Handi Mulyana

Handi Mulyana

PENGHARGAAN
1999 Juara pertama di Bobby Goldsmith Foundation 'Boys Own Bake-Off'
2002 Juara pertama di Bobby Goldsmith Foundation 'Boys Own Bake-Off'
2008 Juara kedua di Bobby Goldsmith Foundation 'Boys Own Bake-Off'
2009 Juara pertama kategori Best Decorated Cake di Sydney Easter Show

GOSIPNYA
GOSIPNYA Ayah Handi, Tan Keng Cu mulai berjualan roti di Cianjur sejak tahun 1948. Pada tahun 1988, ketika umurnya 10 tahun, Handi mulai bekerja membantu ayahnya di toko itu. Tahun 1994 ia pergi ke Sydney, Australia, untuk kuliah di William Blue College dan menerima gelar Diploma in Hospitality tahun 1996.

Pada tahun 1998-1999 ia mengikuti kursus mendekorasi kue di The Cake Decorators' Guild of NSW. Pada tahun 2000-2002 ia meneruskan studinya di TAFE NSW. Pada tahun 2003 ia bekerja di The Cake Store, London, Inggris. Tahun 2005 ia kembali ke Sydney, Australia dan menjadi direktur kursus di perusahaan milik Paris Cutler, Planet Cake, yang telah membuat kue untuk Rihanna, Celine Dion, Nicole Kidman, Lleyton Hewitt, dan lainnya.

Handi Mulyana di Master Chef Indonesia

Sejak tahun 2008 ia sering muncul di berbagai acara televisi Australia seperti Fresh, Sydney Weekender, The Disney Channel, dan The Morning Show. Selain itu, ia juga tampil di beberapa episode Australian Master Chef dan Master Chef Indonesia. Tahun 2010 ia berhenti bekerja di Planet Cake dan membuka lembaga kursusnya sendiri, Handi's Cakes di 124 Gardeners Road, Kingsford, NSW 2032 Australia.

Chef Juna





Junior Rorimpandey
lahir 20 Juli 1975 di Manado

GOSIPNYA
Sejak kecil, Junior yang lebih dikenal dengan panggilan Juna, sudah nakal. Pada umur 15 tahun, ia membuat tato di kedua lengannya memakai mesin buatannya sendiri saat berada di Bali. Ia juga mendirikan geng bernama Bad Bones, sebuah geng motor Harley Davidson yang kegiatannya ugal-ugalan di jalan raya. Setelah lulus dari SMA 3 Denpasar, ia sempat kuliah Jurusan Teknik Perminyakan selama 3,5 tahun di Universitas Trisakti, Jakarta. Belum selesai kuliah, pada tahun 1997 ia menjual motor Harley Davidson-nya untuk sekolah pilot di Brownsville, Texas, AS.

GOSIPNYA di sana ia sempat terlibat dalam perkelahian antar geng, diculik, disiksa, dan kecanduan narkoba. Meski begitu ia berhasil meninggalkan dunia kelamnya itu dan mendapat lisensi pilot. Sial baginya, ketika ia hendak mengambil lisensi komersial, sekolah penerbangannya bangkrut. Ia memutuskan pergi ke Houston untuk melanjutkan pelatihan. Biaya hidup yang tinggi di AS dan juga peristiwa kerusuhan Mei 1998, membuat orangtuanya tak sanggup membiayai pendidikannya di AS. Ia harus membiayai hidupnya sendiri di AS.

GOSIPNYA hidupnya ketika itu sangat mengenaskan hingga ia harus mencari rokok bekas di tong sampah dan mencari koin-koin penny di jalanan hanya untuk membeli burger sandwich seharga 99 sen. Ia juga terpaksa tinggal di satu apartemen kecil bersama 7 orang lainnya. Ia pun terpaksa bekerja secara ilegal karena visa yang ia dapat hanya boleh untuk sekolah, bukan untuk bekerja.

Ia mendapat pekerjaan sebagai pelayan di sebuah restoran tradisional Jepang. GOSIPNYA setelah dua minggu bekerja, ahli sushi di restoran itu menawarinya untuk menjadi muridnya karena melihat dedikasi dan ketekunannya. GOSIP lain mengatakan ia punya rasa ingin tahu yang tinggi dan memberanikan diri bertanya serta meminta petunjuk. Pemilik restoran merasa puas dengan kinerjanya dan mensponsorinya untuk mendapatkan green card (penduduk tetap).

Karena gurunya pindah ke restoran lain, pada tahun 2002 ia menempati posisi gurunya sebagai Head Chef. Tahun 2003 ia pindah kerja ke restoran sushi nomor satu di Houston, Uptown Sushi. Setelah beberapa bulan bekerja, ia lalu menjadi Executive Chef. Karena merasa jenuh dengan masakan Jepang, pada tahun 2004 ia pindah ke restoran Perancis, The French Laundry yang terkenal sebagai restoran dengan standar kualitas yang tinggi. Di sana, jabatannya hanyalah Cook sehingga membuatnya harus mencari pekerjaan tambahan untuk bertahan hidup.

Di sana ia belajar kedisiplinan karena selalu ada hukuman bagi setiap orang yang melakukan kesalahan. Ia sangat membutuhkan pekerjaan itu dan membuatnya termotivasi untuk tidak melakukan kesalahan. Kinerjanya dianggap baik dan membuat atasannya puas sehingga pada tahun 2006 ia dipromosikan menjadi Sous Chef.

Dunia kuliner terkenal sebagai dunia yang sangat keras karena untuk menjadi seorang chef seseorang biasanya harus siap secara fisik maupun mental. Seorang chef harus tahu berbagai jenis bahan pangan, nilai gizinya, cara memotongnya, cara mengolahnya, cara menghiasnya, maupun peralatannya sehingga dapat menghasilkan hidangan yang menarik, lezat, higienis, dan bergizi tinggi. Selain harus bercitarasa tinggi dan kreatif, seorang chef juga dituntut untuk disiplin serta belajar dan bekerja dengan cepat. Secara mental seorang chef juga harus siap dibentak, dimarahi, diejek, dan dihina atasan ketika ia melakukan kesalahan. Seorang chef juga harus berdedikasi pada pekerjaannya dan Juna menyadari betul profesi yang ia pilih. Ia biasa bekerja dari pukul 08.00 hingga pukul 02.00 dini hari.

Ketika hari besar dan hari libur tiba, ia malah harus bekerja ekstra karena tamu restoran semakin banyak. Bahkan, selama puluhan tahun menjadi chef di Amerika, ia cuma pernah datang sekali ke acara undangan ulang tahun temannya. Meski begitu kerja kerasnya tampaknya tidak sia-sia karena ia berhasil mencapai jabatan bergengsi Executive Chef di beberapa restoran tempatnya bekerja. GOSIPNYA personal hygiene merupakan bagian dari Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) yang merupakan standarisasi kesehatan dunia, dan lembaga pendidikan kuliner sebenarnya tidak akan menerima calon chef yang personal hygiene-nya buruk seperti berkumis tebal, berjanggut, berambut panjang, atau bertato tapi karena dunia kuliner berpusat di Prancis dan Juna menguasai tekniknya, ia pun menjadi chef yang cukup disegani.

Pada Agustus 2009 ia kembali ke Indonesia karena ada event besar Harley Davidson di Jakarta. Ia ingin bernostalgia dengan teman-teman lamanya tapi mereka sedang sibuk bekerja. Meski begitu, ia malah menerima banyak tawaran untuk membintangi iklan, sinetron, dan acara memasak. GOSIPNYA karena ia seorang pemalu dan tidak bisa berakting di depan kamera akhirnya ia menerima tawaran menjadi juri Master Chef dimana ia tidak harus berbicara menghadap kamera secara langsung. Selain itu, ia merasa tersanjung karena banyak chef di Indonesia yang lebih terkenal tapi tidak ditawari menjadi juri oleh pihak penyelenggara.

Ia menolak sebutan sebagai celebrity chef yang kini juga makin populer disematkan pada chef-chef muda yang kerap tampil di televisi. "Apa sih celebrity chef itu? Di Indonesia, chef yang baru satu-dua kali masuk televisi saja sudah disebut celebrity chef. Orang yang baru lulus sekolah chef lalu punya acara TV sendiri, langsung disebut celebrity chef. Orang yang suka tampil untuk memberikan demo masak di berbagai acara televisi juga disebut celebrity chef,” tukasnya.

Di Amerika, menurutnya, celebrity chef adalah chef yang telah memiliki reputasi baik di bidangnya. Mereka adalah chef yang telah hadir di ajang bergengsi dan telah mendapatkan banyak liputan media. Sebelum tampil di luar dapur, seorang celebrity chef telah memiliki restoran sendiri yang sukses sehingga membuat orang lain sudah tidak meragukan lagi kemampuannya. “Dia terkenal karena memang jago, bukan karena banci tampil," ujarnya. Karena belum memiliki hal-hal tersebut, Juna merasa belum pantas disebut celebrity chef.

Setelah mengundurkan diri dari posisi Executive Chef di Jackrabbit Cuisine & Libations, Jakarta, akhir Juli 2011 lalu, pada pertengahan Agustus 2011 Juna memutuskan untuk pergi ke AS sekitar sebulan. Ia kembali karena status imigrasinya mengharuskan ia berada di sana selama 3 hingga 4 minggu. Setelah itu ia lalu kembali menjadi juri pada Master Chef Indonesia Season 2. Lewat acara Master Chef ia ingin menjelaskan kepada anak muda yang bermimpi untuk jadi chef terkenal bahwa profesi chef tidak seglamor seperti yang terlihat, tapi memerlukan kerja keras dan kemauan yang kuat.

RM Ampera



H. Tatang Sujani, S.Sos
lahir di Desa Awiluar, Kec. Lumbung, Kab. Ciamis
istri: Hj. St. E. Rochaety (alm.)

GOSIPNYA
Tatang Sujani berasal dari keluarga kurang mampu. Ketika kecil makanan sehari-harinya adalah nasi oyek yang dicampur jagung dan pisang. Ia ingin pergi ke Bandung karena melihat salah seorang tetangganya yang bekerja di sana tampak hidup berkecukupan. Setiap kali pulang kampung, tetangganya itu sering membagi-bagikan makanan kepada warga di kampungnya. Ia juga melihat bahwa pakaian tetangganya jauh lebih bagus dibanding pakaian orang-orang di kampungnya yang masih terbuat dari karung goni.

Ia merantau ke Bandung dan menjadi kuli bangunan. Penghasilan yang didapatnya hanya cukup untuk makan. Ia lalu mencoba berdagang karena melihat banyak orang yang berjualan di pinggir jalan. Ia berjualan barang kelontongan dengan menggelar kain di trotoar. Tapi hasilnya tidak memuaskan dan ia pun memutuskan untuk berjualan yang lain.

