mereka mendirikan International Chemical Ind. CL. Di perusahaan ini dua bersaudara itu memiliki 46,4% saham. Tahun 1973, mereka makin agresif mengembangkan perusahaan dengan mengakuisisi PT Uni Djaja sebesar 31,9% di Medan.

Bisnis consumer goods mulai dirambah dua Chu pada 1975 dengan mengibarkan PT ABC Central Food Industry. Di perusahaan ini mereka menguasai 53% saham. Tahun berikutnya, mereka masuk ke industri toiletries dengan produk perdana sikat gigi Formula lewat PT Ultra Prima Abadi. Di perusahaan ini keluarga Chu tercatat sebagai pemegang saham mayoritas dengan penguasaan 68,5% saham. PT Ancol Terang Printing yang membidangi kemasan kaleng mereka dirikan pada tahun 1978 dengan kepemilikan 40%.

Husain Djojonegoro

Dekade 1980-an, bisnis mereka tambah menggurita di tangan generasi ke-2. Chu Sok Sam meninggal dunia tahun 1986 dan disusul oleh Chandra tahun 1988. Usaha mereka lalu diteruskan oleh tiga putra Chandra: Hamid, Husain, Pudjiono Djojonegoro (anak perempuan Chandra, Chu Jang Lie, tidak ikut serta) dan dibantu oleh anak-anak dari Chu Sok Sam yaitu Kogan Mandala Chu, Sumito Chu, Vincent Kus Chu.

Upaya melanggengkan bisnis keluarga ini memicu mereka membangun perusahaan investasi yang berfungsi mewakili kepemilikan saham di perusahaan. Masing-masing dari mereka membangun kerajaan bisnis sendiri, meski terlihat ada saling silang kepemilikan, misalnya di PT Arta Boga Cemerlang, Hamid memiliki 25% saham pribadi dan sisanya dimiliki anak-anak Chu Sok Sam.

Di antara ketiga generasi kedua keluarga Chu, Hamid terlihat yang paling agresif mengembangkan bisnis pribadi meski kemudian dikembangkan dalam skema kerja sama antar keluarga. Selain Arta Boga Cemerlang, Hamid juga tercatat sukses mengibarkan PT Puri Ngajogjakarta (hotel bintang empat di Yogyakarta berkapasitas 200 kamar), PT Crownprince Jasaboga dan pabrik minyak goreng PT Darmex Oil & Fat di Bekasi.

Tahun 1982 Hamid mendirikan PT Panjang Jiwo Pangan Makmur di Surabaya. Perusahaan ini memproduksi aneka minuman kesehatan seperti Kiranti, Larutan Penyejuk Panjang Jiwo, Larutan Penyejuk Orang Tua dan juga permen Tango. GOSIPNYA saat itu Kiranti tercatat sebagai satu-satunya produk minuman kesehatan bagi wanita yang sedang menstruasi di Indonesia. Sementara itu, permen Tango menempati posisi ke-6 dari 10 pemain di industri permen dalam negeri.

Di tangan Hamid, Husain, dan Kogan, kelompok usaha ABC dan Orang Tua makin menggurita dan merambah berbagai lini bisnis. Ekspansi pun terus dilakukan dengan 3 cara yaitu akuisisi, usaha patungan (joint venture), dan mendirikan perusahaan baru. Tahun 1983 Chandra membangun PT Haniwell Murni Company. Di perusahaan yang menghasilkan pembalut wanita merek Innosense, Honeysoft, dan Modess untuk PT Johnson & Johnson Indonesia itu, keluarga Chandra memiliki saham 50%.

Geliat pasar batu baterai yang menggairahkan membuat mereka kembali mengakuisisi perusahaan lain pada 1982. Separuh saham PT Hari Terang Industrial Co. Ltd. dicaplok. Untuk menguasai pasar batu baterai nasional, pada 1989 PT FDK Indonesia dikibarkan dengan kepemilikan saham 22,5%. Dengan memiliki empat pabrik batu baterai (Everbright, International Chemical, Hari Terang, dan FDK) mereka adalah raja batu baterai Indonesia dengan menguasai 65% pangsa pasar, sisanya diperebutkan oleh pesaing mereka seperti Philips, National dan Eveready. GOSIPNYA skala bisnis baterai Grup ABC saat ini adalah yang terbesar di dunia. Baterai ABC telah diekspor ke lebih dari 50 negara dengan menggunakan merek berbeda-beda. Grup ABC juga melayani permintaan produksi melalui sistem toll manufacturing (memproduksi dengan nama merek sesuai pesanan). GOSIPNYA pasar ekspor ini berkontribusi atas 40% pendapatan baterai ABC.

Sukses sikat gigi Formula membuat mereka lebih agresif lagi menggarap ladang toiletries. Lewat PT Brushindo Cemerlang (yang kemudian lebih dikenal dengan PT Ultra Prima Abadi 2 dan 3) yang didirikan tahun 1984, mereka tampak serius menggarap pasar sikat gigi dan pasta gigi. Selain Formula, mereka juga meluncurkan merek Durodont, ABC Dent, dan Formula Junior. Di perusahaan ini keluarga Chu tercatat mempunyai saham 78,9%. Sikat gigi Formula mencatat rekor sebagai pemimpin pasar (30%), mengalahkan Pepsodent dan Oral B. Merek Formula juga mencatat prestasi dengan produk inovasi terbarunya: pembersih lidah.

Pada tahun 1985 Grup Orang Tua membentuk holding company dengan nama ADA, singkatan dari Attention, Direction and Action. Peningkatan kapasitas produksi dan bertambahnya produk yang dihasilkan membutuhkan tim penjualan yang baik. Untuk menangani jalur distribusinya, ADA menunjuk PT Arta Boga Cemerlang yang telah berpengalaman sejak tahun 1948 sebagai distributor tunggal di Indonesia.

Tahun 1995 ADA kembali berganti nama menjadi Orang Tua. GOSIPNYA merek Orang Tua telah mengakar dalam masyarakat Indonesia dan juga identik dengan minuman kesehatan tradisional di benak konsumen sehingga diperlukan pengubahan nama dan logo.

Divisi penjualan Arta Boga Cemerlang dibedakan atas 3 divisi: divisi Food & Confectionaries (FC) yang menjual produk makanan, divisi Personal Care (PC) yang menjual produk non makanan dan divisi Sweet Water Plus (SW+) yang menjual produk minuman. Pasar tradisional dilayani oleh tim grosir dan tim pengecer. Sedangkan pasar modern dilayani oleh tim supermarket, minimarket dan hypermarket.

Sementara itu, di industri consumer goods, mereka mulai melirik pasar biskuit dengan membangun PT Danone Biskuit Indonesia pada 1994. Di sini keluarga Chu menguasai saham 26%. Setahun berikutnya, mereka juga membangun PT Danone Biskuits Sales & Distribusi. Saham mereka di sini sangat kecil, hanya 5%. Namun pada tahun 1998 dan 1999, kepemilikan saham di kedua perusahaan itu dilepas yang GOSIPNYA sih karena krisis ekonomi. Divestasi saham juga dilakukan tahun 2000 terhadap kepemilikannya di PT FDK Indonesia sebesar 22,5%. Mereka lantas mendirikan FDK Intercallin, perusahaan patungan dengan Alpha Industries Co. Ltd. dan Fuji Electrochemical Co. Ltd. yang memproduksi baterai Alkaline. Perusahaan ini dipercayakan pengelolaannya pada Husain.

Melepas saham di Danone tidak membuat ambisi mereka di bisnis consumer goods surut, mereka malah makin agresif dengan menggandeng perusahaan besar dari AS, H.J. Heinz. Nama perusahaan pun yang semula PT ABC Central Food berubah menjadi PT Heinz ABC Indonesia. Langkah aliansi ini dilakukan untuk memperkuat posisi produk ABC di kawasan Asia. Sejak 1980 produk sirup, sambal, dan saus tomat mereka sudah diekspor ke berbagai negara, seperti AS, Kanada, Australia, Singapura, Malaysia, Brunei, Taiwan, Hong Kong, Jepang, Denmark, Arab Saudi, Belanda, dan Inggris. Sampai saat ini perusahaan ini memiliki tiga pabrik: di Karawang, Daan Mogot (Jakarta), dan Pasuruan. PT Heinz Indonesia dikendalikan oleh Kogan.

