J&C

Diah Susilawati
lahir 14 Oktober 1963 di Bandung

CABANG USAHA
-Bandung (5)
*Istana Plaza Lt. Dasar Jl. HOS Tjokroaminoto 121-123 Telp. 022-70924466
*Bober Cafe Jl. Martadinata 123 (*) Telp. 022-7234295
*De Tuik Cafe Jl. Bojong Koneng Atas Telp. 022-7101322
*Jl. Karasak Lama 6, Komp. Mekarwangi Telp. 022-61718170
*Komp. Taman Mutiara D3 no. 20D Cimahi Telp. 022-6631840

-Jakarta (2)
*Jl. Puspa Gading II Blok A1 No 69 Pondok Gading Utama Kelapa Gading Telp. 021-4526822
*Jl. Maleo 1 Blok JA 2 No. 18 Sektor IX Bintaro Jaya Telp. 021-7450910

-Bekasi: Jl. Jatiluhur I DB 56/57 Komplek Buana Risma Telp. 021-8842965
-Yogyakarta: Jl. Janti Gedong Kuning 18 Telp. 0274-9546907

Catatan: (*) = Melayani pembelian agen

GOSIPNYA
Sambil menunggu suaminya pulang kantor, Diah Susilawati iseng belajar membuat kue kering lewat buku. Makin lama ia makin piawai dan kue buatannya pun makin banyak. Diah lalu menawarkan kue keringnya ke tetangga. Kuenya ternyata digemari dan mulai banyak dipesan menjelang hari Lebaran tiba. Beberapa orang bahkan mulai menawarkan jasa menjualkan kue kering Diah.

Tahun 1996, sarjana lulusan Fakultas Sosial Politik jurusan Administrasi Negara di UNPAR Bandung ini mulai serius menekuni bisnis ini. Ia mempunyai dua anak, Jody dan Cindy yang lalu ia singkat menjadi Joyci dan ia terapkan sebagai merek kue keringnya. Diah juga mengurus izin ke Departemen Kesehatan. Tapi merek Joyci lalu diubah menjadi J&C, karena saat akan dipatenkan tahun 2003, ternyata sudah dipakai oleh orang lain.

Suami Diah, Dedi Hidayat, yang saat itu bekerja di sebuah perusahaan konsultan minyak, memilih keluar dari pekerjaannya untuk membantu memasarkan kue istrinya. Diah sering ikut pameran agar kuenya tetap diingat orang karena J&C memang hanya dibuat menjelang Lebaran. Meski dijual hanya selama 3 bulan tiap tahunnya, GOSIPNYA hasil penjualannya bisa untuk menghidupi keluarga Diah selama setahun.

PT. Bonli Cipta Sejahtera dibentuk pada bulan Februari Tahun 2012 dengan menggabungkan 3 perusahaan yang bergerak di bidang produsen kue kering yaitu J&C Cookies, Ina Cookies, dan Ladifa Cookies untuk saling menunjang menjadi perusahaan yang lebih baik.

Hingga tahun 2016 J&C memiliki 9 cabang di 3 kota dan 27 distributor di 19 kota dan 200 karyawan yang GOSIPNYA dalam setahun memproduksi sekitar 25 ribu lusin kue kering dan 50 macam jenis kue dengan omzet 15 milyar Rupiah setahun.

Kartika Sari

Andrew Purnomo

CABANG USAHA
-Kartika Sari
*Jl. H. Akbar 4 Bandung Tlp. 022 423 1355 - 423 9678
*Jl. Kebon Jukut 3C Bandung Tlp. 022 423 0397 - 422 1975

*Jl. Ir. H. Djuanda 85 Bandung Tlp. 022 250 9495 - 250 9500
*Jl. Buah Batu 165 A Bandung Tlp. 022 731 9385
*Jl. Terusan Jakarta 77E Bandung Tlp. 022 710 1280
*Jl. Kopo Sayati 111 A Bandung Tlp. 022 541 4340
*Jl. Raya Timur 518 Cimahi Tlp. 022 665 6280

-Vega
*Jl. Ranggamalela 3 Bandung Tlp. 022 420 9873
*Jl. Banda 33 Bandung Tlp. 022 426 0870

GOSIPNYA
Kisah Kartika Sari dimulai pada tahun 1975, ketika Ratnawati membuka usaha kecil-kecilan dengan memproduksi bolu kukus. Selang beberapa waktu kemudian, Kartika Sari menawarkan berbagai jenis kue seperti lapis legit dan bolu. Namun tingkat penerimaan publik terhadap aneka produk itu biasa saja. Pada tahun 1986, Ratnawati mencoba menawarkan produk pisang bolen. Kali ini, tanggapan konsumen luar biasa. Rasa pisang bolen-nya yang eksotik membuat penikmatnya ketagihan. Referensi dari mulut ke mulut pun membuat pisang bolen khas Kartika Sari dengan cepat menjadi buah bibir. GOSIPNYA nama pisang bolen berasal dari bahasa Belanda bollen yang berarti bola, karena itu bentuk pisang bolen Kartika Sari pun tidak dibuat melilit seperti pisang bolen pada umumnya tapi lebih menyerupai maknanya yaitu bola pisang.
 