Ia lalu berjualan es teh bungkus yang ternyata laku keras karena suhu udara di stasiun dan terminal bus yang panas saat musim kemarau. Ia mulai mengembangkan usaha dengan meningkatkan jumlah produksinya. Ia memakai tenaga asongan untuk memasarkan hasil produksinya. Perlahan-lahan jumlah pedagang asongan yang mengambil es darinya semakin banyak, baik yang memakai plastik maupun botol.

Ketika musim hujan tiba, dagangannya tidak laku sama sekali. Ia pun lalu memutuskan berjualan makanan karena bapak kos tempat ia tinggal adalah pemilik warung nasi di stasiun. Ia memperhatikan dengan cermat apa yang bapak kosnya beli jika belanja ke pasar. Ia juga sering membantu bapak kosnya di warung setelah berjualan es teh.

GOSIPNYA pada tahun 1963 bersama dengan 3 temannya, ia mendirikan Ampera berupa gerobak roda bertenda di kawasan Kebon Kelapa yang kini menjadi mall ITC Kebon Kelapa. Ampera merupakan singkatan dari AManat PEnderitaan RAkyat yang mencerminkan tempat makan murah untuk rakyat jelata.

Saat itu Ampera menjadi langganan para tukang becak dan supir angkutan kota di terminal Kebon Kelapa dan pembeli harus mengantri di luar tenda untuk menunggu giliran sampai konsumen lain ke luar dari dalam tenda. Tapi itu hanya terjadi pada Ampera yang dikelolanya di Kebon Kelapa, sedangkan ketiga temannya bangkrut.

GOSIP lainnya mengatakan pada tahun 1963 bersama istrinya Hj. St. E. Rochaety, ia membuka warung nasi khas Sunda di pinggir jalan di depan Terminal Kebon Kelapa dengan konsep geksor yaitu segera menyajikan makanan begitu tamu duduk. Ia memilih lokasi di sana karena tempatnya dipenuhi oleh angkutan kota dan bus.

Pada tahun 1966 Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) dan Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI) beraksi menumbangkan kekuasaan orde lama. Aksi itu dikenal dengan nama Amanat Penderitaan Rakyat (Ampera).

Awalnya, masyarakat menamai warung nasinya 'dua tak' namun aksi Ampera membuat Tatang menamakan warungnya 'Ampera' karena warungnya merupakan cerminan kondisi rakyat pada saat itu. Pada waktu itu, sangat jarang warung nasi yang buka 24 jam. Akibat situasi politik yang genting, pengamanan diperketat. Masyarakat sulit keluar rumah padahal urusan makan tidak bisa ditunda. Ia memanfaatkan situasi itu dengan membuka warung nasi yang buka seharian.

Banyak petugas jaga malam yang membeli nasi ke warungnya. Jalan masuk ke terminal sampai macet akibat antrian tukang becak yang membawa para konsumen ke warungnya. Karena warungnya sudah tidak muat menampung para pengunjung, pada tahun 1984 ia membuka cabang pertama di jalan Astana Anyar yang letaknya berjarak sekitar 1 km dari Kebon Kelapa. Pada tahun 1999 cabang Ampera terbesar dibuka di Jalan Soekarno Hatta.

Dari ketujuh anaknya, hanya lima yang terjun mewarisi usahanya. Masing-masing anak diberikan satu cabang Ampera dan diberikan kebebasan untuk mengelolanya. Setelah dianggap maju, mereka diberi kesempatan untuk membuka cabang Ampera di tempat-tempat lainnya. Kini RM Ampera telah berjumlah lebih dari 80 gerai di seluruh Indonesia. GOSIPNYA tidak semuanya milik pribadi tapi Ampera menggandeng investor untuk bekerjasama.

David Benyamin Santosa

David Benyamin Santosa

CABANG TOKO MAYASARI
-Bandung
*Jl. Kebon Kawung 22 B & C Tlp. (022) 4222444, 4260303
*Bandara Husein Jl. Padjajaran 156 Tlp. (022) 70560607
*Jl. Bojong Raya 17 Tlp. (022) 6003999
*Jl. Dr. Djunjunan 155 Tlp. (022) 6004765 / 6010911 / 6073826
*Jl. Cihampelas 110 Tlp. (022) 2042678
*BTC Lt. GF A4 no. 7 Jl. Dr. Djunjunan 143-149 Tlp. (022) 6126375
*Jl. Surya Sumantri 63A Tlp. (022) 2003080
*Jl. Kopo Bihbul 37 Tlp. (022) 5416131
*Jl. Abdul Rachman Saleh 51A Tlp. (022) 87803785
*Jl. Veteran 25
*Stasiun KA Sebelah Utara Tlp. 08812278694
*Jl. A.H. Nasution 51 Ujungberung Tlp. 088218521902
*Jl. Raya Barat 690 Cimahi 545 Tlp. (022) 87806216

-Jakarta: Jl. Hayam Wuruk 125E Tlp. (021) 6250318

GOSIPNYA
Semasa sekolah, David Benyamin Santosa giat menabung untuk mengikuti jejak ibunya menjadi penjahit. Setelah lulus SMA tahun 1977, ia membeli sebuah mesin jahit bekas dan mulai menjadi penjahit. Bisnisnya pun berkembang dari skala rumahan menjadi perusahaan konveksi PT Bineksindo yang berlokasi di Bandung.

Tahun 1988 David mulai mengekspor jaket training ke Eropa. Dengan jumlah karyawan lebih dari 300 orang, setiap bulan pabriknya mampu menghasilkan beberapa kontainer pakaian untuk diekspor. GOSIPNYA saat itu omzetnya mencapai Rp. 2 milyar per bulan.

Bulan Agustus 1990 terjadi Perang Teluk dan membuatnya tidak dapat mengirim barang ke luar negeri. Ia lalu mencoba menjadi pemasok Matahari Dept. Store dengan merek Andy ‘n Vania (AnV). Bisnisnya mulai membaik meski tidak sebaik tahun-tahun sebelumnya.

Pada Desember 1998 David dan Senjaya Hidayat bermain bulutangkis dan bertemu dengan Wawan. Mereka lalu sepakat membuat usaha pisang bolen dan menjualnya di Pasar Kue Subuh, Senen, Jakarta. David mengelola produksi dengan Wawan sebagai pelaksana operasional di pabrik yang didirikan di Jakarta dan Senjaya sebagai investor.

Dengan modal Rp. 75 juta, David mulai menyewa rumah, mobil, dan membeli peralatan produksi. Pada awalnya penjualannya sangat baik. Menjelang bulan kedua, jumlah produksi yang dilaporkan menurun drastis dari biasanya 600-700 dus menjadi hanya 300 dus. Omzet pun ikut menurun hingga hanya menjadi Rp. 6 juta sebulan. Karena merasa dikhianati, David memutuskan kembali ke Bandung sedangkan Wawan membuka sendiri usaha pisang bolen dengan merek Chandrasari di Jakarta.

Usaha garmennya sedang menuju kebangkrutan sehingga ia memaksakan diri bergulat dalam industri makanan. Setelah ratusan kali percobaan, akhirnya David berhasil membuat pisang bolen yang menurutnya lebih enak dibanding resep mantan rekannya. David lalu kembali menyumbangkan dana Rp. 125 juta Rupiah untuk memulai kembali bisnisnya. Selain itu, David beriklan di radio dan mengeluarkan dana Rp. 200 juta per tahun untuk memasang iklan di billboard di jalan-jalan protokol kota Bandung.

Bersama Senjaya, David lalu meneruskan usaha pisang bolen dengan penambahan pemilik baru yaitu Ibu Heny, Ibu Maya dan Ibu Sugijanti. Toko pertama lalu dibuka dengan menyewa di Jl. Kebon Kawung 16 A dan pabrik pertama didirikan di Jl. Sukabungah 13 C. David bertanggung jawab di bagian produksi dan pabrik, Ibu Maya di bagian keuangan, dan Senjaya di bagian marketing. Toko pertama diresmikan 20 Agustus 1999 dengan nama Mayasari yang diambil dari nama istri Senjaya, Maya.

Usaha mereka maju dan luas pabrik bertambah 900 meter lebih di sebuah rumah sederhana di jalan Sukabungah. Agen-agen pun mulai bermunculan. Pada tahun 1999 Agus menjadi agen tunggal di Jakarta dan memiliki 9 tenaga penjual door to door. Para mitra pun mulai bermunculan dan menawari David untuk bekerjasama dengan mereka.

Tahun 2004 David memberlakukan sistem jual beli putus pada para mitranya. Mereka mengelola sendiri toko-toko berlabel Mayasari sedangkan pihak Mayasari hanya mensuplai produk-produknya saja yang GOSIPNYA dijual 20% lebih murah per satu dus kue kepada para mitranya itu.

Pada tahun 2005 Agus berhenti menjadi agen sehingga tokonya menjadi cabang resmi Mayasari di Jakarta. GOSIPNYA meski jumlah gerai lebih sedikit daripada di Bandung, omzet gerai di Jakarta mencapai 30 persen dari keseluruhan total penjualan tiap bulannya. GOSIPNYA setiap hari para mitranya memesan 75-100 dus kue untuk dijual kembali dan penjualannya mencapai 90% per hari. Setiap tengah malam kue didistribusikan ke semua gerai, baik yang di Bandung maupun di luar kota dengan memakai jasa angkutan Merpati Airlines dan diantarkan paling lambat pukul 2 pagi.

Saat ini David mempekerjakan lebih dari 200 pegawai yang terbagi dalam dua shift kerja. Setiap hari Mayasari memproduksi sekitar 3.000 dus kue yang tiap dusnya berisi 12 kue. Menjelang akhir pekan, kapasitas produksi meningkat hingga 4.000 dus per hari dan GOSIPNYA 95% nya habis terjual.

Untuk meperluas cakupan bisnisnya, ia bekerja sama dengan pengusaha katering di Bandung. Mayasari menyuplai kudapan pada pesanan katering yang diperoleh mitranya. Ia juga membidik segmen korporat sebagai salah satu target pasarnya. “Pelanggan korporat saya kebanyakan dari industri perbankan,” kata ayah dari Andy Santosa (24 tahun), Vania Christianty (22 tahun) dan Cinthya Christianty (14 tahun) ini.

GOSIPNYA kini omset Mayasari mencapai Rp. 300 juta/bulan dengan margin 15%. Menurut David, masa menjelang dan sesudah Ramadan merupakan high season bagi bisnis ini. Pada H-10 menjelang Ramadan penjualan naik hingga 50% dari biasanya sedangkan pada H+2 penjualan meningkat hingga 200%.