Menggandeng pihak asing juga mereka lakukan dalam memproduksi Kratingdaeng, melalui PT Asiasejahtera Perdana Pharma (1991). Minuman energi ini berasal dari Thailand, dengan merek Red Bull. Di perusahaan ini mereka memiliki saham sampai 65%. Perusahaan ini di bawah komando Husain. Ia juga tercatat mempunyai bisnis pribadi, antara lain PT Indofica Housing yang bergerak di bidang properti di Sunter, Jakarta; restoran Crystal Jade Palace di Jakarta; dan pemilik saham PT Bank Alfa sebesar 20% meski dilikuidasi Pemerintah pada 1997.

Tahun 1990-an, lewat grup, mereka juga agresif mengakuisisi beberapa perusahaan. Tercatat perusahaan yang dibeli, PT Gunarajuli Setia (61,5%), PT Melati Tunggal Intiraya (61,5%), Asti Dama Adhimukti (97,5%), PT Duta Nusa Idaman (100%), Rajuli Reksa (68,5%), Asiatic Union Perdana (75%), dan terakhir tahun 1999 mengakuisi PT Ultra Prima Pangan Makmur (68,5%). PT Rajuli Reksa kemudian berubah menjadi PT Ultra Prima Abadi 4 yang merupakan pabrik shampo di Jakarta dengan merek Atalia. Sementara itu, Ultra Prima Pangan Makmur adalah produsen biskuit wafer Tango dan Milcow. Wafer Tango tercatat sebagai pemicu kebangkitan pasar wafer yang terkesan tidur sehingga dengan cepat Tango mengalahkan kepopuleran biskuit Khong Guan. Tango membuat terobosan dengan mengemas wafernya lebih sederhana dengan kemasan kecil. Didukung komunikasi dan aktivitas pemasaran yang gencar, wafer Tango sukses memimpin pasar biskuit wafer.

Meski begitu, Grup ABC tak selalu menuai sukses. Mie ABC dan Mie President yang dihasilkan oleh PT ABC President Enterprises Indonesia yang didirikan tahun 1992 dengan kepemilikan saham 32,9%, masih jauh tertinggal dari dominasi Indomie keluaran Indofood. Kegagalan Mie President hasil kerjasama dengan President Enterprise Taiwan cukup ironis karena Mie President di Taiwan memimpin pasar. GOSIPNYA kegagalan disebabkan Indofood habis-habisan menyumbat gerak-gerik Mie President. Akibatnya, kerjasama Grup ABC menyuplai kecap dan sambal ke Indofood berantakan. Akibat saling curiga, hubungan keduanya putus dan Kerjasama berakhir tahun 1995. Sementara itu, mi instan Selera Rakyat dan Happy Mie yang diproduksi oleh PT Artha Milenia Pangan Makmur juga tengah digenjot pemasarannya.

ABC juga pernah gagal memasarkan produk minuman bervitamin kemasan botol, Unix. Minuman berkarbonasi orange ini dimatikan karena konsumennya sangat jarang. GOSIPNYA konsumen bingung apakah Unix minuman kesehatan atau pelepas dahaga. Selain itu produk toiletries ABC seperti pasta gigi ABC dent saat ini berada di pangsa pasar yang amat marginal. Produk bedak badan dan shampo merek Atalia juga semakin menghilang. Sementara Haniwell, produk pembalut wanita/bayi, penjualannya tidak begitu menonjol.

Kisah tragis sempat mewarnai produk minuman Galin Bugar. Dalam dua bulan produk baru ini dipasarkan dengan dana milyaran Rupiah di berbagai stasiun TV, termasuk mensponsori acara-acara tinju. Tapi secara tiba-tiba produksi Galin Bugar dihentikan. GOSIPNYA Hamid menganggap adiknya, Husain, mengganggu pasar Kratingdaeng.

Meski begitu, Grup ABC masih tetap kokoh. Ketika krisis moneter tahun 1997 banyak menumbangkan perusahaan-perusahaan besar, tak ada satu pun perusahaan dalam Grup ABC yang dilikuidasi, malahan ada 7 perusahaan baru yang didirikan pasca krismon. GOSIPNYA hal itu dikarenakan pengembangan bisnis mereka tidak pernah terlalu melebar seperti grup lain. Husain memang pernah mempunyai kepemilikan saham di Bank Alfa tapi atas nama pribadi, bukan grup. Sangat sulit mendapatkan berita mengenai para pemilik Grup ABC ini karena Grup ABC tidak go public dan mereka tidak wajib melaporkan kondisi perusahaan kepada publik (GOSIPNYA sih mereka tidak mau dekat dengan pemerintah karena takut dijadikan sapi perahan pemerintah Orde Baru).

Pada tahun 2001 Arta Boga Cemerlang mendirikan pusat distribusi logistik tersendiri yang menyediakan jasa gudang/penyimpanan bagi para produsen dan memiliki jaringan pengiriman yang luas ke seluruh Indonesia. Hal ini menjamin ketepatan waktu pengantaran ke setiap kota dan pulau di Indonesia. GOSIPNYA menurut mereka hal ini dikarenakan aspek distribusi merupakan kekuatan inti pemasaran.

GOSIP HAMID DJOJONEGORO
Hamid Djojonegoro & Soe Joeng Hua

Diantara 4 anak Chandra, Hamid adalah yang paling temperamental. Sesekali Hamid ke kantor untuk mengecek keadaan. Pada Juni 2003 kemarahannya meledak karena bad debt mencapai Rp. 1,2 milyar. Yang paling besar adalah di Jawa Barat, 500 juta Rupiah. Kepala wilayah yang bertanggung jawab harus menemukan alasan tepat yang mengakibatkannya, meski uang macet itu tak sebanding dengan target penjualan satu wilayah yang rata-rata Rp. 30-40 milyar/bulan. Kalau tak ada alasan yang masuk akal dan meyakinkan, kepala wilayah harus bersiap-siap menerima omelan Hamid.

Kepala wilayah yang uangnya macet itu bisa dikatakan beruntung karena ternyata ada uang yang tak tertagih. Yang lebih sial adalah rekannya di bagian keuangan yang kena damprat gara-gara laporan keuangan jeblok meski bagian keuangan hanya bertugas melaporkan. Padahal, seringkali target meleset akibat terlampau kuatnya tekanan Hamid yang selalu mematok pertumbuhan 30% per tahun. Dalam presentasi rencana penjualan, bagian pemasaran dan distribusi tak berani memasang target lebih kecil dari tahun sebelumnya. Meski dinilai baik, target tersebut tidak selamanya bisa direalisasikan karena situasi kadang tidak menentu seperti melesunya pasar membuat tagihan sulit ditarik sehingga mengakibatkan bad debt.

GOSIPNYA terkadang persoalan malah dibuat oleh Hamid sendiri. Suatu waktu Hamid pernah membatalkan iklan komersial yang sudah selesai dibuat dan siap tayang di televisi karena mendadak ia merasa kurang sreg dengan iklan itu. Tapi, seminggu setelahnya mendadak Hamid memutuskan untuk menayangkan iklan itu. Akibatnya, terbuanglah uang Rp. 500 juta lebih secara sia-sia dan di akhir tahun, bagian keuangan mesti siap kena omelan gara-gara ada pembengkakan biaya. Bukan cuma itu karena Grup Orang Tua belum mengonsolidasi sekian banyak anak perusahaannya, maka satu perusahaan bisa mendadak harus mengeluarkan anggaran tidak terduga untuk perusahaan lain. Ini murni keputusan Hamid dan tidak seorang CEO pun berani menolak.

Para kepala wilayah juga beruntung karena Hamid kini tak lagi seperti dulu yang GOSIPNYA bila kemarahannya sudah tak terkontrol LCD seharga Rp. 40 juta bisa 3-4 kali hancur karena dibanting. GOSIPNYA ketika Mie ABC penjualannya dianggap gagal, sekitar 25 manajer dipecat sebagai hukumannya.