Pisang Bolen umum

Pisang Bolen Kartika Sari

Kini Ratnawati menyerahkan usahanya pada anaknya, Andrew Purnomo dan Kartika Sari kian membesar (GOSIPNYA salah satu dari anak Ratnawati suka berjudi dan menyebabkan berkembangnya isu bahwa pada dekade tahun 2000-an Kartika Sari terlilit hutang dan menyebabkan bisnis Kartika Sari dijual. Tapi menurut GOSIP lainnya, isu tersebut berkembang ketika suatu waktu seseorang yang baru berteman dengan salah satu anak Ratnawati bermain ke rumahnya dan membanggakan serta melebih-lebihkan cerita tentang perjudian yang dilakukan oleh anak Ratnawati tersebut).

Wendy Chandra (paling kiri) bersama Henry Purnomo (paling kanan)

GOSIPNYA pada tahun 2000 anak Ratnawati yang lain, Henry Purnomo, menjalankan bisnis game dengan membeli saham Vega Fantasy Land di Jl. Ranggamalela 3 Bandung. Ia memegang jabatan sebagai Presiden Komisaris sedangkan perusahaan ia serahkan pada sang pendiri, Wendy Chandra. Hingga kini, perusahaan tersebut telah menerbitkan sejumlah majalah sukses seperti Cinemags, Gamestation, Game Guide, Animonster, Kiddo, Gadget, Macworld, dan Archi & Meidy.

Amanda

H. Sjukur Atmowisastro
lahir 29 September 1938 di Jombang
meninggal 5 September 2011

Hj. Sumiwiludjeng
lahir 1 Agustus 1940 di Jombang

CABANG TOKO
-Bandung
*Jl. Rancabolang No. 29 Tlp. 022–7566130
*Jl. Cikawao No. 1 – 3 Tlp. 022–4209865
*Jl. Terusan Jakarta No.6 Tlp. 022–7211846
*Jl. Pasir Kaliki Ruko Paskal Hyper Square Blok A 43 Tlp. 022–86061090
*Jl. Ir. H. Djuanda No. 167 Tlp. 022–2516123
*Jl. Dr. Setiabudi No. 164 Tlp. 022–2042203
*Jl  Kopo Raya No.527 Bandung Tlp. 022–88887426
*Jl. A. H. Nasution No. 45 Ujung Berung Tlp. 022–7832841
*Jl. Raya Cibabat No.452 Cimahi Tlp. 022–6648665
*Jl. Raya Jatinangor No.224B Tlp. 022–7797358
*Jl. Raya Rancaekek No.131 (Dangdeur) Tlp. 022–7795904

Amanda Express
*Jl. Raya Banjaran No. 209/337 KM 12 Kab. Bandung
*Jl. Kebon Kawung No. 43 Stasiun Kereta Api Bandung (pintu utara) Bandung
*Jl. Sesko AU. KP. Sesko AU. Lembang (simpang De’Ranch) Kab. bandung
*Jl. Padasuka No. 68 Bandung

-Cirebon
*Jl. Tuparev No.38A Tlp.  0231–200837
*Jl.Kesambi Raya (RUKO Kesambi Regency No. 1) Tlp. 0231–8293103

Amanda Express
*Jl. Cirebon-Bandung Blok Wanagiri Palimanan Cirebon

-Bogor
*Jl. Pajajaran No. 84F Tlp. 0251–833334
*Jl. Jenderal Sudirman No 22 A Bogor Tengah Tlp. 0251–8358870
*Jl. Raya Seplak Ruko No. 27K

Amanda Express
*Jl. Pajajaran No. 21 Warung Jambu Bogor Utara

-Bekasi
*Jl. Kalimalang Raya no. 193 Bekasi Barat Tlp. 021–88964012
*Jl. H. Mulyadi Joyomartono No. 25 Bekasi Timur Tlp. 021–22107377
*Jl. Jatiwaringin No. 107 Pondok Gede 021–88356182
*Jl. Alternatif Cibubur KM 4 Tlp. 082111060642

-Depok
*Jl. Margonda Raya No.328 Tlp. 021–77207295

Amanda Express
*Jl. Bojongsari No. 83 Depok

-Tasikmalaya
*Jl. Mesjid Agung No.14 Tlp. 0265–7520933

Amanda Express
*Jl. Raya Timur no. 34 Kudang Singaparna

-Karawang
*Jl. Kertabumi no 59 A Karawang Tlp. 081288175017

-Tangerang
*Jl. Raya Serpong KM 8 no. 82 B (BSD) Tlp. 021–5378490
*Jl. Merdeka No. 207 D Tlp. 021–5516480 Karawaci