Menurutnya, kesuksesan membangun bisnis kue tergantung pada kejelian melihat pasar dan pada pengembangan inovasi produk. Karena itu, ia selalu mencari eksperimen baru guna memperkaya citarasa dan jenis kuenya. Setiap tahun ia terbang ke luar negeri untuk belajar tentang roti dan pastry.




Selain suka belajar, ia juga suka merombak mobil dan pada acara International Modified Show (IMS) 2012 yang diadakan pada 5-6 Mei 2012 di Bandung Super Mall, ia menjadi salah satu peserta dan memamerkan Bugatti Veyron hasil rombakan dari Mitsubishi Galant 1999. Pengerjaan rombakan ia serahkan pada bengkel Auto5 di Jalan Garuda 87 Bandung. GOSIPNYA Pengerjaannya memakan waktu 4 tahun dan menghabiskan biaya Rp. 850 juta.

Erla's Mexican Cafe

Erla's Mexican Cafe

GOSIPNYA
Tahun 1991, Erla, Ellen, Rosa, dan Akong mulai membuka usaha kecil-kecilan dengan menawarkan berbagai macam menu masakan Indonesia rumahan di rumah Erla di Dago Pojok 3, Bandung. Karena banyak orang asing yang tinggal di daerah itu, Erla lalu memiliki ide untuk menyediakan menu masakan barat. Masakannya lalu disesuaikan dengan citarasa orang-orang asing itu sehingga terciptalah menu yang hingga kini ditawarkan pada para pengunjung di sana.

Menu favorit di sana adalah nachos, sebuah makanan khas Meksiko yang terbuat dari jagung tortilla yang digoreng dan dipanggang dengan keju cheddar. GOSIPNYA karena hal inilah kafenya dinamakan Mexican. Meski bernama Mexican, kafe yang dapat menampung 20 pengunjung itu lebih sering dikunjungi oleh orang-orang yang ingin nongkrong sambil minum bir. Kafe yang buka tiap hari dari jam 12 siang ini, biasanya mulai ramai pada jam 9 malam hingga kafe tutup jam 1 subuh.

Meski harus bersaing dengan tempat-tempat serupa di Bandung seperti Forum, Badung, Verde, OJ's, Volcano, The Loft, Camden, 18 Hours, 9 Square, dan lainnya, GOSIPNYA Mexican punya pelanggan yang setia karena musik yang tidak terlalu keras serta tempatnya yang kecil membuat para pengunjung lebih mudah untuk saling berkenalan.

Kamal Arif

Kamal Arif
lahir 12 September 1966 di Bandung
anak: Nakita Sabrina Camelia, Arif Rizky

GOSIPNYA
Setelah lulus dari NHI Bandung pada tahun 1987 (GOSIP lain bilang tahun 1985), Kamal Arif bekerja di Hotel Hilton Jakarta hingga tahun 1993. Ia lalu pindah ke restoran Italia, Cappellini, dan berhenti tahun 1996. Pada awal tahun 1997 ia pindah ke Bandung untuk bekerja di Hotel Hyatt Regency.

Pada tahun 1998, karena krisis moneter ia membuka usaha sampingan Tiramisu n Coffee (TnC) di rumahnya sendiri di Sawah Kurung IV no. 15, Bandung dengan tiramisu sebagai produk unggulan. Perkembangan bisnisnya dimulai ketika ia menerima pesanan 1.000 buah tiramisu untuk sebuah pernikahan. Kelezatan kuenya lalu menyebar dari mulut ke mulut dan membuat tiramisunya terkenal sekota Bandung. Perlahan-lahan bisnisnya berkembang sehingga pada Oktober 2002 ia memutuskan berhenti bekerja di Hyatt dan fokus pada usahanya sendiri.

Pada 6 Desember 2010 Indonesia Pastry Club (IPC) Bandung didirikan dan ia terpilih sebagai ketuanya. Ada 3 kategori keanggotaan yaitu senior, junior dan hobi. Kelompok senior adalah para profesional baik chef pastry di hotel maupun restoran di Bandung, kelompok junior adalah para pelajar yang menempuh studi di bidang kuliner dan ingin mengembangkan ilmunya, sedangkan kelompok hobi adalah masyarakat umum yang tertarik dengan bidang kuliner. Agenda kegiatan IPC Bandung dimulai pada tahun 2011 dengan mengadakan pelatihan dan cooking class bagi para anggota junior dan hobi oleh senior sedangkan anggota senior membuat inovasi kuliner.

Pada Maret 2011 IPC Bandung membuat martabak manis terbesar di dunia dengan diameter 1,5 meter dan tinggi 27 cm. Martabak yang memecahkan rekor sebelumnya di tahun 2007 dengan diameter 1 meter dan tinggi 7 cm itu diperlihatkan kepada publik di mall Cihampelas Walk pada tanggal 20 Maret 2011. Adonan martabak manis menghabiskan 1.000 butir telur, 10 kg gula, 600 gr garam, 800 gr ragi, 100 liter air hangat, 100 kg tepung terigu, 800 gr baking powder, 2 kg susu bubuk, 6 kg margarin sedangkan untuk topping menghabiskan 15 kg gula pasir, 20 kg kacang, 30 kg meises, 24 kg mentega, 30 kg keju, dan 100 kaleng susu kental manis.

Untuk memecahkan rekor, dibuat dulu loyang martabak dengan diameter 1,5 meter dan tinggi 10 cm yang dibuat sendiri oleh Kamal. Ia adalah salah satu produsen oven tungku tradisional yang GOSIPNYA berjumlah sangat sedikit di Indonesia. Ia menjual 2 jenis oven yakni ukuran sedang yang mampu memanggang 6-8 loyang dan ukuran besar yang mampu memanggang 8-10 loyang.

Selain berjualan oven, ia juga membuka kursus memasak bertempat di lantai 2 TnC dengan biaya 300 ribu Rupiah yang sudah termasuk bahan-bahan masakan, peminjaman alat-alat masak serta sertifikat.

Mucikari Keyko


Keyko

GOSIPNYA
Yunita yang lebih dikenal dengan nama Keyko adalah seorang wanita keturunan Tionghoa asal Bali yang lahir pada tahun 1978. Ia adalah lulusan S1 sebuah universitas terkenal di Surabaya. Pada tahun 1999 ia menikah dengan seorang pengusaha SPBU. Ketika awal kuliah, wanita beranak dua ini mulai menjadi foto model yang membawanya pada kehidupan glamor. Dia selalu memakai tas dan baju mahal serta makan dan minum di hotel bintang.

Setelah anak keduanya lahir, ia tinggal di perumahan elit di Surabaya di Dharmahusada Indah. Pada tahun 2008-2009, ia sering bertengkar dengan suaminya (GOSIPNYA sih karena suaminya tidak setuju dengan gaya hidupnya). Ia pernah disiksa oleh suaminya dan membuatnya trauma karena pihak keluarga suaminya mendukung mereka untuk bercerai. Setelah bercerai dengan suaminya, ia tidak mendapat harta gono-gini maupun biaya hidup dari suaminya demikian pula dengan kedua anaknya. Karena itu, ia pun membawa anak-anaknya ke rumah orang tuanya di Jayagiri, Bali.

GOSIPNYA ia berusaha memperjuangkan hak-haknya secara baik-baik kepada keluarga suaminya tapi ia malah dimarahi oleh ibu mertuanya. Ia lalu melaporkan KDRT yang ia alami pada Polres Surabaya Timur dan meminta bantuan seorang pengacara di Surabaya. Ketika itu ia hanya bisa membayar dengan cara 50-50, jika sudah mendapatkan pembagian harta gono gini. Tapi pengacara menolak sistem pembayaran itu hingga permasalahannya tidak bisa diselesaikan.

Ia juga pernah menggugat perceraiannya di Pengadilan Negeri Surabaya tapi tidak berhasil. Saat itu, ia kerap bolak-balik Surabaya-Bali. GOSIPNYA ia lalu mulai berjualan kue, mie, parcel, madu arab dan sejenisnya untuk bertahan hidup. Ia lalu menyewa sebuah kios di Pasar Atom Surabaya sambil menerima panggilan jadi foto model.

Ia lalu mulai merintis agensi modelnya sendiri. Meski begitu, karena gaya hidupnya yang boros, ia mulai menjadi pelacur. Para modelnya, ternyata juga tertarik menjadi pekerja seks komersial (PSK). Profesi ini lalu berubah menjadi bisnis besar karena harga yang ditawarkan oleh Keyko dianggap setara dengan PSK yang ditawarkan dan para PSK pun puas dengan sistem bagi hasil ala Keyko. Selain itu, Keyko dapat menjaga identitas para konsumen maupun para PSK sehingga GOSIPNYA omzetnya bahkan tidak terkalahkan oleh mucikari legendaris seperti Hartono Prapanca sekalipun.

Bisnisnya menyasar kalangan orang kaya yaitu 1,5-2,5 juta Rupiah untuk PSK biasa, 3-4 juta Rupiah untuk SPG, dan untuk model cantik tarifnya diatas 4 juta Rupiah, sedangkan untuk perawan tarifnya 15-20 juta Rupiah. Jika konsumen berminat, mereka harus mentransfer dulu uang ke rekening BCA-nya dan setelah itu konsumen dapat berkencan selama 3 jam dengan PSK di hotel bintang 5 yang telah ditentukan. Tarif Keyko sendiri mencapai 15 juta Rupiah karena GOSIPNYA ia dapat memberikan pelayanan anal.

Keyko bersama Tukul Arwana

Reputasinya dengan cepat menyebar luas sehingga banyak germo yang menawarkan diri bekerja padanya dan menawarkan PSK. Jaringannya tersebar luas mulai dari Bali, Jawa, hingga Kalimantan. PSK yang ditawarkan padanya memiliki berbagai macam pekerjaan seperti mahasiswa, perawat, maupun pekerja kantoran. GOSIPNYA Keyko tidak pernah bertemu dengan germo dan PSK-nya sendiri karena semua transaksi dilakukan lewat BlackBerry Messenger. Keyko sering memamerkan koleksi terbaru PSK-nya dengan memajang foto mereka di profil picture BlackBerry-nya. Ia juga selalu mengirimkan foto PSK baru kepada para pelanggannya.

Pada akhir tahun 2010 ia menikah lagi dengan seorang pengusaha alat-alat listrik yang hanya berlangsung 2 tahun. Pada pertengahan tahun 2012 ia berpacaran dengan seorang anggota Polri yang tidak diketahui identitasnya. Polisi memerlukan waktu enam bulan untuk menangkap Keyko karena selain tidak mudah percaya, Keyko juga sering berpindah tempat dan berganti nomor telepon. Informasi tentang Keyko didapat setelah polisi menggerebek perempuan yang diduga PSK masuk ke Hotel Oval, Jl Diponegoro, Surabaya. Setelah keluar dari kamar, pasangan bukan suami istri itu diinterogasi dan lalu dibawa ke kantor polisi untuk dilakukan pemeriksaan.