GOSIPNYA kini temperamen itu perlahan-lahan mulai menyusut karena pengaruh James Riady yang religius. GOSIPNYA keduanya bertemu di suatu gereja karena merupakan jemaat di gereja yang sama. Perlahan-lahan Hamid juga mulai bisa menghargai proses bukan hanya berorientasi target. Yang mendorong Hamid mudah marah adalah karena ia orang yang perfeksionis dan menjauhi sikap berpuas diri. Ia tidak hanya menjadi orang yang selalu menuntut, tapi juga sangat menghargai prestasi. Uang Rp. 100 juta bisa dihadiahkan pada mereka yang prestasinya bagus.

Hamid dinilai sebagai karakter pemimpin yang inovatif dan visioner. Ketika bepergian ke luar negeri misalnya, ia membeli produk-produk yang ia anggap belum ada di Indonesia. Kiranti dan Kratingdaeng adalah beberapa contohnya. Tapi, karena ia adalah orang yang perfeksionis, ia sering meminta anggota keluarganya mencoba terlebih dulu sebelum dilempar ke pasar. Pada saat Kiranti belum meluncur contohnya, istrinya dipaksa mencicipi selama tiga bulan penuh untuk melihat sejauh mana khasiatnya. Bahkan, karena saking rajinnya ia mencermati produk, ruang rapat di lantai empat kantor PT Arta Boga Cemerlang ia ubah jadi seperti supermarket. Rak-rak penuh dengan barang, bukan hanya dari produk buatan sendiri, tapi juga milik pesaing dan produk dari luar negeri.

Selain produk, ia juga kerap membawa oleh-oleh buku sepulang dari mancanegara. Ia sangat memperhatikan pengetahuan para karyawannya sehingga pada tahun 2001 ia mewajibkan seorang karyawan ikut pelatihan dua kali dalam sebulan. Selain menempel kutipan-kutipan motivasi di dinding kantor, ia mengembangkan I-Care (Intelectual Capital Asset REsources), institut pengembangan sumber daya, meniru Astra Management Development Institute. Ia juga mendorong karyawannya belajar langsung dari lapangan, tidak hanya di ruang kelas atau kantor. Kepada semua karyawan, baik level manajer yunior maupun CEO, bagian pabrik maupun keuangan, diwajibkan mengetahui urusan pasar.

Kegiatan ini dilakukan minimal dua minggu sekali. Bila jadwal kunjungan sudah diatur, hari Minggu pun CEO harus mau merambah pasar becek. Bukan cuma eksekutif yang diperlakukan seperti itu, bahkan anak-anaknya pun diwajibkan melakukan hal serupa. Setiap liburan sekolah tiba, Hamid menyuruh mereka pulang dari Amerika Serikat untuk pergi ke pasar becek. Anak tertuanya, Soeharto sering disuruh kerja lembur, sementara anak perempuannya berjualan keliling Sumatera.

Bila Hamid tergolong orang yang percaya SDM terdidik, Husain sangat mementingkan keahlian, meskipun hanya lulusan SMA. Perbedaan ini sempat menjadi masalah ketika perusahaan milik Husain, PT Hari Terang, merger dengan ABC pada tahun 1997. Karyawan yang tidak tersaring kriteria Hamid, yakni berpendidikan tinggi, sempat mengganggu suasana dengan menyebarkan isu macam-macam.

Berbeda dengan Husain, Hamid masih mengatur hingga ke urusan teknis. Masalah pengangkatan kepala cabang misalnya, ia masih ingin tahu orangnya seperti apa. Bahkan untuk masalah pembelian mobil seharga Rp. 125 juta pun harus mendapat persetujuan darinya. Meski banyak perbedaan, keduanya sama-sama memegang kendali atas empat hal: keuangan, pajak, database dan hal-hal menyangkut investasi. Kesamaan lainnya mereka sering menerapkan elevator test decision making. Artinya, keputusan bisa diambil secepat ketika kita naik lift. Ketika ada yang mengajukan proposal maka waktu yang disediakan hanya dua menit untuk membicarakannya. Menit ketiga, keputusan sudah diambil. Mereka juga sama-sama tidak ingin terlihat kaya. Mereka jarang memakai dasi, pergi ke kantor memakai selop dan naik Toyota Kijang. Hal yang kontras terjadi di Singapura dimana mereka mengendarai Porsche, mengoleksi porselen, barang antik dan lukisan mahal.

Stephanie Riady & Soebroto Djojonegoro

Pernikahan Stephanie & Soebroto dihadiri Susilo Bambang Yudhoyono

Hubungan Hamid dengan James Riady ternyata berbuah pernikahan anak sulung Hamid, Soeharto, dengan putri sulung James, Caroline, pada 18 Juni 2005. Hubungan harmonis Hamid dengan James berlanjut dengan pernikahan anak ketiga Hamid, Soebroto, dengan anak ketiga James, Stephanie pada 22 september 2012 di Hotel Ritz Carlton, Jakarta.

Keluarga Djojonegoro berada di peringkat ke 34 orang terkaya di Indonesia versi majalah Forbes tahun 2013 dengan kekayaan 875 juta Dolar AS.

Mi Naripan

John Christando

CABANG TOKO
-Naripan 108 Bandung telp. 022 420 5526 / 423 5808
-Riau Junction Level 3, LLRE Martadinata 17-21 Bandung
-Pita Niaga 9 Kota Baru Parahyangan Padalarang telp. 022 680 3030
-Kelapa Gading Square Blok B 48B Jakarta telp. 021 4586 9828
-Muara Karang Raya Blok Z 6 Selatan No. 19 Jakarta Utara telp. 021 6669 3516

GOSIPNYA
Kedai milik John Christando yang berdiri sejak tahun 1965 ini menawarkan yamien dengan resep keluarga turun temurun. Kedai ini juga menawarkan menu makanan lain seperti nasi goreng, nasi tim, puyunghai, capcay, ifumi, bihun, bubur hingga tahu baso.

Pada hari libur dan akhir pekan kedai ini selalu dipenuhi pembeli setianya. Menurut para pelanggannya, Mi Naripan tidak kalah kenyal dengan Mi Linggarjati dan masih lebih kenyal dibanding Mi Gajah Mada atau Mi Gang Kelinci. GOSIPNYA makanan tertentu di kedai ini sangat lezat karena tidak halal bagi kaum muslim.

Robert Tantular

Robert Tantular (Tan Heng Keng)
lahir 12 September 1962 di Jakarta
ayah: Hashim Tantular (Tan Tiong Sim)
ibu: Furniati Onggo Widjaya
istri: Sofie Tanudjaja (Tan Chi Fang)
kakak ke 1: Hovert Tantular (Tan Hing Ho)
kakak ke 2: Theresia Tantular
kakak ke 3: Theresia Huniwati Tantular (Tan Khe Hun)
kakak ke 4: Theresia Dewi Tantular
adik: Anton Tantular (Tan Hing An)

GOSIPNYA
Robert Tantular adalah anak ke 5 dari 6 bersaudara dari seorang pedagang batik di Tanah Abang, Hashim Tantular. Bisnis batik ayahnya terbilang sukses sehingga Hashim mendirikan Bank Central Dagang (BCD) tahun 1965. Robert belajar di SD dan SMP Kristen Karunia, Pasar Baru, Jakarta. Ia melanjutkan pendidikan di SMA Kristen I BPK Penabur, Pintu Air, Jakarta. GOSIPNYA Robert bercita-cita menjadi dokter tapi tidak diterima di fakultas kedokteran UI. Ia lalu mengambil jurusan civil engineering di Universitas Carleton, Kanada dan lulus tahun 1985. Ia lalu melanjutkan studi di Universitas George Washington, AS dan meraih gelar MBA tahun 1988.

Tahun 1989, Hashim mengubah perusahaan penukaran uang Century Intervest Corporation (CIC) menjadi bank CIC International. Hal itu disebabkan adanya kebijakan pemerintah berupa paket ekonomi Oktober 1988 (Pakto 88) yang mengizinkan siapapun untuk mendirikan bank jika memiliki modal awal 10 milyar Rupiah. Hashim memiliki 6 anak yang GOSIPNYA semuanya bermasalah dengan korupsi. Ketika Hashim meninggal tahun 1995, BCD dikendalikan anak sulungnya, Hovert sedangkan Robert mengelola Bank CIC. Kedua bank itu berkembang sehingga pada Juni 1997 aset BCD mencapai Rp. 1 trilyun sedangkan aset CIC mencapai Rp. 673 milyar.