-Yogyakarta
*Jl. Diponegoro No.38 Tlp. 0274–517870
*Jl. Taman Siswa No. 160 Ruko TSBC Tlp. 0274–383122
*Jl. Laksda Adi Sucipto No. 268 Tlp. 0274–485076
*Jl. Kaliurang km 6,2 No. 56, Sleman 0274–563351

-Solo
*Jl. Ronggowarsito No. 173 Tlp. 0271-734919

-Semarang
*Jl. MH. Thamrin No. 16 Tlp. 081226236953

-Purwokerto
*Jl. Jend. Sudirman No. 7-8 Tlp. 0281-642559

-Magelang
*Jl. Tentara Pelajar No. 42A Tlp. 0293–360197

-Salatiga
*Jl. Diponegoro No. 68 Tlp. 0298 – 311106

-Pekalongan
*Jl. Dr. Soetomo No. 53 Tlp. 0285–4411405

-Tegal
*Jl. A. R. Hakim No. 138 Tlp. 0283-325177

-Kudus
*Jl. Sunan Muria No. 32 Tlp. 0291 – 435097

-Boyolali
Amanda Express
*Jl. Pandanaran No. 294 Tlp. 081240727169

-Surabaya
*Jl. Kutai No. 8 Tlp. 031–5662677
*Jl. Barata Jaya No. 19/26  Tlp. 031–5057805
*Jl. Mulyosari No.95F  Tlp. 031–5916263
*Jl. HR. Muhammad No. 113  Tlp. 031–7315494
*Jl. Menganti Kramat No. 25 Tlp. 031–7672749

Amanda Express
*Jl. Blauran No. 58-60 Tlp. 031–5319671

-Sidoarjo
*Jl. Pahlawan No.9C Tlp. 031–8055375
*Jl. Raya Tropodo 9A (SPBUTropodo) 031–8671340

-Malang
*Jl. Arief Rahman Hakim No.26A Telp. 0341–368697
*Jl. WR. Supratman C1 Kav.19 Telp. 0341–368698

-Kediri
*Jl. Panglima Sudirman No. 96 Tlp. 0354–4674103

-Madiun
*Jl. Diponegoro No. 54 D Telp. 0351–476157

-Gresik
*Jl. Dr. Soetomo No. 106 Tlp. 031–3990491

-Jember
*Jl. Gajah Mada No. 146 Tlp. 0331–427365

-Amanda Express
*Jl. Jawa No 88, Campus Resto Jember Tlp. 0331-4436744

-Banyuwangi
*Jl. A. Yani No 7 Banyuwangi Tlp. 0333-3382425

Amanda Express
*Jl. Jawa No 88, Campus Resto Jember Tlp. 0331-4436744
*Jl. Panglima Sudirman No 32A Probolinggo 0335-4492551
*Jl. Sultan Hasannudin No 19 Tulung Agung 0355-5238757

-Medan
*Jl. Abdullah Lubis No.23A Tlp. 061– 4534519
*Jl. Brigjend Katamso No.486 Tlp. 061–7879940
*Jl. Sutomo No.28 Binjai Tlp. 061–8828983

-Jambi
Amanda Express
*Jl. Kolonel Abun Jani No. 5 Tlp. 0741-3071777

-Palembang
*Jl. Indra No. 1 Tlp. 0711 – 7772292
*Jl. Basuki Rahmat No.43 Tlp. 0711 – 318444

-Pekanbaru
*Jl. Jend. Sudirman Kav. 07 Tlp. 0761–7870999

-Samarinda
*Jl. Aminah Syukur No. 57 Telp. 0541 – 734350

Amanda Express
*Jl. Bung Tomo no. 07

-Balikpapan
*Jl. Jend.Sudirman No. 25 Tlp. 0542 – 744989

-Banjarmasin
*Jl. Ahmad Yani KM 2,5Tlp.0511 – 3277386

-Banjarbaru
*Jl. Ahmad Yani KM 34 Tlp. 0511-5910255

-Makassar
*Jl. A.P. Petarani No. 34 Panakukang Tlp. 0411 – 437620
*Jl. Dr. Ratulangi No. 49 Tlp. 0411 – 834618
*Jl. Perintis Kemerdekaan Ruko Km. 8 Tlp. 0411 – 583888, 0411 – 581080
*Jl. Sultan Alauddin (RUKO ALAUDDIN PLAZA OFF BA 08) Tlp. 0411-8224083

Amanda Express
*Komp. SPBU 74.902.08 Goa Ria Sudiang  Jl. Perintis kemerdekaan  Kav. 19 No. 8

GOSIPNYA
Bisnis ini dimulai karena Hj. Sumiwiludjeng merasa tidak puas dengan resep bolu kukus buatan adiknya yang ia terima akhir tahun 1999. Sejak lama lulusan Tata Boga IKIP Jakarta (kini Universitas Negeri Jakarta) ini membantu perekonomian suaminya, H. Sjukur, dengan menerima pesanan kue dan makanan untuk arisan dan pesta pernikahan.