Perempuan itu mengaku menerima order melalui BlackBerry Messenger (BBM) yang dikirimkan Keyko. Dalam pesannya Keyko menawari tarif Rp. 1,5 juta untuk sekali kencan. Dari jumlah itu Rp. 1 juta diberikan untuk PSK dan Rp. 500 ribu untuk Keyko ditransfer melalui rekening bank. Berdasarkan keterangan ini, polisi lalu menangkap Keyko di Kuta, Bali pada 25 Agustus 2012. Pada 11 September 2012 tiga germo Keyko: Nugroho Tjahjojo alias Dion, Lanny Agustina alias Nonik, dan Gloria Nansiska Maulina ditangkap polisi.

Meski pada awal pemeriksaan polisi menyebutkan bahwa anak buah Keyko berjumlah lebih dari 2.000 orang, dalam surat dakwaan jaksa ternyata hanya disebutkan 30 orang. GOSIPNYA ribuan PSK lainnya merupakan anak buah mucikari lain yang bekerjasama dengan Keyko. Mereka adalah Lylian yang memiliki 20 PSK, Ghelsa Mei (20 PSK), Radita (25 PSK), Lards (50 PSK), Angeline (70 PSK), Emmon (100 PSK),  Putri Adeline (100 PSK), Ling-ling (150 PSK), Alona M (200 PSK), Dion S (200 PSK), Evan (200 PSK), San Fokus (200 PSK), Shen-Shen (200 PSK), dan Wen Phing/Seven (300 PSK). GOSIPNYA dari ribuan PSK itu Keyko memiliki omzet 25 juta Rupiah per hari.

Keyko dipenjara 1 tahun dan telah keluar penjara pada Juni 2013.

Bakso Lapangan Tembak Senayan

Ki Ageng Widyanto Suryo Buwono
lahir 15 Juni 1949 di Wonogiri
meninggal 9 Juli 2011 di Solo
ayah: Karyo Dimedjo
ibu: Sadiyem
istri: Sri Handayani
anak: Kusuma Adi Agung Nugroho lahir 1985
Puspo Kuncoro Adi Susilo lahir 1989
Bangkit Luhur Gumilar lahir 1994
alamat: Jl. Pulo Kemuning II no. 70

Kusuma Adi Agung Nugroho

GOSIPNYA
Sejak tahun 1966 Widyanto sudah menjajakan bakso dengan pikulan berkeliling kota. Setelah tamat STM 1 di Solo, ia merantau ke Jakarta tahun 1971 dengan bekal uang 1.200 Rupiah atau setara dengan 2,5 gram emas ketika itu (GOSIP lain bilang Rp. 150). Di Jakarta ia berdagang bakso keliling memakai angkringan. Setelah beberapa tahun, ia mengganti angkringan dengan gerobak dorong. Pada siang hari ia berkeliling di kawasan Petamburan, Slipi, Pejompongan, dan Gelora Senayan sedangkan pada malam hari ia mangkal di kawasan Lapangan Tembak Senayan yang kini menjadi Hotel Mulia.

Karena mulai mendapat pelanggan tetap, sejak tahun 1982 setiap hari ia mangkal di luar pagar kompleks Lapangan Tembak Senayan. Pelanggannya terus bertambah termasuk para atlet pelatnas atletik, bulutangkis, renang, dan menembak, sehingga pada tahun 1983 ia diperbolehkan berjualan bakso di dalam kompleks. GOSIPNYA ketika itu ia mulai membuat kompleks dipenuhi pembeli dan agar tidak mengganggu aktivitas di Lapangan Tembak Senayan, ia diizinkan membuka warung kecil di lokasi parkir. Sejak itu baksonya dikenal sebagai Bakso Lapangan Tembak Senayan.

GOSIPNYA kelezatan baksonya membuat para pejabat menjadi pelanggan setianya. Pada tahun 1980-an, Sri Sultan Hamengkubuwono IX menganugrahinya nama Ki Ageng Widyanto Suryo Buwono. GOSIPNYA karena dianggap kurang memadai, ia diperbolehkan membuka beberapa gerai lagi di lingkungan Senayan. Hingga tahun 1998 ia berhasil mengembangkan toko hingga 7 cabang.

Ia sempat mendapat masalah ketika anak buahnya mendirikan warung bakso sendiri dan gerainya di Pasar Minggu terkena amuk massa pada kerusuhan Mei 1998. Cabang tokonya di Roxy Mas dan Kelapa Gading juga tidak menguntungkannya, karena itu sejak tahun 2001 ia mulai mengerahkan anak sulungnya yang masih SMP untuk mulai terjun ke dunia bisnis dengan cara bekerja magang di salah satu gerainya.

Pada tahun 2002 ia mengubah pangsa pasarnya menjadi menengah ke atas dengan membuka gerai di Mega Mall Pluit. Ia juga mulai mewaralabakan usahanya dengan sistem semi franchise dan menambah variasi menunya. Ia juga membedakan harga tiap gerai berdasar kemampuan ekonomi pengunjung daerah tersebut. GOSIPNYA biaya waralaba untuk membuka sebuah gerai baru di mal seluas 150 m² mencapai Rp. 2 milyar untuk 5 tahun. Pada September 2006 musisi Purwacaraka menjadi franchisee dan membuka gerai di Rest Area 57 Cikampek.

Widyanto berambisi membuka cabang di luar negeri dan untuk menaunginya secara profesional, pada Februari 2007 ia mendirikan PT Balats Dwi Tunggal di apartemen Bellezza, Permata Hijau, Jakarta. Meski telah meninggal pada 9 Juli 2011, bisnisnya masih terus berkembang dan hingga akhir tahun 2011 telah mencapai 140 gerai (GOSIP lain bilang 109) di seluruh Indonesia.

Abuba Steak

Abu Bakar

CABANG USAHA
-Jabodetabek (17)
*Jl. Boulevard Raya Blok FY No. 1-2 Kelapa Gading, Jakarta Utara Telp. 021 4584 4273
*Jl. Pluit Indah Raya 168 Jakarta Utara Telp. 021 6669 8381
*Jl. Raya Panjang Kav 60, Kelapa Dua, Kebon Jeruk, Jakarta Barat Telp. 021 5365 3435
*Jl. Greenville Blok AS No. 30 Kebon Jeruk, Jakarta Barat Telp. 021 560 3966
*Jl. Gajah Mada (Ruko GM) No. 149 A-B-D, Jakarta Barat Telp. 021 659 3333
*Jl. Radin Inten Raya II No. 1, Duren Sawit, Jakarta Timur Telp. 021 8630 088

*Jl. Raya Matraman Raya No 22, Kebon Manggis Jakarta Timur 021-2982 7717
*Jl. Cipete Raya 14A, Jakarta Selatan Telp. 021 751 2337
*Jl. Suryo 36 Blok Q3, Jakarta Selatan Telp. 021 7279 7413
*Jl. Tebet Raya 56, Jakarta Selatan Telp. 021 8379 3184
*Jl Bintaro Utama 3A Blok DC 1 No. 61, Bintaro, Jakarta Selatan Telp. 021-7353839
*Jl. K.H. Wahid Hasyim 120 Jakarta Pusat Telp. 021 3193 5655
*Jl. Achmad Sobana (Bangbarung Raya) 1, Bantar Jati, Bogor Telp. 0251 8362 691
*Jl. Alternatif Cibubur 99 Harjamukti, Cimanggis, Depok Telp. 021 8459 1023
*Jl. Ir. H. Djuanda 30, Cempaka Putih, Ciputat Timur, Tangerang Selatan Telp. 021 7490 680
*Jl. Boulevard Raya Blok BA IV No. 37-39, Gading Serpong, Tangerang Telp. 021 5420 5212/13
*Rukan Sinpasa Commercial Blok SA 32-33 Summarecon, Bekasi Telp. 021 2957 2233

-Bandung (3)
*Jl. Setiabudi 170 Telp. 022 204 4105
*Jl. Pelajar Pejuang 45 No. 70 Telp. 022 733 5240
*Jl. Prabu Dimuntur 12 Telp. 022 423 3290

GOSIPNYA
Abu Bakar putus sekolah ketika kelas 5 SD karena ayahnya sakit berat dan tidak lama kemudian meninggal. Untuk membiayai ibu dan kelima saudaranya, pada usia 13 tahun ia merantau ke Jakarta. Ia bekerja sebagai buruh dan kuli bangunan. Pada umur 17 tahun ia ditawari bekerja sebagai tukang cuci piring di sebuah restoran di Kemang, Jakarta Selatan. Beberapa bulan setelahnya ia dipercaya bekerja di bagian goreng-menggoreng. Ia bekerja di bagian itu hanya beberapa bulan saja karena restorannya kurang laku sehingga pihak restoran terpaksa mengurangi beberapa pegawai.

Dengan bekal pengalaman kerja di restoran itu, pada tahun 1970 hingga 1985 ia bekerja di restoran Amigos, Ponderosa Steak House, Hotel Kemang, dan Hotel Sahid. Selama bekerja inilah ia belajar memasak dan juga berbagai menu masakan lokal dan barat. Pada tahun 1987 ia bekerja sebagai juru masak di perusahaan pengeboran minyak lepas pantai di sekitar Pulau Natuna, Riau. Selama di sini, ia belajar memasak burger dan steak dengan koki asal Texas, AS.

Setelah 4 tahun bekerja dan kontraknya tidak diperbarui, ia pulang ke Jakarta dan menganggur selama tiga bulan. Untuk bertahan hidup, pada 4 November 1992 pria kelahiran Cirebon ini nekat membuka warung steak di Jalan Kemang Raya, Jakarta Selatan (GOSIPNYA ketika hendak berdagang ia sempat tidak percaya diri berjualan steak karena yang banyak dijual saat itu adalah pecel lele dan lalapan yang tidak ia kuasai).

Dengan modal 3 juta Rupiah dan gerobak ia membuka usahanya sebagai kaki lima di depan restoran Payon pada pukul 6 sore hingga 12 malam dengan nama Abuba Steak yang merupakan singkatan dari namanya sendiri. GOSIPNYA di sana ia beberapa kali kena gusur dan terpaksa pindah ke Gang Langgar, Kemang I. Karena masih sering juga kena gusur, pada tahun 1994 ia pindah ke daerah Cipete sedangkan di daerah Kemang ia serahkan pada istrinya untuk berjaga-jaga apabila usahanya di Cipete tidak berhasil. Anak tunggalnya, Ali Ariansyah, membantu keduanya.