Ketika krisis ekonomi terjadi, BCD ambruk. Pemerintah memberi Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) sebesar Rp. 1,9 trilyun tapi tetap tak mampu bertahan dan dilikuidasi. Hovert diduga membawa kabur uang itu ke Singapura. Kasusnya tidak jelas dan menghilang hingga kini. Meski BCD hancur, Bank CIC malah meningkat setelah menjadi PT tahun 1997. Pada Juni 1998 aset CIC mencapai Rp. 1,9 trilyun dan tahun 2000 mencapai 3,5 trilyun. Bank CIC merupakan bank yang berfokus dalam bisnis valuta asing. Robert memutar dana secara agresif ke berbagai investasi. GOSIPNYA pada tahun 1998 Robert memakai dana nasabah hingga 25 juta Dolar AS. Tahun 1999 Bank CIC menjadi bank berpredikat A tapi Robert tak lulus uji kelayakan dan kepatutan sebagai direktur utama karena terkait dengan kakaknya Hovert.

Tahun 1999-2003 Budi Mulya menjadi direktur Bank Ekspor Indonesia. Sebagai salah satu bank devisa, CIC kerap bekerja sama dengan Bank Ekspor Indonesia untuk membiayai perdagangan internasional. Pada Mei 2001, Robert mendatangi kantor Budi Mulya di gedung Bursa Efek Indonesia, kawasan Sudirman Central Business District, Jakarta Selatan. Robert berkeluh-kesah tentang pemeriksaan Bank Indonesia yang memberatkan dirinya dan bank miliknya. Saat itu, CIC dalam pengawasan khusus bank sentral dengan status cease and desist order, tanda dibatasinya kegiatan usaha suatu bank. Setiap keputusan perseroan harus mendapat persetujuan tim bentukan Bank Indonesia.

Pengawasan khusus itu dilatarbelakangi pemeriksaan Bank Indonesia yang menunjukkan CIC tak menjalankan prinsip kehati-hatian. Rasio kecukupan modalnya minus 83,06% dan ada kekurangan modal Rp. 2,67 trilyun. Ada juga pelanggaran batas maksimum pemberian kredit sebesar 852,18% kepada 15 debitor tak terafiliasi dan 639,44% kepada lima debitor terafiliasi. GOSIPNYA Robert juga memakai dana Bank CIC untuk kepentingan pribadi, salah satunya adalah penggunaan dana dari program Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) yang dinamai General Sales Marketing 102. Program ini merupakan fasilitas jaminan kredit untuk mendorong ekspor komoditas pertanian dan peternakan negeri Amerika Serikat. Selama 1999-2001, Bank CIC kebagian 80%, senilai 840 juta Dolar AS, dari dana yang digelontorkan Commodity Credit Corporation, badan di bawah USDA.

Dana itu diputar ke berbagai investasi jangka panjang, sebagian besar dilakukan melalui Chinkara Capital, perusahaan Robert yang didirikan di Kepulauan Bahama tahun 1999. Robert lalu meninggalkan jabatannya di CIC dan GOSIPNYA menempatkan kakaknya, Theresia Dewi Tantular, di CIC. Pada 6 Desember 2004 Bank CIC, Bank Danpac dan Bank Pikko bergabung menjadi Bank Century.

Pada Januari-Oktober 2008 Dewi melakukan penggelapan valas. Dewi mencairkan dana deposito milik nasabah terbesarnya yang juga memiliki pabrik rokok Sampoerna, Boedi Sampoerna yang disimpan di Bank Century Kertajaya Surabaya dan memindahkannya ke Bank Century Senayan Jakarta untuk dipisah menjadi 2 sertifikat deposito masing-masing senilai Rp. 2 milyar. Setelah dana tersebut dipindahbukukan, pada 14 November 2008 Robert memerintahkan Kepala Kasir Valas Bank Century, Tan Ie Tung, untuk mendebet dana sebesar 18 juta Dolar AS untuk dimasukkan ke dalam pembukuan valas Bank Century. Hal ini dilakukan sebagai upaya menutupi penggelapan valas yang dilakukan oleh Dewi.

Menurut Robert, ia meminjam uang Boedi pada 14 November 2008 sedangkan menurut Boedi ia tak pernah meminjamkan depositonya kepada Robert dan Dewi Tantular. Sebelum masalah terjadi GOSIPNYA Boedi sudah mengantisipasinya dengan meminta depositonya senilai 96 juta Dolar AS dipindahkan dari kantor cabang Surabaya-Kertajaya ke Kantor Pusat Operasional di Senayan Jakarta. Pemakaian uang Boedi oleh Dewi Tantular senilai 18 juta Dolar AS terjadi setelah pemindahan ini.

GOSIPNYA Boedi meminta Mantan Kepala Badan Reserse Kriminal (Kabareskrim) Mabes Polri, Susno Duadji untuk menyelamatkan uangnya di Bank Century. Pada 7 dan 17 April 2009 Susno mengirimkan surat ke Bank Century yang intinya menyatakan 18 juta Dolar AS milik Boedi Sampoerna tak ada masalah.

Berdasarkan surat dari Susno itu, pada 29 Mei 2009 dana milik Boedi Sampoerna diganti oleh manajemen Bank Century dengan cara menerbitkan deposito atas nama PT LSB dan dibukukan sebagai kerugian Bank Century. Transaksi itu membebani Penyertaan Modal Sementara (PMS) sebesar 18 juta Dolar AS. Padahal Robert telah menyatakan pencairan dana milik Boedi itu merupakan pinjaman Robert kepada Boedi untuk mengembalikan dana Bank Century yang digunakan oleh Dewi. Hal itu dikuatkan Robert dan Dewi dengan membuat surat pengakuan utang kepada Boedi pada 14 November 2008. GOSIPNYA Susno meminta uang sebesar Rp. 10 milyar atas jasanya itu dan hal inilah yang membuat Susno terkait dengan kasus Bank Century.

Berdasarkan penelusuran Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) diketahui bahwa kasus tersebut telah diputuskan oleh PN Jakarta Utara No. 413/PSdr.DT.G/2009/JKT.UT tanggal 10 Juni 2010 yang menghukum tergugat untuk membayar ganti rugi kepada Bank Mutiara (dulu Bank Century) sebesar 18 juta Dolar AS. “Seharusnya penggantian deposito Boedi Sampoerna di Bank Century yang digunakan Dewi Tantular untuk menutup kerugian kas valas sebesar US$18 juta seharusnya tak menjadi beban PMS, tetapi diganti oleh Dewi Tantular atau Robert Tantular,” tulis dokumen BPK.

Masalah dengan ribuan nasabah dimulai ketika pada Agustus 2008 PT Antaboga Delta Sekuritas Indonesia yang juga sebagian sahamnya dimiliki Robert Tantular memasarkan produk investasi discretionary fund. Discretionary fund adalah kontrak pengelolaan dana antara nasabah dan manager investasi. Customer Service Bank Century menawarkan pada para nasabah pengalihan dana rekening untuk diinvestasikan ke salah satu produk Antaboga dengan iming-iming bunga 13% dalam tiga bulan. GOSIPNYA nasabah menyangka produk itu adalah reksadana terproteksi sehingga nasabah yakin bahwa modal awal pasti akan kembali ditambah dengan hasil bunganya. Sebagai bukti investasi, para nasabah hanya diberi selembar kertas sertifikat berwarna coklat, berlabelkan tulisan discretionary fund di pojok kanan atas, meski telah dilarang oleh Bank Indonesia pada tahun 2005. Produk tersebut tidak dilaporkan atau dicatatkan di Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK).