Setelah menemukan resep yang tepat untuk bolu kukus tersebut, ia bersama dengan anak dan menantunya (Joko Ervianto dan Atin Djukarniatin) mulai menawarkannya kepada para pelanggan kateringnya. GOSIPNYA dulu kue ini hanya disebut kue bolu cokelat saja tapi agar lebih dikenal orang, namanya diganti menjadi brownies kukus karena tekstur dan warnanya mirip brownies.

Pada awal tahun 2000 Joko dan Atin membuka sebuah kios kaki lima di kompleks pertokoan Metro, Soekarno Hatta, Bandung. Karena kurang menarik minat konsumen, kue itu dijual Rp. 1.000 per potong. Dengan cara itu mereka bisa menjual hingga 150-250 potong atau 3-5 loyang ukuran 24x24 cm per hari. Tapi mereka lalu pindah ke Jl. Tata Surya no. 11 karena toko Metro terbakar.

Agar lebih komersial Joko memberi merek Amanda, sebuah nama yang pernah dipakai Hj. Sumiwiludjeng untuk usaha kantin dan salon rambutnya. Menurut Hj. Sumiwiludjeng AMANDA adalah singkatan dari Anak MANtu DAmai.

Joko merupakan lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Bandung sehingga ia berperan besar membuat Amanda maju pesat. Ketika mereka kewalahan dengan pesanan yang begitu banyak, Joko mengubah cara mengukus dari 3 loyang dengan 3 kompor menjadi 6 loyang. GOSIPNYA kocokan adonan pun dibuat khusus, sehingga bisa mengocok untuk 6 resep sekaligus.

Toko yang merangkap tempat produksi terasa mulai sesak karena hanya berupa bangunan tripleks seluas 4x6 meter sehingga pada tahun 2002 mereka pindah ke Jl. Rancabolang no. 5 serta membuka dua cabang di Jl. Emong dan Jl. Antapani. Pada tahun 2003 cabang di Jl. Otten dibuka.

Karena tidak sanggup melayani permintaan konsumen, mereka mulai mendapat keluhan dari pembeli yang tidak kebagian brownies. Mereka pun mulai meningkatkan jumlah produksi. GOSIPNYA saat itu mereka menjual sekitar 1.000 loyang kue sehari dan memiliki karyawan hingga 200 orang.

Untuk mengelola bisnis yang terus membesar itu, adik Joko, Andi Darmansyah dan Sugeng Cahyono ikut mengelola cabang-cabang Amanda. Awal tahun 2005, pusat toko mereka pindah ke bangunan yang lebih besar di JI. Rancabolang 29. Bersamaan dengan itu cabang baru di Paskal Hyper Square dibuka. Andi dan Sugeng juga ditarik ke kantor pusat untuk memegang jabatan direktur keuangan dan direktur operasional. Sementara itu, pabrik pembuatan brownies tetap di JI. Rancabolang 5. Tahun-tahun berikutnya hingga 2011, Amanda terus membesar dengan membuka cabang hingga ke Jawa Timur dan Sumatera.

Dalam hal produk baru Amanda juga terus berinovasi menciptakan rasa-rasa baru. GOSIPNYA untuk hal ini Amanda berkonsultasi dengan dosen bakery & pastry Akpar NHI Bandung, Djauhar Arifin, yang telah menulis buku Menu For Yuu! yang dijual di toko-toko buku Gramedia.

Vitasari


CABANG TOKO
-Komplek Kurdi 49, Bandung Tlp. 022 520 3429 - 022 520 4743
-Jl. Surapati 55A, Bandung Tlp. 022 253 1200 - 022 253 1637
-Jl. Sabang 26, Bandung Tlp. 022 426 1550
-Jl. Buah Batu 186, Bandung Tlp. 022 730 4884
-Jl. Holis 327D, Bandung Tlp. 0819 1061 0688 - 0811 200 5377

GOSIPNYA
Toko roti dan kue Vitasari didirikan pada pertengahan tahun 1991 oleh Esterwati Suherman di komplek Kurdi, Bandung. Sejak beberapa tahun terakhir Andre Tanuwihardja diserahi tugas untuk mengurus toko yang kini telah berjumlah 4 gerai tersebut. "Berawal dari mengisi waktu, mama yang memang memiliki hobi membuat roti dan kue memberanikan diri untuk membuka toko roti dan mendapat respon yang baik dari warga di sekitar tempat tinggal dan akhirnya menjadi bisnis yang menjanjikan,” kenang Andre.

Tahun 1998 gerai kedua di Jl. Surapati berdiri, disusul dengan gerai ketiga di Jl. Burangrang yang berdiri tahun 2006 serta gerai keempat di Jl. Buah Batu tahun 2011. Gerai buka mulai pukul 07.00 – 20.00. Pada jam-jam tertentu misalnya jam makan siang dan jam pulang kantor, gerai Vitasari di Kompleks Kurdi dipenuhi oleh pelanggannya yang berbelanja berbagai produk. GOSIPNYA khusus daerah Kurdi, tiap harinya setiap roti baru saja keluar dari oven, pengunjung akan berebut untuk mendapat jatah roti.