Melihat respon yang cukup baik, pada tahun itu juga ia menyewa sebuah rumah di Jalan Cipete Raya nomor 6 sebagai tempat barunya sedangkan usahanya di Kemang ia tutup karena sudah bosan kena gusur. Selain itu ia juga mempekerjakan 5 orang karyawan. Pada awalnya restoran hanya memiliki 8 meja makan. Karena jumlah pengunjung semakin lama semakin banyak jumlah meja makan ditambah hingga menjadi 35 buah. Pada tanggal 27 juli 1996 restoran ini dianugerahi penghargaan atas partisipasinya dalam Konvensi Gugus Kendali Mutu Direktorat Material.

Tahun 1998 cabang baru dibuka di sebrang jalan yaitu di Jalan Cipete Raya nomor 14A dengan kapasitas 15 meja makan dan fasilitas AC. Pada awal tahun 2004 restoran ini diperluas hingga 4000 meter karena tidak cukup menampung konsumen pada saat akhir pekan maupun hari-hari libur lainnya. Pada 25 Maret 2000 restoran ini mendapat penghargaan U.S. Meat Culinary dari U.S Meat Export Federation. Pada tahun 2010, ia menyerahkan pengelolaan Abuba Steak pada Ali yang GOSIPNYA adalah lulusan sekolah perhotelan di Swiss.

Darmansyah Sudjadi

Pada 15 April 1994 pukul 2 dini hari, Darmansyah Sudjadi alias Nyo Beng Seng ditikam 20 tusukan oleh 4 orang bertopeng saat hendak turun dari Baby Benz di Pluit Jakarta Utara. Dada kanan dan kirinya sobek. Ada tiga sayatan di lengan, pipi kiri, dan punggungnya. Komplotan itu lalu kabur dengan Toyota Kijang. Sopirnya, Sa'aman, lalu menggedor pintu rumah dan membangunkan istri Beng, Tuti Sulastri. Tuti, dibantu putrinya, Verawaty, bergegas membopong Beng naik Baby Benz menuju Rumah Sakit Atmajaya tapi Beng meninggal hari itu juga.

Nyo Beng Seng adalah pengusaha rekaman sukses. Di studio Irama Tara miliknya, yang bersebelahan dengan rumahnya di Pluit, diorbitkan sejumlah nama kondang seperti penyanyi Ira Maya Sopha, Duo Kribo (Ahmad Albar dan Ucok Harahap), dan Remy Silado. Kamera TV pengintai yang dipasang di dekat pintu rumah sudah lama tak berfungsi. Yang ada hanya barang bukti berupa sarung katana dari kayu berukuran 50 cm. Tidak ada jejak lain. Semenjak bisnis rekamannya meredup, Beng beralih ke bisnis prostitusi dan perjudian. Kendati begitu, ia masih berupaya membangkitkan studionya.

Sepanjang malam puluhan karyawannya silih berganti meramaikan studio. Saat penusukan terjadi, studio itu hanya buka sampai sore. Malamnya hanya dijaga dua sopirnya. Beng yang merupakan orang Medan dan beragama Budha, membangun bisnis hiburan Pink House di kawasan Mangga Besar, Jakarta Barat. Di kalangan penjudi, ia dikenal sebagai penjudi kakap yang kerap bermain di kasino Makau, Hong Kong, Malaysia, Australia, hingga Las Vegas. GOSIPNYA ia juga memiliki saham di tempat-tempat tersebut.

Beng sering memberikan pinjaman ratusan hingga milyaran Rupiah pada para penjudi dan hutang ini harus dikembalikan dalam dua pekan saja. Banyak yang tak dapat membayar sesuai dengan kesepakatan dan untuk kasus seperti ini GOSIPNYA Beng tak segan menyita harta mereka. GOSIPNYA Bersama Atang Latief alias Apyang dan Liem Eng San alias Hasan, Beng membangun kasino di Kamboja. Pengurusan izin diserahkan kepada Sie Hong Lie dengan biaya 7 juta Dolar AS. Namun izinnya palsu. Beng lalu menagih kepada Eng San dan Hong Lie tapi mereka malah bersekongkol menghabisi Beng dengan mengupah Agiono bin Sarfan dan Sudartono alias Atok melalui Ahak dan Afuk. Ahak dan Afuk lalu menyuruh Opiu mencari pembunuh bayaran.

Opiu menemukan empat orang yang bersedia yakni Barki, Yudi, Agung, dan Pramono yang ditugaskan mengawasi jalannya eksekusi dari dalam mobil. Agiono mendapat Rp. 11,5 juta, Sudartono Rp. 10 juta, Barki Rp. 11,5 juta, sedangkan Agung, Yudi, dan Pramono masing-masing Rp. 5 juta. Agiono dihukum 20 tahun penjara, Sudartono 17 tahun, dan Opiu 9 tahun.

Peristiwa itu membuat para bos judi yang lebih dikenal dengan sebutan 9 Naga itu menjadi berita hangat di masyarakat. Sejak lama mereka tidak ingin aktivitas mereka diketahui publik, salah satu caranya dengan mengadakan arisan. Arisan itu adalah sarana untuk menyelesaikan permasalahan dalam bisnis mereka baik di dalam maupun di luar anggota. Contohnya jika ada seseorang yang membuka perjudian tanpa sepengetahuan mereka, mereka akan membahasnya di arisan lalu mereka akan memberitahu polisi untuk menutup perjudian itu.

GOSIPNYA sejarah terbentuknya 9 Naga berawal dari perang dingin antara Uni Soviet dan AS setelah Perang Dunia II usai tahun 1945. Pendapatan negara difokuskan untuk penelitian dan pengembangan teknologi agar pertahanan militer negara kuat.

Benjamin Siegel

Pada Desember 1946 mafia Benjamin 'Bugsy' Siegel membuka tempat judi yang terkenal hingga kini, The Flamingo Hotel & Casino di Las Vegas, Nevada. AS mengalami kesulitan keuangan memasuki tahun 1960-an. Hal ini membuat meningkatnya tingkat kejahatan di mana-mana. Pemerintah AS mengetahui bahwa satu-satunya cara cepat memperoleh dana adalah melalui perjudian. Masalahnya adalah banyak pihak yang menentangnya karena tidak sesuai dengan ajaran agama Kristen yang merupakan agama mayoritas di sana.

The Flamingo

Negara bagian Nevada memang sudah melegalkan hampir semua bentuk perjudian pada tahun 1931, tapi pemerintah AS ingin perjudian dilegalkan di semua wilayah AS karena perjudian di Nevada dijalankan oleh para mafia dan negara tidak mendapatkan keuntungan dari mereka. Untuk mengatasi masalah itu, pemerintah AS lalu membuat perbedaan definisi berjudi (gambling) dengan bertaruh (bet). Berjudi didefinisikan sebagai sebuah tindakan memainkan uang pada permainan dengan harapan akan memenangkan permainan itu sedangkan bertaruh didefinisikan sebagai sebuah tindakan meresikokan sesuatu - yang biasanya sejumlah uang - dengan keyakinan bahwa hal yang diprediksikan akan menjadi kenyataan.

Meski ditentang banyak pihak, pemerintah bersikeras menerapkannya pada negara bagian New Hampshire dengan melegalkan lotere pada tahun 1963 yang diikuti New York tahun 1967 dan New Jersey tahun 1971. Pihak-pihak yang menentang hal ini tidak dapat berbuat banyak karena masyarakat sangat antusias akan hal tersebut. Setelah lotere dianggap sukses, New Jersey menjadi negara bagian kedua yang melegalkan kasino pada tahun 1978. Setelah terbukti meningkatkan pendapatan negara dan menurunkan tingkat kejahatan, barulah perjudian diterima oleh semua pihak.


Ali Sadikin

GOSIPNYA hal itu menginspirasi Ali Sadikin untuk melakukan hal serupa karena saat itu ia sedang berusaha mendapatkan dana untuk membangun kota Jakarta. Pada tahun 1967 Ali Sadikin meresmikan perjudian di Jakarta dan sukses mendirikan Taman Ismail Marzuki, kebun binatang Ragunan, Taman Impian Jaya Ancol, Taman Ria, Gelora Bung Karno serta Monumen Nasional (Monas). Pada saat itulah Generasi pertama 9 Naga dimulai oleh Jan Darmadi alias Apiang Jinggo yang membuka beberapa tempat judi seperti Petak IX, Copacobana, Jakarta Theatre, dan Lofto Hair Hailal. Tahun 1980 Jan juga membuka sebuah kasino di Surabaya yang GOSIPNYA menyumbangkan seperempat APBD kota tersebut.

Tjokropranolo (paling kanan)

Setelah Ali Sadikin berhenti pada tahun 1977, Gubernur Tjokropranolo mencabut kembali izin tersebut. Tapi jaringannya sudah terlanjur meluas ke seluruh Indonesia. Bahkan tempat judi yang lebih besar dibangun di ITC Mangga Dua, Jakarta yang GOSIPNYA menghasilkan 10-15 milyar Rupiah per hari. Pesaing besar mereka adalah Apow yang memiliki Mickey Mouse di Pancoran Glodok dan Boulevard Kelapa Gading, Kasturi di Mangga Besar, serta Ruko Blok A di Green Garden dan Kejayaan. GOSIPNYA saat itu Apow meraup 2 milyar Rupiah per hari. Apow juga bekerjasama dengan Juhua dan Ali Oan membangun tempat judi di Asemka dan Gajah Mada, Jakarta. Pesaing lain adalah Rudi yang memiliki kasino di Kabuki Lokasari, Pelangi dan Raja Kota di Hayam Wuruk, Raja Mas di Glodok, Jl. Kunir, serta pulau Ayer. Dari tempat-tempat itu Rudi meraup Rp. 10 milyar per hari.

Generasi kedua diwarisi oleh Robert Siantar dan Abah. Generasi ketiga adalah Sie Hong Lie, Liem Eng San, Atang Latief, Anton Medan, dan Nyo Beng Seng sedangkan generasi keempat GOSIPNYA adalah 9 naga. 9 Naga mereka memiliki bisnis lain. Sie Hong Lie memiliki usaha judi Lotere di Kamboja, peternakan, pacuan kuda, serta bukit timah di Singapura dan Penang, Malaysia. Ia juga memiliki kapal pesiar Delfin Star dan Lido Star yang bermarkas di Singapura. Atang Latief memiliki tempat judi di Christmas Island, Australia. Bersama Robby Sumampouw, Atang juga membuka bank, properti, dan hotel di Jakarta. GOSIPNYA bersama Tommy Winata, Rudi Susanto bahkan menggelar perjudian di kapal pesiar di kepulauan seribu yang menghasilkan Rp. 500 milyar dalam sekali operasi.