Setelah meraup Rp. 1,4 trilyun dari sekitar 5.000 nasabah, pada pertengahan November 2008 direksi Antaboga mengeluarkan surat edaran tentang waktu jatuh tempo redemption. Direksi Antaboga meminta para nasabah memperpanjang redemption seluruh produk investasi hingga beberapa bulan lagi dengan rincian 10% akan dibayar pada bulan pertama, 40% bulan ketiga, dan sisanya akan dibayarkan enam bulan kemudian. Sebenarnya nasabah Antaboga sudah resah ketika investasi mereka tak bisa dicairkan meski sudah jatuh tempo sejak bulan September 2008 dan pengumuman itu menimbulkan kecurigaan para nasabah bahwa discretionary fund Antaboga tidak beres sehingga redemption besar-besaran pun tak terhindarkan dan akhirnya gagal bayar.

Para nasabah pun ramai-ramai menuntut Bank Century, tapi Century tidak memenuhi tuntutan nasabah karena alasannya produk Antaboga bukan diterbitkan oleh Century. Sejak itu, kepercayaan nasabah runtuh dan mereka ramai-ramai menarik dana dari Bank Century sehingga bank tersebut kolaps, gagal kliring dan diambil alih oleh pemerintah melalui Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) pada 21 November 2008. Nasabah Antaboga lalu menuntut pemerintah mengganti kerugian mereka yang totalnya mencapai Rp. 1,4 trilyun. Robert sudah ditahan kepolisian. Namun total aset Antaboga yang telah diblokir pemerintah hingga 19 Februari 2009 hanya Rp. 23 milyar.

Antaboga mendapat izin usaha sebagai perantara pedagang efek dan manajer investasi sejak 21 Maret 1992. Sebanyak 82,18% saham Antaboga dimiliki PT Aditya Rekautama dan sisanya 17,82% dimiliki PT Mitrasejati Makmurabadi. PT Aditya Rekautama sendiri sebanyak 12,5% sahamnya dimiliki Robert Tantular, Hartawan Aluwi dan Budi PV Tanudjaja. Robert dan Hartawan merupakan menantu Sukanta Tanudjaja, mantan pemilik Great River. Budi merupakan kerabat Sukanta. Sedangkan PT Mitrasejati Makmurabadi dimiliki Harry Sutomo Raharjo dan Hendro Wiyanto. Hendro kini menjabat sebagai direktur utama Antaboga. Perusahaan didirikan dengan modal dasar Rp. 60 milyar dan modal disetor Rp. 55 milyar. Antaboga sendiri merupakan pemilik Bank Century dengan andil saham 7,44%. Di Century selain lewat Antaboga, keluarga Tantular juga memiliki saham lewat PT Century Mega Investindo yang menguasai 9% saham bank dan PT Century Super Investindo yang memegang 5,64% saham.

Menurut pihak tertentu, Bapepam-LK harus ikut bertanggung jawab atas kasus Bank Century sebab kolapsnya bank tersebut berawal dari penerbitan discretionary fund oleh Antaboga. Kesalahan Bapepam-LK adalah membiarkan perusahaan sekuritas menjual produk discretionary fund yang ternyata bodong. Selain itu, investor publik tidak memperoleh informasi memadai terkait skandal Century, padahal bank tersebut ada dibawah pengawasan Bapepam-LK.

Menurut Bapepam-LK penjualan produk investasi oleh Antaboga bukan tanggung jawab otoritas pasar modal karena produk tersebut diperjual-belikan di Bank Century, bukan di Antaboga. Selain itu, produk yang dijual Antaboga tersebut bukanlah produk reksadana melainkan discretionary fund. Produk tersebut juga bukan merupakan produk investasi yang pernah mendapat peringatan dari Bapepam-LK pada 2005 dan juga merupakan produk palsu. Bapepam-LK tidak dapat memproteksi nasabah Bank Century karena otoritas pasar modal hanya melindungi para pemegang saham perseroan. Singkat kata, siapapun yang membeli produk yang tidak berizin itu berarti menjadi korban penipuan.

Pada Mei 2010 Mahkamah Agung memutuskan Robert bersalah dan dihukum penjara 9 tahun dan denda Rp. 100 milyar tapi Robert menyatakan tidak punya uang dan akan pasang badan. Meski sudah dinyatakan bersalah, masalah nasabah Antaboga belum beres sehingga mereka ramai-ramai menggugat. Jika semua nasabah Antaboga menggugat, maka LPS sebagai pemegang saham mayoritas Bank Century harus mengeluarkan lagi dana Rp. 1,4 trilyun diluar Rp 6,7 trilyun yang telah dikeluarkannya saat menyelamatkan Bank Century pada November 2008. Tapi pemerintah menolak klaim nasabah Antaboga dengan alasan produk itu bukanlah produk yang dijamin LPS seperti tabungan/giro/deposito dan produk itu juga dijual oleh Antaboga, bukan oleh Bank Century.

Setelah klaim mereka ditolak akibat tidak memenuhi persyaratan di UU LPS, nasabah Antaboga lalu kembali menggugat Bank Century dengan memakai UU No. 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen. Akibatnya, pada 25 Juli 2012 Mahkamah Agung mengabulkan gugatan 27 nasabah Bank Mutiara dan menghukum Bank Mutiara cabang Solo untuk membayar uang sebesar Rp. 35 milyar pada para nasabahnya beserta Rp. 5,675 milyar sebagai denda.

Merasa dirugikan, pihak Bank Mutiara mengeluarkan alasan bahwa pada tahun 2006 Bank Century tidak lagi menjadi sub agen dalam pemasaran reksa dana sehubungan dengan berakhirnya kerjasama, yang tercantum dalam memo nomor 02/IM/D/S/06 tertanggal 16 Mei 2006. Bersamaan dengan itu berlaku SEBI nomor 7/19/DPNP tertanggal 14 Juni 2006. Setelah itu, Antaboga menerbitkan dan menjual sendiri reksadana pada pihak ketiga yang kebetulan dilakukan melalui pihak marketing dan kepala cabang Bank Century.

Karena tidak kunjung selesai, kasus rumit ini lalu dilimpahkan pada Kejaksaan Agung RI (Kejagung). Dari sana, Kejagung menduga Robert melakukan pencucian uang dengan menginvestasikan dana pada tanah seluas 5.380 meter persegi di Jalan Kebun Mawar Perumahan Central Bumi Indah, sebuah rumah di Jalan Kebun Bunga, Buaran Indah, Jakarta Timur, dan Mal Serpong atas nama PT Sinar Central Rezeki senilai Rp. 334 milyar. Polisi juga menyita uang tunai Rp. 2,1 milyar.

Dari penggantian Kabareskrim Susno oleh Komjen Pol Ito Sumardi Djunisanyoto pada 30 November 2009 hingga penunjukkan mantan Menteri Keuangan Kabinet Indonesia Bersatu Sri Mulyani menjadi Direktur Pelaksana Bank Dunia pada 1 Juni 2010 hingga meninggalnya Boedi Sampoerna pada 8 Agustus 2011, masalah ini masih belum tuntas hingga sekarang. Begitu lamanya penyelesaian kasus ini membuat sebagian orang mulai melupakan masalah ini.

Bakrie Group

Keluarga Achmad Bakrie

Achmad Bakrie
lahir 1 Juni 1916 di Kalianda, Lampung
meninggal 15 Februari 1988 di Tokyo, Jepang

FAMILI
-Ayah: Oesman Batin Timbangan 
-Ibu: Chodijah
-Ayah mertua: H. Achmad Nasution
-Ibu mertua: H. Halimatusa'diah 

Roosniah Nasution

-Istri: Roosniah Nasution lahir 17 Juni 1926 di Pangkalan Berandan
meninggal 20 Maret 2012 di Tangerang
-Anak:

Tatty Murnitriati & Aburizal Bakrie

*Aburizal Bakrie, menikah dengan Tatty Murnitriati
*Roosmania Odi Bakrie, menikah dengan Bangun Sarwito Kusmulyono

Indra Usmansyah Bakrie & Gaby Djorghi

*Indra Usmansyah Bakrie, menikah dengan Gaby Djorghi

Ratna Indira & Nirwan Dermawan Bakrie

*Nirwan Dermawan Bakrie, menikah dengan Ratna Indira
*August Alamsjah Bakrie (meninggal saat bayi)

USAHA
-PT Bumi Resources berdiri 1990
-PT Bakrie Sumatera Plantations berdiri 1911
-PT Bakrie Telecom berdiri 1993
-PT Bakrieland Development berdiri 1995
-PT Energi Mega Persada berdiri 2004
-PT Bakrie Metal Industries berdiri 2008
-PT Bakrie Indo Infrastructure berdiri 2008

GOSIP ACHMAD BAKRIE
Sejak umur 6 ketika belum bersekolah jiwa bisnisnya sudah terlihat ketika berjualan roti tawar dan roti manis keliling kampung dengan sistem konsinyasi. Ia lalu masuk sekolah setara SD di Hollandsch Inlandsche School (HIS) Menggala, Lampung. Sebelum masuk sekolah jam 8 pagi, setiap hari pukul 6 pagi ia mencari sayur mayur lalu dijualnya ke pasar Menggala. Di sisi jalan menuju HIS, banyak terdapat kemiri, gambir, dan pohon kelapa yang ia kumpulkan dan dibawa ke rumah. Pada akhir pekan jumlah yang ia kumpulkan dapat mencapai puluhan karung dan ia lalu membawanya ke pasar desa untuk dijual. Ia menyelesaikan pendidikan tahun 1930 setelah sekolah selama 7 tahun.