Vitasari bukan tanpa saingan, pada tahun 2008 berdiri toko roti D'lisen dan pemain besar Jesslyn K Cakes (GOSIPNYA memiliki sekitar 40 outlet di Indonesia) di daerah Kurdi. Tapi jika dilihat dari jumlah pengunjung - khususnya daerah Kurdi - tampaknya dominasi Vitasari belum dapat digoyahkan untuk saat ini. GOSIPNYA Vitasari adalah toko roti termurah tapi enak di Bandung. Saking banyaknya penggemar roti Vitasari dan BreadTalk, ada anekdot yang berbunyi, "Slogan BreadTalk: anda yang mengerti roti; Slogan Vitasari: roti yang mengerti anda."

GOSIPNYA tahun 2015 Vitasari sempat mengalami penurunan pengunjung karena ada pesaing baru Bread.Co yang melakukan promosi besar-besaran karena memiliki modal besar. Bread.Co masih merupakan bagian dari Yogya Group yang memimpin pasar swalayan di Jawa Barat. Tapi setelah promo berakhir, harga kembali normal sehingga para pengunjung kembali membeli ke Vitasari yang harganya lebih murah tapi dengan kualitas yang tidak kalah bersaing. GOSIPNYA jumlah transaksi di Vitasari bisa mencapai 700 kali per hari.


Pada pertengahan tahun 2018 Vitasari membuka toko baru di Paskal Hypersquare dengan nama Vitadeli Bakery. GOSIPNYA Paskal Hypersquare dipilih karena ingin menjangkau anak muda yang memilih Paskal23 sebagai mall favorit. GOSIPNYA lagi, Paskal Hypersquare tidak semahal Paskal23, sehingga harga jual bisa ditekan.

Menu Vidateli

Meski sudah menyesuaikan menu dengan selera anak muda, Vitadeli tidak mampu memikat pengunjung sehingga tutup permanen pada pertengahan 2020 setelah dihantam pandemi COVID-19.

Primarasa

Theresia Yuliaty

CABANG TOKO
-Jl. Kemuning 20, Bandung Tlp. 022 720 3440, 022 720 6468
-Jl. Buahbatu 169, Bandung Tlp. 022 731 1537
-Jl. HOS Tjokroaminoto (Pasirkaliki) 163, Bandung Tlp. 022 612 0177
-Jl. Peta 63A, Bandung Tlp. 022 8524 0291
-Jl. Purwakarta 95 Antapani, Bandung Tlp. 022 720 0128

GOSIPNYA
Saat berusia empat tahun, Theresia Yuliaty kerap diajak tantenya untuk membuat kue, dan dia dengan sukacita menyambut ajakan itu. Saat duduk di sekolah dasar, dia termasuk siswi yang menonjol dalam ekstrakurikuler memasak maupun membuat kue. Dia sering menjuarai kompetisi membuat kue di sekolahnya. Di balik suksesnya, ada dukungan keluarga, terutama sang suami, Ade Suryana.

Mulanya berkat keharuman aroma kue saat dipanggang, banyak orang di sekitar rumahnya yang datang dan minta agar diperbolehkan membeli. Ia kemudian menitipkan kuenya pada beberapa gerai. Namun jalan berikutnya adalah jalan terjal bagi ibu dari Alvin dan Elsie ini. Dalam beberapa hari pertama, sebagian kue yang ia titipkan tidak laku. Ia sempat putus asa melihat tumpukan kue retur. Tapi kata-kata sang suami membuatnya tegar.

Usaha yang dimulai sejak tahun 1987 ini membutuhkan pengorbanan yang cukup mahal (GOSIPNYA untuk mencoba resep brownies saja setiap hari ia menghabiskan Rp. 200 ribu untuk membeli bahan). Setelah seleranya pas, barulah ia menuai hasilnya. Lama-kelamaan, brownies Primarasa menjadi trade mark brownies di Bandung karena Theresia memang mengkhususkan diri membuat brownies. Kini ia mesti menyiapkan minimal 300 buah brownies untuk memenuhi kebutuhan pelanggannya setiap hari. "Jika ada pesanan, bisa mencapai seribu dalam sehari," ujarnya.

Brownies buatannya kini tersedia dalam 4 rasa, yaitu coklat, keju, moka, dan kismis. Semuanya dibuat di rumahnya yang sekaligus menjadi pabrik dan toko Primarasa, di Jl. Kemuning. Untuk menjaga kualitas rasa browniesnya, ia tak segan menggunakan bahan impor. "Selain tepung dan gula, yang lainnya bahan impor," ujarnya.

French Bakery


French Bakery mulanya dimiliki oleh seorang pengusaha asal Taiwan yang bernama Mr. Chang dan berlokasi di Jalan Kemakmuran, Jakarta. Tahun 1977 Mr. Chang hendak kembali ke Taiwan. Ia menawarkan usaha roti ini kepada pasangan suami istri Achmad Husen dan Herawati Ningsih. Pasangan ini memindahkan usaha roti itu ke Jalan Braga, Bandung di tahun yang sama.