Menurut Anton Medan, begitu aman dan lancarnya bisnis ini dikarenakan kuatnya jaringan pengamanan yang dibangun. Biasanya, setiap pergantian pemimpin TNI, Polri atau Gubernur DKI, para bandar itu langsung mengirimkan kurir sebagai salam perkenalan. Mereka lalu memberi uang pada para pemimpin TNI, Polri, Pemda DKI, tokoh ormas dan OKP, serta wartawan.

Untuk oknum perwira tinggi TNI dan Polri GOSIPNYA uang yang diberikan mencapai Rp. 15 milyar per bulan sementara setingkat di bawahnya Rp. 10 milyar. Setingkat di bawahnya lagi Rp. 5 milyar. Begitulah seterusnya. Untuk Ketua OKP dan ormas, berkisar Rp. 200-500 juta per bulan.

GOSIPNYA jaringan 9 Naga tersebar juga di kota besar lainnya dan dikendalikan oleh Wang Ang (Bandung), Pepen (Manado), Dedi Handoko (Batam, Tanjung Pinang), Jhoni F. (Surabaya), Olo Panggabean (Medan dan Aceh), dan Firman (Semarang).

Tomy Winata

Tomy Winata (郭說鋒 Oe Suat Hong)
lahir 23 Juli 1958 di Pontianak

USAHA
-Properti
*Komersial
+Indonesia Stock Exchange Building (SCBD Lot 2, luas tanah 25.077 m²)
+Equity Tower (SCBD Lot 9, luas tanah 9.534 m²)
+18 PARC (SCBD Lot 18, luas tanah 8.068 m²)
+Artha Graha Building (SCBD Lot 25, luas tanah 6.050 m²)
+Menara Global (Jl. Gatot Subroto Jakarta, luas tanah 8.068 m²)
+Mangga Dua Square (Jl. Gunung Sahari Raya Jakarta, 4.000 kios, 8.000 mobil) dibuka Juni 2005
+Discovery Shopping Mall (Jl. Kartika Plaza Kuta Bali, luas tanah 38.082 m²) dibuka 2003

*Residensial
+Kusuma Candra Apartment (SCBD Lot 20, 178 apartemen)
+SCBD Suites (SCBD Lot 23B, 344 suite, 6 penthouse)
+Capital Residence (SCBD Lot 24, 71 apartemen)
+Residence 8 (Jl. Senopati Jakarta, luas tanah 1,5 hektare, 562 unit)

*Multi Fungsi
+One Pacific Place (SCBD Lot 3 & 5, luas tanah 30.897 m²)
+Signature Tower (SCBD Lot 6, luas tanah 18.873 m²)
+Bukit Golf Mediterania (PIK Jakarta, luas tanah 800 hektare)
+Mall Artha Gading (Kelapa Gading Jakarta, luas tanah 45 hektare) dibuka 2007

-Infrastruktur
*PT Bangungraha Sejahtera Mulia: membangun jembatan Selat Sunda

-Telekomunikasi & Informasi Teknologi
*Artha Telekomindo (Arthatel) didirikan 1993
*Danatel Pratama didirikan 1991

-Finansial
*Bank Artha Graha didirikan 1967
*Artha Graha General Insurance didirikan 1964, diakuisisi 1995 dari PT Maskapai Asuransi Tjahjana

-Pertanian & Peternakan
*PT Sumber Alam Sutera didirikan 2003 (luas tanah 106.000 hektare): penghasil beras hibrida
*PT Multiagro Pangan Lestari (dulu PT Mahkota Panca Lestari) didirikan 2008 (Jonggol Jabar): peternakan sapi
*PT Maritim Timur Jaya didirikan 1995 (Tual Maluku, luas tanah 140 hektare): penangkapan dan pengolahan ikan
*PT Harmoni Nirwana Lestari (Cianjur Jabar, luas tanah 420 hektare): penanaman teh
*PT Angels Products (Bojonegara Serang Banten) didirikan September 2002: penyulingan gula
*Tambling Wildlife (Lampung, Sumatera): konservasi alam

-Media & Hiburan
*JAK-TV mengudara Mei 2002 diakuisisi 2009 dari Grup Jawa Pos
*Electronic City Entertainment (bagian dari Electronic City): distributor film

-Perhotelan
*Prameswari Hotel (Cipanas Puncak, bintang 3, 145 kamar, luas tanah 18.559 m²)
*Borobudur Hotel (Jl. Bungur Besar Jakarta, bintang 5, 695 kamar)
*Discovery Kartika Plaza Hotel (Kuta Bali, bintang 5, 312 kamar, 6 vila) dibuka sejak 1991

-Transportasi
*PT Transwisata Prima Aviation (Jakarta) didirikan 2000: menyediakan transportasi udara
*Charter Vessel Service: menyediakan transportasi air

-Ritel
*Electronic City didirikan November 2001: toko elektronik

-Manufaktur
*PT Graha Kreasi Tekstile (Bandung Jabar): pabrik celana, rok, blus, jaket merek S’Oliver, Esprit, Express, J Crew, Grey Stone, Quiksilver, Billabong, Ripcurl, DC Shoe

-Pemakaman
*Graha Santosa Memorial Park (Karawang Jabar, luas tanah 200 hektare)

-Ekspor Impor
*PT Muliatama Mitra Sejahtera (Jakarta) didirikan 2001: sejak 2010 menjadi pengimpor resmi minuman alkohol seperti Macallan, Jim Beam, Sauza Tequila, Johnnie Walker, Remy Martin, Cointreau, Jack Daniel's, Bacardi, Martell, dan wine dari Australia serta Afrika Selatan

-Sosial
*Artha Graha Peduli

Struktur JIHD

Struktur Danayasa Arthatama

GOSIPNYA
Tahun 1971 Tomy Winata yang lebih akrab dengan inisial TW, sudah yatim piatu. Awalnya ia bekerja di sebuah perusahaan yang punya hubungan bisnis dengan Kodam Tanjungpura dan pemerintah daerah di Singkawang, Kalimantan Barat. Tugas remaja yang belum tamat SMP ini melakukan konfirmasi pengiriman dan pesanan berikutnya.

Tahun 1972 Sugianto Kusuma memperkenalkan TW kepada komandan rayon militer di Singkawang, Kalimantan Barat. Saat itu TW dipercaya membangun kantor koramil di Singkawang. TW membangun sebuah mess tentara dengan biaya Rp. 60 juta.

Sejak itulah hubungan bisnisnya dengan militer terus berlangsung, terutama dengan beberapa perwira menengah dan tinggi. Cerita selanjutnya mirip perjalanan persahabatan Liem Sioe Liong dengan Soeharto. Mereka merintis bersama dari bawah, saling mendukung. Ketika Soeharto naik posisi, Liem pun mendapat keuntungan dari sisi bisnis. Hubungan TW dengan sejumlah perwira juga tidak jauh berbeda. Karena hubungan baik dengan perwira TNI-lah, proyek Singkawang berlanjut. Order berikutnya adalah pembangunan asrama militer di Irian Jaya pada tahun 1975.

Ia dipercaya mengerjakan proyek untuk kepentingan militer, mulai dari membangun barak, sekolah tentara, hingga menyalurkan barang-barang ke markas tentara di Papua Barat dan di tempat-tempat lain seperti Makassar dan Ambon. Di sana ia berkenalan dengan Yorrys Raweyai, Ketua Pemuda Pancasila.

Tahun 1983 ia mengaku bangkrut. Pada saat itu modalnya bertambah: ijazah SMA. ''Saya waktu itu masih bodoh, kurang hati-hati. Lebih banyak pengeluaran dari pemasukan,'' katanya, suatu ketika. Tahun itu juga ia hijrah ke Jakarta dan bekerja di sebuah perusahaan swasta.

Nasibnya mulai membaik saat bertemu Sugianto Kusuma. Sugianto selaku pemilik PT Amcol Graha Electronic menawarkan gaji Rp. 3 juta per bulan. Karena ketekunan, keuletan, dan semangat kerjanya yang tinggi, nasibnya cepat berubah. Sugianto lalu mengajak TW bermitra. Sugianto mengenalkan TW dengan TNI AD yaitu Yayasan Kartika Eka Paksi yang ketika itu dipimpin Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Edi Sudradjat.

Tahun 1989 Bank Propelat merugi Rp. 600 milyar. TW diminta turun tangan meski awam soal bank. Propelat yang semula dimiliki Yayasan Siliwangi berganti nama menjadi Bank Artha Graha. Jika semula 100% sahamnya dimiliki yayasan, pada 1992 sahamnya menjadi 40% milik Yayasan Kartika Eka Paksi. Selebihnya dibagi antara TW (PT Karya Nusantara Permai) dan Sugianto Kusuma (PT Cerana Artha Putra).

Beberapa bulan setelah pengambilan Bank Propelat, TW bersama Yayasan Kartika Eka Paksi mengambil alih saham mayoritas di PT Jakarta International Hotel Development, badan usaha milik negara (BUMN) yang antara lain mengelola Hotel Borobudur. TW lalu mengembangkan bisnis hotel di Pulau Matahari, Kepulauan Seribu. Di Kuta, Bali, masih bersama Yayasan Kartika Eka Paksi, membangun Discovery Kartika Plaza Hotel.

TW lalu mendirikan Grup Artha Graha yang mendapat dukungan dana besar dari yayasan milik tentara, khususnya Yayasan Kartika Eka Paksi. Lewat Artha Graha, ia dengan mudah bisa menghubungi hampir semua panglima kodam di seluruh Indonesia. TW lalu berkenalan dengan Jenderal Tiopan Bernhard (TB) Silalahi, mantan Sekjen Departemen Pertambangan dan Energi serta Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dalam Kabinet Pembangunan VI Soeharto yang menguntungkan bagi bisnisnya.

  
Tiopan Bernhard Silalahi

Tahun 1991 PT Jakarta International Hotels and Development mengakuisisi Danayasa Arthatama. Ia pernah tercatat dalam daftar 12 pembayar pajak terbesar di Indonesia pada tahun 1994 dan GOSIPNYA pada tahun 1997 kekayaannya mencapai Rp. 3,5 trilyun.

Tahun 1992 bermitra dengan Yayasan Kartika Eka Paksi, lewat PT Danayasa Arthatama membangun Sudirman Central Business District (SCBD) yang memakan biaya 3,25 milyar Dolar AS. Di areal megaproyek yang memakan lahan 40 hektare itu bakal dibangun gedung perkantoran, hotel, apartemen, dan pusat niaga, yang diperkirakan memakan dana Rp. 7,5 trilyun (kurs saat itu 1 Dolar AS = Rp. 8500).