Beberapa tahun setelah lulus dari HIS Menggala, ia mencoba mengumpulkan uang dengan bekerja di kantor kontrolir di Sukadana, Lampung Tengah. Setelah beberapa bulan bekerja ia mengundurkan diri karena gajinya sebesar 3,50 Gulden per bulan ia anggap kurang untuk modal usaha. Ia lalu kembali ke Telukbetung, tempatnya dulu mengirim roti ke Kalianda.

Di Telukbetung ia melamar kerja ke perusahaan swasta milik Belanda, Molekse Handel Maatschappij. Karena ia dapat berbahasa Belanda dengan lancar, ia diterima secara tidak terikat sebagai komisioner penjualan kopi dan lada. Meski upahnya cukup besar untuk membuka usaha, tapi ia menabung uangnya di Post Perbank karena takut usahanya dirusak pemerintah Belanda. Setelah itu ia lalu mengambil semua uangnya di Post Perbank dan berangkat ke Batavia (kini Jakarta) untuk belajar akuntansi dan bahasa Inggris di Handelsinstituut Schoevers. Setelah menyelesaikan pendidikannya, ia kembali lagi ke Lampung.

Pada umur 18 tahun, ia bekerja lagi di perusahaan Belanda, Zuid Sumatera Apotheek di Telukbetung. Di apotek itu ia harus memasarkan barang. Karena ia mengerti akuntansi, bahasa Belanda dan bahasa Inggris (yang GOSIPNYA tergolong langka bagi pribumi waktu itu) maka pendapatannya pun besar. Gaji ditambah komisi penjualan obat mencapai 37,50 Gulden per bulan. Ia lalu melanjutkan menabung di Post Perbank selama 7 tahun.

Pada awal tahun 1942 ketika sedang terjadi Perang Dunia II, perusahaan obat tersebut bubar. Ia mengambil seluruh tabungannya di bank dan memborong obat-obatan itu. Keberuntungannya datang ketika semua kapal Belanda diblokir Jepang. Kondisi itu membuat obat-obatan dari Eropa tidak bisa masuk sehingga harga obat-obatan miliknya menjadi mahal. Ia lalu mendapat banyak uang sehingga pada 10 Februari 1942 ia mendirikan “Bakrie & Brothers General Merchant and Commission Agent” di Telukbetung, Lampung. Perusahaan ini menjual hasil bumi seperti kopi, lada, cengkeh, tapioka dan sebagainya.

Ketika itu banyak harta milik Belanda ditinggalkan begitu saja, salah satunya mobil. Dalam perjalanan antara Kalianda-Telukbetung, ia dan kakaknya Abuyamin melihat mobil-mobil Belanda terbengkalai di kaki bukit Tarahan, tidak jauh dari pinggir jalan. Di dalamnya tersimpan aneka macam kue dan biskuit dalam kondisi utuh dan mereka mengambilnya.

Beberapa hari kemudian, mereka bertemu orang Jepang yang sedang kebingungan karena mobilnya mogok. Ia menawarkan untuk memperbaiki mobil itu karena yakin kakaknya yang mantan sopir truk dapat memperbaikinya. Orang Jepang itu berterima kasih karena mobilnya dapat dipakai lagi.

Beberapa hari kemudian orang Jepang itu menemuinya di Telukbetung. Orang itu ternyata polisi dan ia memperoleh lisensi trayek. Meski memiliki lisensi, ia tidak punya mobil. Ia lalu mendatangi Oei Kian Tek, seorang pengusaha angkutan asal Cina yang ia kenal ketika menjadi salesman di apotek. Ia memberikan lisensinya pada Oei dengan syarat:
-Semua saudara Achmad Bakrie gratis naik mobil angkutan dari Kalianda ke Telukbetung
-Oei hanya boleh membawa minyak goreng kelapa milik Abuyamin
-Oei boleh memungut biaya angkutan pada penumpang

Setelah Indonesia merdeka tahun 1945, pemerintah mulai membantu kaum pribumi dengan menyingkirkan etnis Tionghoa yang kala itu sukses di bidang ekonomi sehingga dianggap menghambat perkembangan ekonomi kaum pribumi. Tindakan fenomenal pemerintah saat itu adalah ketika pada April 1950 mengeluarkan Peraturan Benteng yang menyatakan bahwa etnis Tionghoa tidak boleh mendirikan perusahaan jika tidak memiliki saham dari etnis yang lain.

Pemerintah juga memanfaatkan UU kewarganegaraan tahun 1910 yang dibuat pemerintah Belanda yang membuat orang Tionghoa memiliki kewarganegaraan rangkap dengan mengeluarkan UU No. 3/1946 tentang 'Warga Negara dan Penduduk Negara' yang membuat status kewarganegaraan penduduk keturunan Tionghoa di Indonesia bermasalah. Pada tahun 1955 lewat Konferensi Asia Afrika di Bandung, Perdana Menteri Cina, Zhou Enlai mencoba mengatasi masalah itu sehingga dibuat Perjanjian Dwi-Kewarganegaraan RI-RRC yang lalu disahkan menjadi UU No. 62/1958 tentang 'Kewarganegaraan Republik Indonesia'. UU No. 62/1958 melahirkan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia atau lebih dikenal dengan SBKRI.

Pada November 1959 pemerintah juga lalu mengeluarkan PP No. 10/1959 yang berisi tentang larangan orang asing berusaha di bidang perdagangan eceran di tingkat kabupaten ke bawah (di luar ibu kota daerah) dan wajib mengalihkan usaha mereka kepada warga negara Indonesia. UU No. 62/1958 dan PP No. 10/1959 membuat ratusan ribu orang Tionghoa kembali ke Cina sehingga usaha dan harta mereka di Indonesia diambil oleh kaum pribumi.

Kesuksesan Achmad ditambah kondisi etnis Tionghoa yang sedang kacau GOSIPNYA membuat Achmad sepanjang tahun 1952-1961 mampu mendirikan pabrik penggilingan padi di Batanghari, Lampung, mengakusisi perusahaan NV Kawat dan menjadi pelopor industri manufaktur dengan mendirikan pabrik pipa baja Talang Tirta.

Pada awal 1960-an, ia mulai melakukan ekspansi ke Amerika Serikat untuk kedua kalinya dengan mengekspor lada ke Amerika Serikat. Pada kurun waktu 1962-1971, Bakrie & Brothers memperbesar industri manufaktur dengan cara memperluas kegiatan pabrik pipa dan mendatangkan mesin baru. Selain itu, ia juga mulai mengekspor kopi ke Amerika Serikat dan Eropa.

Di era yang sama, ia mulai berekspansi ke luar negeri dengan mendirikan Cemara Trading Company Limited di Hongkong. Ia juga memperluas industri dalam negeri dengan mendirikan pabrik pengolahan karet di Palembang untuk pasar ekspor. Memasuki tahun 1970-an, NV Bakrie & Brothers berubah menjadi PT Bakrie & Brothers.