Mereka tak hanya mengambil alih merek French Bakery, tapi juga memboyong mesin-mesin dan lima baker asal Taiwan (GOSIPNYA sang pemilik memberi nama French karena saat itu sentimen rasis anti Cina sedang merebak, yang membuatnya tak bisa memberi nama Taiwan yang berbau Cina). Kelima baker Taiwan itu memulai pembuatan roti-roti khas Taiwan untuk French Bakery sekaligus melatih para karyawan lokal sebagai calon pengganti mereka. “Ternyata, sambutan konsumen terhadap produk roti dan kue khas Taiwan sangat positif. Gerai kami dipadati pembeli dari pagi sampai malam,” kata Lomri Husen, putra Achmad dan Herawati, yang saat ini menangani French Bakery.

Kini, French Bakery mendapat saingan berat dari roti-roti modern seperti BreadTalk, Jesslyn Cakes, Holland Bakery, dan Rotiku yang cukup banyak menyedot pangsa pasar mereka. Awal 2021 French Bakery tutup permanen.

Rasa Bakery & Cafe


Rasa Bakery & Cafe didirikan tahun 1936 di Jalan Tamblong, Bandung oleh seorang berkebangsaan Belanda, Hazes. Tahun 1967 beralih kepemilikan pada seorang wanita bernama Kamarga dan diubah menjadi Perseroan Terbatas.

Awalnya Rasa Bakery & Cafe hadir dengan konsep afternoon tea time yang hanya menyediakan kue-kue atau makanan kecil, seperti kue-kue tradisional hingga cake yang dibuat dalam bentuk mini serta es krim yang menjadi andalan utamanya. Kemudian sekitar tahun 1990-an, Rasa Bakery & Cafe dilengkapi dengan menu makanan yang lebih berat ala Indonesia, seperti nasi rames, nasi timbel hingga laksa dan menu-menu ala barat seperti sandwich, pasta dan pizza. GOSIPNYA kelezatan es krim Rasa Bakery & Cafe hanya dapat disaingi oleh Haagen-Dazs.

Kopi Aroma


Widya Pratama Tanara
istri: Maria Louisa
anak: Monika, Adelia, Hilda
lahir 16 Oktober 1952 di Bandung

Koffie Fabriek Aroma di jalan Banceuy 51 Bandung didirikan sejak tahun 1936 oleh Tan Houw Sian. Sebelumnya, Tan pernah bekerja di pabrik kopi milik Belanda selama 10 tahun. Tan memakai mesin pengolah kopi merek Probat buatan Jerman yang masih digunakan sampai saat ini. Pemanasan biji kopi juga masih menggunakan kayu dari pohon karet, dan tidak menggunakan gas. GOSIPNYA Jika memakai kayu, penyerapan panasnya lebih merata sehingga bisa matang secara perlahan dan kopi mengeluarkan aroma aslinya.

Maria Louisa & Widya Pratama Tanara

Bukan hanya mesinnya, bangunan seluas 1.300 meter persegi yang digunakan oleh Kopi Aroma pun merupakan salah satu warisan arsitektur Art Deco zaman Belanda yang dilindungi pemerintah. Karena tidak boleh dimodifikasi, bangunannya masih tetap sama bentuknya hingga kini.

Widya Pratama Tanara & Hilda

Bisnis ini lalu diwariskan pada anak tunggalnya, Widya Pratama Tanara pada tahun 1971. Anak ketiganya, Hilda, sedang dipersiapkan untuk meneruskan bisnis kopinya. Selain berbisnis kopi, Widya juga aktif di berbagai kegiatan sosial seperti membantu anak-anak yatim piatu. GOSIPNYA ia jarang ke gereja karena lebih senang praktek langsung untuk menolong sesama.

Toko ini hanya menjual dua jenis kopi yakni kopi Mokka Arabika Rp. 17.500 per 250 gram dan Kopi Robusta Rp. 12.500 per 250 gram untuk harga tahun 2011. Menurut karyawannya, kopi Arabika lebih harum sedangkan kopi Robusta lebih pahit. Sebelum diolah, kopi Mokka Arabika harus disimpan selama 8 tahun sedangkan kopi Robusta harus disimpan selama 5 tahun. Tujuannya agar asam yang ada di kopi hilang, jadi setiap orang yang meminumnya meskipun belum makan tidak akan sakit perut.

Ketika kopi siap digiling, biji-biji tesebut dijemur dulu di bawah sinar matahari selama 7 jam. Baru ditumbuk, disangrai, lalu digiling. Seluruh proses produksi ini dipegang teguh sejak toko ini berdiri. Widya tidak tertarik memperbanyak jumlah produksi karena menurutnya yang penting caranya, bukan jumlahnya (GOSIPNYA Widya mengizinkan siapapun yang ingin tahu seluruh proses pembuatan kopi di pabriknya karena tidak semua orang mau mengerjakan proses yang memakan waktu cukup lama tersebut. Hal ini membuat para konsumennya sangat puas dan tidak heran membuat para pelanggannya berdatangan dari seluruh penjuru dunia).