Ia memiliki beberapa kapal pesiar dan mengelola usaha pariwisata di Pulau Perantara dan Pulau Matahari di Kepulauan Seribu. Pada Mei 2000, dalam suatu acara dialog di sebuah stasiun televisi swasta bersama Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), ia dikabarkan memiliki bisnis judi di Pulau Ayer dan juga di kapal pesiarnya sehingga Gus Dur memerintahkan Jaksa Agung Marzuki Darusman dan Kapolri Letjen Rusdihardjo menutup tempat judi itu.

Saat aparat dan Komisi B (Bidang Pariwisata) DPRD DKI Jakarta melakukan inspeksi mendadak ke pulau itu, tidak ditemukan bukti seperti yang dituduhkan Gus Dur. Ternyata, Pulau Ayer dikelola Pusat Koperasi TNI AL yang bekerjasama dengan PT Global. GOSIPNYA TW merupakan salah satu anggota 9 Naga yang bisnisnya meliputi perjudian, narkoba, dan pelacuran yang terkenal kebal hukum.

Karena hal ini pula ia sering dikaitkan dengan berbagai peristiwa berikut:
-27 Juli 1996: ia dituduh berperan dalam penyerbuan ke kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat karena pada malam sebelumnya terjadi konsentrasi massa penentang Megawati di seputar SCBD.

-Agustus 2002: ia dituduh berperan dalam penyerangan kantor Himpunan Masyarakat Untuk Kemanusiaan dan Keadilan (Humanika) di Jakarta karena penyebaran pamflet oleh anggota Humanika yang menyebut TW sebagai dalang bisnis judi, narkoba, dan pelacuran.

-8 Maret 2003: ratusan massa merusak gedung majalah TEMPO di Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat dan menganiaya 3 wartawan dan pemimpin redaksinya karena pemberitaan TEMPO tanggal 3 Maret bahwa TW telah mengajukan proposal renovasi Pasar Tanah Abang senilai Rp. 53 milyar yang telah diajukan sebelum kebakaran terjadi. Ia lalu memenangkan gugatan hukum di pengadilan dan mendapatkan uang Rp. 500 juta.

Pada Mei 2012 TW ditemani beberapa pejabat Polri pergi ke Hotel Bellagio, Las Vegas, AS untuk menandatangani kerjasama dengan MGM Hospitality. Rencananya ia akan membangun gedung tertinggi di Indonesia - The Signature Tower - setinggi 638 meter dengan 111 lantai di kawasan SCBD bernilai Rp. 9 trilyun yang diperkirakan selesai pada tahun 2017. GOSIPNYA MGM akan mengoperasikan hotel tersebut.

Pada tahun 2011 Globe Asia menempatkan TW di peringkat 46 orang terkaya di Indonesia dengan kekayaan 570 juta Dolar AS.

GOSIP HARTONO SETYAWAN
Salah satu kasus TW yang paling menghebohkan adalah kasus melawan Hartono Setyawan. Hartono yang lebih dikenal dengan julukan 'ayam' atau 'prapanca' adalah seorang mucikari kelas kakap. Usahanya di bisnis pelacuran kelas atas tersebar di beberapa kota besar, yakni Jakarta, Semarang, Surabaya, Denpasar, Batam, dan Pontianak.

GOSIPNYA pada Juli 1986 dengan menyamar sebagai tamu, 4 petugas Polda Metro Jaya menangkap 19 PSK di rumah bordil milik Hartono di Jl. Prapanca Raya Blok P III No. 4. GOSIPNYA untuk melayani pesanan pelanggan, para PSK diantar dengan mobil mewah ke hotel-hotel mewah tempat pelanggan menginap. Hartono tidak ditangkap karena tidak ada di tempat saat itu.

GOSIPNYA karena merasa banyak pesaing yang ingin menghancurkan bisnis prostitusinya, pada tahun 1994 ia berencana membuka tempat hiburan Planet Bali di Denpasar. Pembangunan Planet Bali awalnya dibiayai Bank Tamara, yang telah menjadi kreditor Hartono selama kurang lebih 20 tahun. Karena membutuhkan biaya besar, pada tahun 1996 Bank Tamara menyatakan tidak sanggup lagi membiayai proyek itu.

GOSIPNYA secara tidak sengaja ia bertemu TW yang memiliki Bank Artha Graha. Ia menceritakan kesulitannya dalam hal biaya untuk membangun Planet Bali yang akan dibuat konsep one stop entertainment. Fasilitas tempat itu terdiri atas restoran, kafe, hiburan musik, karaoke, hotel, rekreasi keluarga, pusat kecantikan dan kebugaran serta tempat olahraga, seperti lapangan golf mini dan media internet dalam satu lokasi.

TW tertarik dan Hartono lalu menyerahkan semua aset yang dimilikinya untuk dijaminkan kepada Bank Artha Graha. Aset-aset yang ia serahkan meliputi:
-Tanah dan bangunan Planet Bali di Jl. Ngurah Rai No. 126 Jimbaran, Bali
-Tanah dan bangunan di Jl WR Supratman No. 85 Surabaya
-Tanah dan bangunan di Jl Prapanca Raya Blok P III No. 4 Jakarta
-Tanah dan bangunan di Kompleks Crown Hill, Batam

Pada November 1996 Hartono diberi pinjaman uang Rp. 6,5 milyar untuk mengambil alih kredit dari Bank Tamara dan Rp. 2 milyar untuk menyelesaikan proyek Planet Bali (GOSIPNYA dari kredit tersebut Bank Artha Graha mewajibkan Rp. 200 juta disumbangkan ke Yayasan Kartika Eka Paksi). Ia lalu menandatangani akta pengakuan utang di hadapan notaris Imam Santoso di Jakarta tanpa didahului adanya perjanjian pokok, yaitu perjanjian kredit (loan agreement) sebagaimana disyaratkan UU.

Akta itu sebenarnya hanya perjanjian accesoir (perjanjian pelengkap) dari perjanjian kredit yang tidak pernah ada. Dengan ditandatanganinya akta pengakuan utang itu, Hartono telah menjadi korban konspirasi kejahatan dan praktek perbankan yang tidak sesuai dengan prinsip kehati-hatian bank (prudential banking principle).

I Gusti Bagus Alit Putra

Hartono pun tanpa rasa curiga meneruskan proyek Planet Bali karena badan usaha yang mengelolanya, PT Puri Tresnaning Sikian Abadi, telah mendapat izin resmi. Pada 8 Agustus 1997, I Gusti Bagus Alit Putra, Bupati Badung, yang juga kolonel TNI AD, bahkan ikut meresmikan acara pembukaan Planet Bali. Tiga hari setelah peresmian, Pemda Badung menutup Planet Bali karena tempat itu tidak mempunyai izin untuk membuat panggung tertutup.

Hartono meminta bantuan TW yang kenal dekat dengan I Gusti Bagus Alit Putra. Tapi, ia malah disodori surat pernyataan untuk menyerahkan seluruh aset Planet Bali dengan alasan tidak mampu memenuhi pembayaran bunga kredit. Hartono menolak dan Planet Bali pun dikuasai preman. Seluruh karyawan Planet Bali yang jumlahnya sekitar 300 orang diperintahkan untuk bubar dan pintu Planet Bali dirantai.

Pada 25 Juni 1998 Bank Artha Graha mengajukan permohonan eksekusi atas aset Hartono di Jl. WR Supratman No. 85 Surabaya kepada PN Surabaya. PN Surabaya lalu melansir penetapan untuk melakukan lelang atas barang jaminan tersebut. Pada April 1999 tanah dan bangunan itu dimenangkan oleh Adi Prasetyo dengan harga Rp. 1,66 milyar. Padahal, dalam sertifikat hak tanggungan harganya Rp. 2,45 milyar. Adi yang sehari-harinya berprofesi sebagai sopir ternyata orang suruhan Bank Artha Graha.

Hartono lalu melaporkan Kepala Kantor Lelang Surabaya ke PTUN Surabaya. Pada Februari 2000 PTUN Surabaya membatalkan lelang tanggal 7 April 1999. Perkara ini sudah memasuki tahap kasasi, sehingga belum berkekuatan hukum tetap.

Adi Prasetyo yang telah mengantongi surat balik nama atas tanah dan bangunan dari Badan Pertahanan Nusantara (BPN) Surabaya lantas mengajukan permohonan eksekusi pengosongan kepada PN Surabaya. Permohonan itu dikabulkan. Upaya Hartono mempertahankan rumah itu gagal setelah sekitar 100 orang tak dikenal tiba-tiba memasuki rumah itu dan menjarah isinya.

Masalah Hartono bertambah ketika ia juga tersangkut kasus aborsi. Tim Laboratorium Forensik (Labfor) Polda Jawa Timur bekerja sama dengan Polresta Surabaya Selatan, membongkar septic tank (tangki kotoran manusia) di rumahnya itu. Pembongkaran itu dilakukan karena tempat itu tidak cuma menampung PSK tapi juga diduga berfungsi sebagai tempat menjalankan praktek aborsi para PSK yang hamil. GOSIPNYA polisi menemukan peralatan aborsi di salah satu ruangan rumah.

Mengetahui akan ditangkap, Hartono membakar salah satu kamar rumahnya dan berusaha kabur tapi karena sudah dikepung polisi, ia pun ditangkap. Ia sempat dibebaskan dari tahanan karena tangan kirinya terluka saat eksekusi berlangsung tapi ia lalu mendekam di Mapolresta Surabaya Selatan dengan tuduhan membakar barang yang bukan miliknya lagi.

Setelah itu, Bank Artha Graha mengajukan permohonan eksekusi atas tanah dan bangunan Planet Bali kepada PN Denpasar. Permohonan dikabulkan. Hartono mengajukan banding. Meski begitu, Kantor Lelang Negara Denpasar tetap melelang Planet Bali yang akhirnya dimenangkan oleh teller Bank Artha Graha, Devi Krisna Permanawati seharga Rp. 8,6 milyar.

Hartono lalu melaporkan Kantor Lelang Denpasar ke PTUN. Pada 24 Agustus 2000 Ketua PN Denpasar, Ida Bagus Ngurah Somya melansir surat pelaksanaan eksekusi atas tanah dan bangunan Planet Bali. Hartono mengadukan hal ini ke Ketua MA, dengan tembusan ke Presiden RI, Ketua DPR RI, Komnas HAM, Komisi Ombudsman Nasional, dan Mabes Polri.

Sementara itu, jumlah pinjaman Hartono yang semula hanya Rp. 8,5 milyar dalam kurun 4 tahun membengkak menjadi Rp. 63,7 milyar atau dengan kata lain terjadi kenaikan bunga kredit rata-rata 200% per tahun.