Era 1972-1981, ia melakukan pengembangan dan perluasan baja, logam, konstruksi dan suku cadang dengan meresmikan pabrik pipa baja untuk air dan gas di Jakarta. Selain itu ia mulai membentuk berbagai perusahaan seperti PT Bakrie Tubemakers yang kemudian menjadi PT Bakrie Tosanjaya. Pada saat yang sama, ia mendirikan yayasan Achmad Bakrie yang bergerak di bidang sosial dan pendidikan.

Pada 1982-1991, Bakrie & Brothers melepas sahamnya ke publik dan menjadi salah satu emiten pioner di Bursa Efek Indonesia. Setelah itu, United Sumatera Plantations (anak perusahaan PT Bakrie & Brothers), juga masuk bursa efek dengan kode UNSP. Saat ini UNSP menjelma sebagai Bakrie Sumatera Plantation. Pada 1980-an Bakrie berekspansif memasuki sektor properti dengan mendirikan PT Bakrieland Development. Sejak tahun 1992, Bakrie Group mulai dipimpin oleh anak Achmad, Aburizal Bakrie.

Ir. H. Aburizal Bakrie
lahir 15 November 1946 di Jakarta
alamat: Ki Mangunsarkoro no. 42, Menteng, Jakarta

FAMILI
Istri: Tatty Murnitriati
Anak:
Anindya Novyan Bakrie

-Anindya Novyan Bakrie menikah dengan Firdani Saugi

Anindhita Anestya Bakrie

Taufan Eko Nugroho

-Anindhita Anestya Bakrie menikah dengan Taufan Eko Nugroho

Anindra Ardiansyah Bakrie & Nia Ramadhani

-Anindra Ardiansyah Bakrie menikah dengan Nia Ramadhani

PENDIDIKAN
-SD, SMP, dan SMA di Jakarta (1958-1967)
-Fakultas Elektro, ITB Bandung, lulus tahun 1973

KARIR
1972-1974: Asisten Dewan Direksi PT. Bakrie & Brothers
1974-1982: Direktur PT. Bakrie & Brothers
1982-1988: Wakil Direktur Utama PT. Bakrie & Brothers
1988-1992: Direktur Utama PT Bakrie & Brothers
1989-1992: Direktur Utama PT. Bakrie Nusantara Corporation
1992-sekarang: Komisaris Utama/Chairman, Kelompok Usaha Bakrie
2004-2005: Menteri Koordinator Perekonomian KIB
2005-2009: Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat KIB

ORGANISASI
1973-1975: Wakil Ketua Departemen Perdagangan, HIPMI
1975: Ketua Departemen Perdagangan HIPMI
1976-1989: Ketua Umum Gabungan Pabrik Pipa Baja Seluruh Indonesia
1977-1979: Ketua Umum HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia)
1984-1988: Wakil Ketua Asosiasi Kerjasama Bisnis Indonesia-Australia
1984-sekarang: Anggota Partai Golongan Karya
1985-1993: Ketua Bidang Dana PBSI (Persatuan Bulu Tangkis Indonesia)
1988-1993: Anggota Majelis Pemusyawaratan Rakyat (MPR) periode I
1988-1993: Wakil Ketua Umum KADIN Bidang Industri dan Industri Kecil
1989-1994: Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia
1991-1993: Presiden ASEAN Business Forum periode I
1993-1995: Presiden ASEAN Business Forum periode II
1993-1995: Anggota Dewan Penasehat, International Finance Corporation
1993-1998: Anggota Majelis Pemusyawaratan Rakyat (MPR) periode II
1994-1999: Ketua Umum KADIN periode I
1996-1997: International Councellor of Asia Society
1996-1998: Presiden Asean Chamber of Commerce & Industry
1999-2004: Ketua Umum KADIN (Kamar Dagang dan Industri Indonesia) periode II
2000-2005: Anggota Dewan Pakar ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia)
2004-2009: Anggota Dewan Penasehat DPP Partai GOLKAR
2009-2014: Ketua Umum DPP Partai GOLKAR

PENGHARGAAN
1986: The Outstanding Young People of the World dari the Junior Chamber of Commerce
1995: Businessman of the Year dari Harian Republika
1997: ASEAN Business Person of the Year dari the ASEAN Business Forum

GOSIP ABURIZAL BAKRIE
Di bawah pimpinan Aburizal Bakrie, Grup Bakrie melebarkan sayap ke berbagai bidang seperti pertambangan, kontraktor, telekomunikasi, informasi, industri baja dan media massa. Memasuki tahun 1992 Bakrie Group semakin berkembang dengan membuat PT Cakrawala Andalas Televisi (ANTV). Pada 1993 Bakrie Group mulai memasuki sektor telekomunikasi dengan nama PT Radio Telepon Indonesia (Ratelindo) yang saat ini telah berubah menjadi PT Bakrie Telecom Tbk yang telah menelurkan Esia.

Pada dekade 1990-an, kelompok usaha Bakrie mengakusisi Australia Link Communication dan memperluas operasi telekomunikasi ke Republik Uzbekistan. Bakrie Group juga mengakusisi PT Bumi Resources (BUMI) dan mengubah bisnis utama dari bidang perhotelan dan pariwisata menjadi bidang migas dan pertambangan. Perubahan lini bisnis ini membuat BUMI berkembang pesat dengan mengakusisi saham Gallo Oil (Jersey) Ltd. Bahkan BUMI mengakusisi 80 persen saham PT Arutmin Indonesia, produsen batubara terbesar keempat di Indonesia dan memfokuskan BUMI di sektor tambang.

Selama menjadi Ketua Umum KADIN pada tahun 1994-2004, Aburizal telah berhasil menjadikan KADIN sebagai organisasi yang sangat berpengaruh terhadap kebijakan pemerintah (GOSIPNYA hal itu dikarenakan ia berhasil menuntaskan kasus penyelundupan gula, kayu, beras yang saat itu marak terjadi).

Krisis ekonomi 1998 membuat Bakrie Group tinggal mengantongi 2,5 persen saham di Bakrie & Brothers untuk menyelesaikan restrukturisasi utang dengan para kreditor. Hal itu membuat Bakrie Group melakukan berbagai langkah akuisisi dan ekspansi bisnis. Usahanya merambah ke berbagai sektor, dari bisnis perkebunan sawit hingga proyek properti. Mereka juga sibuk memburu ladang minyak dan tambang baru. Mereka juga merambah ke bisnis-bisnis baru. Bakrie mulai masuk ke sektor telekomunikasi, jalan tol hingga air minum.

Memasuki tahun 2000, Bakrie Group mulai fokus masuk sektor migas melalui PT Energi Mega Persada (ENRG) yang saat ini dikenal sebagai produsen aktif pengembang dan eksplorasi di sektor hulu migas. ENRG mulai melepas sahamnya ke publik pada tahun 2006.

Pada pukul 22.00 WIB, 29 Mei 2006 di lokasi pengeboran minyak bumi Sumur Banjar Panji-1 milik PT Lapindo Brantas yang dimiliki bersama oleh ENRG, Medco dan Santos Australia, keluar semburan lumpur panas. Bencana itu telah membuat lebih dari 10 ribu orang mengungsi dan 400 hektar lahan terendam, termasuk sawah, rumah, pabrik dan sekolah. Jalan poros menuju kota Surabaya pun rusak dan akibatnya perekonomian Jawa Timur sempat lumpuh. GOSIPNYA bencana tersebut dikarenakan kesalahan pengeboran. GOSIP lain mengatakan semburan lumpur tersebut terjadi akibat gempa 5,9 Skala Richter yang mengguncang Yogyakarta pada 27 Mei 2006.

Uniknya meski Candi Prambanan mengalami kerusakan yang cukup parah, Candi Borobudur yang letaknya tak jauh dari Prambanan tidak mengalami kerusakan berarti. Beberapa pihak cukup bingung mengapa gempa sebesar itu dapat membuat lumpur Lapindo menyembur beberapa meter selama bertahun-tahun (GOSIPNYA sih bakal terus menyembur hingga tahun 2037) padahal lokasi kejadian berjarak 280 KM dari Yogyakarta sedangkan Borobudur hanya berjarak 40 KM.