Kopi aroma dijual paling banyak hanya 10 kilogram per orang. Hal itu dilakukan selain agar semua orang kebagian juga karena produksinya terbatas yakni hanya diproduksi untuk dijual hari itu saja. Tujuannya supaya kualitas kopi tetap segar dan tidak disimpan terlalu lama yang menyebabkan berkurangnya kualitas kopi tersebut. Kualitas Kopi Aroma sudah terkenal di dunia. GOSIPNYA saking terkenalnya Kopi Aroma, menurut Sandiaga Uno (Wakil Ketua KADIN Bidang UMKM dan Koperasi), pemilik kopi Starbucks - Howard Schultz - sengaja datang ke Bandung dari AS hanya untuk mencicipi kopi ini.

Gereja Kristen Kalam Kudus


Andrew Gih (Ji Zhiwen)
lahir di Shanghai, 10 Januari 1901
meninggal di Los Angeles, 13 Februari 1985

GOSIP ANDREW GIH
Andrew Gih lahir pada tanggal 10 Januari 1901 di Shanghai. Ayahnya, Ji Youren, seorang ahli ajaran Konfusius, membuka sebuah sekolah di rumahnya. Sejak kecil, Andrew menerima pendidikan Konfusius tradisional dari ayahnya. Ibunya seorang Buddhis, vegetarian, orang yang berbudi dan berpikiran terbuka. 

Di rumah mereka masih terdapat plakat-plakat leluhur dan mereka masih merayakan perayaan-perayaan tradisional serta berdoa untuk arwah leluhur. Andrew pada masa mudanya adalah orang yang pendiam serta tidak banyak bersosialisasi. Ia sering diajak ibunya ke biara untuk membakar dupa dan mendengarkan para rahib membacakan doa; suatu ketika ia mendapat kesempatan untuk membaca-baca Alkitab, namun pada saat itu ia sama sekali tidak tertarik bahkan dapat dikatakan dingin terhadap hal-hal keagamaan.

Orang tua Andrew Gih memiliki empat orang putera dan tiga orang puteri, tiga di antaranya meninggal pada waktu bayi. Sebagai anak tertua, ia menyaksikan jasad adik-adiknya yang dimasukkan ke dalam peti mati dan dikuburkan. Ia melihat wajah-wajah sedih dan air mata orang yang melayat, dan walaupun ia belum mengerti makna dari kematian, namun pertanyaan tentang mengapa orang mati dan apa yang terjadi setelah mereka mati mulai tertanam di dalam hatinya.

Pada usia 12 tahun, ayahnya sakit keras, dan tidak lama setelahnya ia pun meninggal. Setelah kematian ayahnya, Andrew membantu ibunya yang dari pagi hingga malam bekerja keras bercocok tanam dan menjahit baju untuk menghidupi keluarganya seorang diri. Sebagai anak yang berbakti menyaksikan ibunya yang bekerja keras, ia berjanji bahwa setelah dewasa nanti ia akan menghasilkan uang yang banyak untuk membalas kebaikan ibunya.

Untuk membantu ibunya, Andrew bekerja di bawah asuhan seorang pembuat pakaian. Pada usia 18 tahun, ia merasa perlu belajar bahasa Inggris, oleh karena itu ia mendaftar ke sebuah sekolah yang dikelola oleh misionaris dari Eropa. Meskipun awalnya ia tidak tertarik pada kegiatan agama di sekolah maupun kelas-kelas Alkitab, namun ketentuan sekolah mengharuskannya ikut serta dalam kegiatan-kegiatan tersebut. Tanpa ia sadari, Alkitab menjadi buku yang dijadikannya alat utama untuk belajar bahasa Inggris. Selagi ia mempelajari bahasa Inggris di Alkitab, perkataan-perkataan Yesus tertanam di dalam hatinya, dan perlahan ia mulai mengakui kebesaran Yesus.

Suatu hari, seorang misionaris datang dan berkhotbah di sekolah tersebut. Topiknya adalah "Semua orang telah berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah." Hati Andrew diubahkan untuk selamanya oleh kuasa Firman yang disampaikan pada hari itu. Malamnya ia berlutut di hadapan Tuhan untuk pertama kalinya seraya berseru, "Tuhanku, Engkaulah Juruselamatku; kasihanilah aku orang berdosa ini!" Saat itu juga, Allah mengangkat beban berat yang ada di dalam hatinya dan ia dipenuhi oleh sukacita dan damai.