Pada Maret 2001 Hartono mengaku telah ditipu Kapolres Surabaya Selatan Ajun Kombes Wahyu Indra Pramugari (kini Kapolda Sumbar) dalam kasus eksekusi rumahnya di Surabaya. Hartono menggugat perdata senilai Rp. 50 milyar, karena dalam pengakuannya Kapolres pernah menjamin takkan dilakukan eksekusi. GOSIPNYA Kapolres pernah menerima suap Hartono Rp. 20 juta sebagai jaminan rumah Hartono di Surabaya takkan dieksekusi.

Hartono dan istrinya Ny. Oei Lisa Mariana (GOSIPNYA dulu bernama Oei Djoen Kiem) lalu menggugat Bank Artha Graha dan Tomy Winata di PN Jakarta Pusat. Upaya Hartono untuk melawan hukum dalam kasus Planet Bali membuahkan hasil. Majelis Hakim yang diketuai Ny. Chasiany R Tandjung memenangkan gugatan yang diajukan Hartono dan istrinya. GOSIPNYA Hartono juga memenangkan gugatan atas kasus penyitaan tanahnya di Surabaya. GOSIPNYA Hartono mendapat ganti rugi untuk kasus di Surabaya dan Planet Bali dengan nilai total mencapai Rp. 600 milyar.

Sejak itu ia vakum dan kemunculannya pada awal tahun 2009 lewat sebuah situs online membuat kaget banyak orang. Situs yang GOSIPNYA memanfaatkan kepopuleran nama Hartono itu menawarkan sejumlah artis Indonesia untuk memuaskan birahi, diantaranya: Dewi Persik, Julia Perez, Sarah Azhari, Rahma Azhari, Angel Lelga, Julie Estelle, Luna Maya, Olga Lidya, Asmirandah, Ria Irawan, Pretty Asmara, Laudya Chintya Bella, dan masih banyak lagi.

Anton Medan

Anton Medan (Tan Hok Liang)
lahir 1 Oktober 1957 di Tebing Tinggi
ayah: Usman (Tan Kim Tiek)
ibu: Aminah
istri: Rissa Habsari
anak: Siti Noviyanti, Harley Davidson, Siti Maesaroh, Hardi Dian Effendi, Tri Anggi Anggraini, M Arifin, Delly

GOSIPNYA
Tan Hok Liang yang lebih sering dipanggil Kok Lien adalah anak ke-2 dari 17 bersaudara. Pada usia 8 tahun ia masuk SD Tebing Tinggi tapi harus berhenti setelah 7 bulan karena ibunya menyuruhnya berhenti dan ikut membantu membiayai keluarganya. Tahun 1969 ia mulai menjadi calo di terminal bus Tebing Tinggi. Suatu ketika ia berhasil mencarikan banyak penumpang untuk salah satu bus dan tidak seperti biasanya, ia tidak diberi upah. Ia bertengkar dengan sopir bus tersebut. Karena emosi, ia memukul kepala sopir itu dengan balok kayu.

Ia ngotot bahwa ia tidak bersalah dan akhirnya dilepaskan oleh polisi. Ia lalu beralih profesi menjadi pencuci bus di terminal Medan. Suatu ketika, tempat ia biasa menyimpan uang robek dan uangnya pun ikut lenyap. Ia tahu siapa yang melakukannya dan memberitahunya untuk tidak mengulanginya tapi ia malah dipukuli. Waktu itu usianya 13 tahun dan lawannya tinggi besar. Karena tidak ada yang membantunya ia lalu mengambil parang bergerigi pembelah es yang tergeletak di antara kerumunan orang dan membacoknya hingga tewas.

Ia dipenjara 4 tahun di Jl. Tiang Listrik, Binjai. Setelah bebas dari penjara, ia pulang ke Tebing Tinggi tapi ia tidak diterima oleh orangtuanya. Ia lalu mengembara ke Jakarta. Ia berusaha mencari pamannya yang diketahuinya tinggal di daerah Mangga Besar. Berbulan-bulan ia hidup menggelandang untuk mencari pamannya. Setelah susah payah menemukan pamannya, ia malah diusir.

Ia mulai menjambret tas dan perhiasan nenek-nenek di kelenteng. Setelah itu ia mulai merampok toko emas dan berdagang ganja. GOSIPNYA ketika itu ia juga suka bermain wanita dan memiliki 5 istri. Masa kejayaannya terjadi ketika ia menjadi bandar judi. Ia lebih dikenal dengan julukan Anton Medan. Ia sering dipenjara dan meski sejak lahir beragama Budha dan sempat berganti menjadi Kristen, ia menemukan ketentraman dalam Islam yang ia pelajari dari sesama narapidana selama 7 tahun.

Ia lalu pergi ke Yayasan Haji Karim Oei (yang lebih dikenal dengan Masjid Lautze-nya). Di sana 3 kali ia ditolak masuk Islam oleh Yunus Yahya. Pada bulan Ramadan tahun 1992, setelah Nuzulul Qur'an ia dibimbing masuk Islam oleh K.H. Zainuddin M.Z. dan mengucapkan 2 kalimat syahadat. Tiga hari setelah syahadat, ia umrah bersama K.H. Zainuddin M.Z., K.H. Nur Muhammad Iskandar S.Q., dan Habib Idrus Zamalul Lail. Ia lalu berganti nama menjadi Muhammad Ramdhan Effendi.

GOSIPNYA ketika itu ia sudah memahami Islam karena selama di penjara Cipinang, ia belajar Islam dari anggota Muhammadiyah selama 2 tahun. Ia juga belajar dari anggota Persis selama 8 tahun di penjara Sukamiskin. Selain itu, ia juga belajar dari Nahdlatul Ulama (N.U.) selama 4 tahun bersama K.H. Abdurrahman Wahid dan K.H. Nur Muhammad Iskandar S.Q.. GOSIPNYA untuk hablum minnanas ia ber-Qibla ke N.U. sedangkan untuk hablum minallah ia ber-Qibla ke Persis. Tahun 1993, ia memutuskan untuk menunaikan ibadah haji.

Pada 10 Juni 1994 bersama dengan K.H. Zainuddin M.Z., K.H. Nur Muhammad Iskandar S.Q., dan Abdullah Mahmud Hendropriyono, mereka mendirikan Majelis Ta'lim At-Taibin di Cibinong, Bogor. Di dalamnya, ada sebuah masjid besar yang berdesain ala Cina yang diberi nama sesuai dengan namanya, Masjid Jami Tan Hok Liang. GOSIPNYA biaya untuk membangun pesantren senilai 6 milyar Rupiah itu berasal dari hasil penjualan barang-barang buatan mantan napi di Balai Latihan Kerja.

Adem Ayem

Jeffry Herlambang & Emmy Lies Rosmijati

CABANG ADEM AYEM
-Jl. Slamet Riyadi 342 Solo Telp. 0271 712891 / 716992
-Jl. Pangeran Mangkubumi 101 Yogyakarta Telp. 0274 550418
-Jl. Raya Gubeng 48 Surabaya Telp. 031 5029999
-Jl. Teuku Umar 259 Denpasar Telp. 0361 259593
-Jl. Percetakan Negara 640C Jakarta Telp. 021 4240274 / 4248509
-Jl. AM Sangaji 27 Jakarta Telp. 021 6386 4074 /  77

GOSIPNYA
Karena bosan diam di rumah menunggu suaminya - Sucipto Herlambang - pulang setelah berjualan kasur kapuk, pada tahun 1969 Emmy Lies Rosmijati membuka warung sederhana di halaman rumahnya di Solo. Tiap hari ia bangun jam 3 pagi untuk bersiap-siap. Ia mengajak seorang tukang masak asal Yogyakarta untuk membantu. Jam 6 pagi warungnya sudah menyediakan nasi liwet, nasi langgi, gudeg dan timlo. Karena pengunjung makin lama makin banyak, pada tahun 1970 ia mengubah ruang depan rumahnya menjadi rumah makan dan menambah beberapa orang pegawai lagi dari Yogyakarta. Ia memberi nama rumah makannya Adem Ayem dengan harapan konsumennya nyaman dan puas.

Tahun 1980 Adem Ayem mulai menjadi rumah makan favorit kalangan menengah. Dengan tabungannya, Rosmijati yang kerap dipanggil Emi, mengubah Adem Ayem menjadi restoran terbesar dan termegah di Solo. Restoran berlantai empat ini dilengkapi dengan gedung pertemuan sehingga sering dijadikan tempat rapat perusahaan, tempat merayakan ulang tahun, dan juga acara wisuda beberapa universitas (GOSIPNYA Adem Ayem bahkan menjadi restoran favorit keluarga Kasunanan Surakarta). Selain memperluas area, menu pun diperbanyak dengan menyediakan masakan Cina dan barat.

GOSIPNYA Tahun 1990 Sucipto mendirikan PT STM di Solo dan pabrik pengolahan di Bekasi yang mengekspor berbagai produk kayu ke Eropa Timur yang GOSIPNYA kini dikelola oleh anaknya yang kelima, Jeffry Herlambang. Tahun 1997 Adem Ayem membuka cabang di Denpasar yang dikelola oleh anaknya yang keempat, Boby Herlambang. Anaknya yang ketiga, Willy Widodo Herlambang, membuka RM Adem Ayem di Yogyakarta tahun 2001. Karena kesibukannya di bisnis properti, Willy menyerahkan pengelolaan RM itu kepada istrinya sedangkan Adem Ayem Jakarta dikelola oleh keluarga jauh Sucipto (GOSIPNYA Adem Ayem Solo memiliki omzet tertinggi dibanding cabang lainnya yaitu mencapai 500 juta Rupiah per bulan).

Setelah meninggalkan bisnis kasur kapuk, Sucipto membuka toko emas Semar di Sragen, sekitar 26 km dari Solo. Bersama istrinya, mereka menabung dan mulai berbisnis properti. Karena bisnis properti menyita banyak waktu, toko emas Semar diserahkan kepada salah satu familinya. Sucipto juga merintis bisnis jual-beli mobil niaga bekas Dinar Motor yang berlokasi di Jl. Ir. Sutami 38, Solo.

Tahun 2004 melalui PT Sarana Griya Prasarana Bangun yang bekerja sama dengan Chandra Tambayong, Sucipto mendirikan Solo Grand Mall (SGM) seluas 12.080 m² di Jl. Slamet Riyadi (GOSIPNYA ia menghabiskan Rp. 140 milyar untuk membangun SGM). Tahun 2005 ia membangun Pusat Grosir Solo (PGS) melalui PT Putra Griya Sentosa yang bekerja sama dengan Chandra Tambayong dan Kenneth Lie.