Menurut Ir. Amien Widodo MT, ahli geologi dan Ketua Pusat Studi Bencana LPPM Institut Teknologi Surabaya, semburan dapat terjadi jika gempa mencapai 6 Skala Richter tapi efek gempa yang mencapai Porong dan sekitarnya hanya 2,2 Skala Richter. Meski begitu, pemerintah telah menetapkan bencana itu sebagai bencana nasional dan sejak tahun 2007 hingga 2012 telah mengalokasikan Rp. 6,2 trilyun untuk mengatasi masalah akibat semburan lumpur Lapindo. GOSIPNYA beberapa pihak menentang hal ini karena bencana tersebut disebabkan oleh kesalahan pengeboran yang antara lain diperkuat oleh bukti tidak ada bangunan yang roboh karena gempa di Sidoarjo.

Di sisi lain ia mulai masuk dalam jajaran orang terkaya di Indonesia versi majalah Forbes pada tahun 2006 dengan kekayaan 1,2 milyar Dolar AS. Kekayaannya terus bertambah berkat salah satu anak usaha PT Bakrie & Brothers di industri tambang yakni PT Bumi Resources. Grup Bakrie diuntungkan oleh 2 hal: harga komoditas yang melonjak di pasar dunia dan serbuan investor global di pasar modal Asia-Pasifik.

Harga batu bara yang menjadi produk PT Bumi Resources, meroket dari 50 Dolar AS per ton pada akhir 2006 menjadi US$ 90 per ton di akhir tahun 2007. Dengan pendapatan berlipat itu, saham BUMI diburu investor di lantai bursa. Hanya dalam setahun harga sahamnya meningkat 6 kali lipat, dari Rp. 920 per saham pada akhir tahun 2006 menjadi Rp 6.000 pada 26 Desember 2007. Kapitalisasi pasar BUMI pun melonjak menjadi Rp. 116,4 trilyun, terbesar kedua setelah PT Telekomunikasi Indonesia.

Pada tahun 2007 ia ditaksir memiliki kekayaan 5,4 milyar Dolar AS dan membuatnya menjadi orang terkaya di Indonesia. Setelah krisis ekonomi tahun 2008 kekayaan Aburizal Bakrie merosot ke posisi sembilan dengan jumlah 850 juta Dolar AS. Pada tahun ini pula Bakrie Group mulai merambah bisnis media dengan mendirikan VIVAnews.com yang pada tahun 2012 berubah menjadi VIVA.co.id. Pada tahun 2009 kekayaannya meningkat lagi menjadi 2,5 milyar Dolar AS.

Pada tahun 2010 Bakrie Group mulai terlibat banyak masalah, mulai dari utang yang menumpuk sampai dengan repo saham anak-anak usahanya. Kekayaan Aburizal pun kembali merosot menjadi 2,1 milyar Dolar AS dan membuat posisinya di daftar orang-orang terkaya Indonesia turun ke peringkat 10. Pada tahun 2011 posisinya melorot lagi ke peringkat 30 dengan kekayaan 890 juta Dolar AS. Pada tahun 2012 kekayaannya kembali merosot karena menjaminkan aset demi mencari utang dan membuatnya tidak lagi ada di daftar orang-orang terkaya Indonesia versi Forbes. Kini Aburizal diusung oleh partai Golkar menjadi capres tahun 2014.

Jonas Photo

Arif Hadikusuma
lahir 13 Februari 1979

CABANG JONAS PHOTO
-Bandung
*Jln. Banda 38 tlp. 022 420 1010
*Paris Van Java Jln. Sukajadi 137-139 Lt. UG Blok B 29-30 tlp. (022) 8206 3739
*Bandung Indah Plaza Jln. Merdeka 56 Lt. II-06 tlp. (022) 421 8201
*Istana Plaza Jln. HOS Tjokroaminoto 121-123 FF-D4 tlp. (022) 604 6768
*Trans Studio Mall Jln. Gatot Subroto 289 Lt. 3 Blok A3-11 tlp. (022) 9109 1672
*Cihampelas Walk Jln. Cihampelas 160 Lt. SG 27-29 tlp. (022) 206 1034
*Festival Citylink Jln. Peta 241 Lt. GF-09 tlp. (022) 612 8557
*Braga Citywalk Jln. Braga 99-101 Lt. 2

-Tangerang: Mal Summarecon Lt. Dasar tlp. (021) 29543856
-Semarang: Jl Diponegoro 45 tlp. (024) 8455246

CABANG GIGGLE BOX
-Bandung
*Jl. Progo 34A tlp. (022) 727 7346
*BIP Jl. Merdeka 56 Lt. 1 tlp. (022) 421 9736
*Ciwalk Jl. Cihampelas 160 Young Street tlp. (022) 6155 1900
*Jl. Karang Sari 3 Setiabudhi tlp. (022) 204 2242
*IP Jl. Pasirkaliki 121-123 Lt. 1 tlp. (022) 7639 7656
*Feslink Jl. Peta No.241, Lt. GF tlp. (022) 6166 9526
*Miko Mall Jl. Kopo Raya 599 tlp. (022) 6141 5611
*Braga Citywalk Jl. Braga 99-101

GOSIPNYA
Pada tahun 1973 Alva Photo didirikan di Jalan Sunda, Bandung. Ketika itu bisnis foto berwarna baru mulai berkembang tapi karena kalah bersaing, Alva bangkrut pada tahun 1981. Salah satu pendirinya, Gunadi Hadikusuma merintis kembali usaha itu bersama istrinya, Ingriyanti G pada Februari 1981 di rumahnya sendiri di Jalan Batik Jonas 17, Sukaluyu, Bandung dengan cara mengubah ruang tamu menjadi studio. GOSIPNYA ketika itu karyawan mereka hanyalah satu orang.

Pangsa pasar mereka adalah anak-anak muda yang memiliki dana terbatas dan oleh karena itu mereka pun tidak dapat meraih untung banyak sehingga mereka mulai dikenal sebagai tempat foto murah meriah. Pangsa pasar yang besar itu dapat mereka raih karena saat itu tidak ada yang mau mengerjakan bisnis foto cepat selesai tapi berlaba kecil tersebut. Pada tahun 1983 Jonas mulai menyediakan jasa pemotretan dan jumlah karyawannya bertambah menjadi 10 orang. GOSIPNYA konsumen terbesar dan tidak pernah habis mereka adalah para sarjana yang baru diwisuda. Bandung yang terkenal sebagai kota pelajar setiap tahunnya mewisuda puluhan ribu pelajar yang tentu saja membuat bisnis Jonas berkembang pesat.

Pada 15 November 1992 Jonas pindah ke Jalan Banda 38 dengan alasan tempat sebelumnya kurang strategis. Di tempat ini, studionya mampu menampung 250 orang sekaligus dalam satu sesi pemotretan. Keputusan ini ternyata sangat tepat, terbukti dengan terus berkembangnya bisnis Jonas yang GOSIPNYA bahkan membuat Jonas menguasai sepertiga bisnis percetakan foto se-Bandung.

Datangnya era digital pada tahun 2000 membuat banyak pelaku bisnis foto analog berguguran. Sebelum tahun 2000 ada lebih dari 4.000 toko foto di Indonesia dan menjadi tinggal sekitar 1.000 ketika era digital tiba. Meski begitu Jonas malah makin berkembang berkat insting bisnis Gunadi. GOSIPNYA ketika Gunadi mengunjungi pameran di luar negeri, ia melihat mesin cetak digital dan lalu mengimpornya dari Jepang. GOSIPNYA sih ia merupakan pencetus cetak digital pertama di Asia Tenggara.

Anak Gunadi, Arif Hadikusuma mulai terjun mengelola Jonas pada tahun 2003. Arif lalu mendirikan kafe Giggle Box pada 10 Februari 2010 di Progo 33A, Bandung. GOSIPNYA ia melihat toko-toko Fuji Film yang juga mencetak foto satu-persatu mulai tutup sehingga ia mulai beralih ke bidang kuliner. GOSIP lain mengatakan ia menyadari bahwa cepat atau lambat bisnis percetakan foto akan memudar karena semakin murah dan canggihnya perangkat berbasis Android sehingga membuat orang enggan mencetak foto dan lebih memilih menyimpannya pada perangkat tersebut.