Ia diangkat sebagai seorang pegawai di kantor pos Shanghai pada tahun 1924 dengan gaji yang tinggi, kedudukan yang baik, dan karir yang cerah di hadapannya. Namun di dalam hatinya ia tidak merasa puas. Tahun berikutnya, Wang Zai datang ke Shanghai untuk mengadakan kebaktian pengabaran Injil. Mendengar Firman yang disampaikan, tergeraklah hati Andrew dan ia meminta untuk dibaptis oleh Wang Zai. Setelah dibaptis, ia memilih nama baptis "Andrew" dan memutuskan untuk menjadi orang yang membawa jiwa-jiwa bagi Tuhan. Tidak lama setelah itu ia membawa ibu dan kedua adik perempuannya untuk percaya kepada Kristus. Neneknya yang seorang Buddhis pada mulanya menolak Injil dengan keras, namun kemudian ia juga percaya dan menerima Kristus.

Pada tahun 1925 di sebuah kebangunan rohani yang dipimpin oleh seorang misionaris bernama John Gu, Andrew Gih sekali lagi menjawab panggilan Tuhan dan mengambil keputusan untuk bekerja sebagai seorang pengkhotbah. Tetapi bagaimana ia dapat menjelaskan hal tersebut kepada keluarganya sementara ia memiliki pekerjaan yang bayarannya jauh lebih baik? Namun Tuhan menjawab doanya, dan ketika ia berdoa ia diberikan penglihatan yang jelas, sehingga ia mengambil keputusan untuk mundur dari pekerjaannya, mengucapkan selamat tinggal kepada ibunya, dan memasuki jalan hidup seorang pengabar Injil. 

Ia lalu mencari pengalaman di bawah penginjil Shi Meiyu (Mary Stone) dan pendeta Ding Limei. Ia menemani Shi Meiyu ke berbagai tempat untuk kebaktian-kebaktian pengabaran Injil. Pada tahun 1926, ia ditahbiskan oleh Pdt. Mr. Sontas. Sejak saat itu, ia memulai perjalanannya ke Guangxi, Guangdong, Fujian, Xiamen, dan tempat-tempat lainnya untuk mengadakan kebaktian-kebaktian pengabaran Injil dan kebangunan rohani. Roh Kudus selalu menyertainya, memampukannya memberitakan Firman dengan penuh kuasa sehingga ratusan hingga ribuan orang bertobat dan berbalik mengikut Tuhan.

Pdt. Andrew Gih kemudian kembali ke Shanghai dari perjalanan penginjilannya pada tanggal 1 Oktober 1928 untuk upacara pernikahannya dengan Dorcas Zhang, teman sekerjanya di organisasi Bethel, di Gereja Bethel. Tidak sampai seminggu kemudian, pasangan tersebut pergi ke Gereja Baptis di Hangzhou untuk berkotbah, menghabiskan bulan madu mereka dalam pelayanan penginjilan.

Gereja Tiongkok mengalami kebangunan besar pada tahun 1927 yang berlangsung hingga tahun 1930-an. Pdt. Andrew Gih adalah salah satu pemimpin gerakan kebangunan ini. Pada Februari 1931, ia mendirikan "Kelompok Penginjilan Bethel" di Shanghai. Organisasi ini adalah bagian dari Gereja Metodis, yang anggota-anggotanya antara lain adalah Li Daorong, Lin Jingkang, Nie Ziying, John Shi, dan Shong Shangjie (John Sung).

Mulai tanggal 18 Februari hingga empat tahun berikutnya, mereka mengadakan perjalanan sejauh 50.000 km, mengunjungi 133 kota, mengadakan 3389 kebaktian, dan mengabarkan Injil kepada 500.000 orang, 50.000 di antaranya bertobat dan menjadi percaya. Di antara mereka yang menjadi percaya terdapat orang Tiongkok dan orang asing; pekerja, petani, pedagang; pemuda dan tentara; pegawai korup, penjahat, perampok, dan pembunuh. Kuasa khotbah mereka dan pengakuan iman mereka membawa kebangunan besar kemana pun mereka pergi.

Untuk memenuhi kebutuhan pekerjaan penginjilan yang semakin meningkat, mereka membentuk 10 tim di wilayah-wilayah di seluruh Tiongkok untuk mengadakan pengabaran Injil dan kebaktian kebangunan rohani. Pada tahun 1933, mereka juga membentuk suatu "tim pengabaran Injil medan pertempuran", terutama untuk mengabarkan Injil kepada para perwira dan tentara yang berperang melawan Jepang. Di bawah usaha mereka, banyak gereja-gereja lokal yang juga membentuk tim-tim pengabaran Injil.

Pdt. Andrew Gih dan Kelompok Bethel tidak hanya menyebarkan api Injil di daerah perkotaan dan pedesaan di bagian utara dan selatan Tiongkok, namun mereka juga menaburkan benih Injil di daerah-daerah perbatasan Manchuria, Mongolia Dalam, Yunnan, Tibet, dan Xinjiang. Pada akhir tahun 1938, Pdt. Andrew Gih dan Dr. James Edwin Orr melewati perbatasan Yunnan ke Vietnam, mengabarkan Injil di Hanoi dan Haiphong; mereka juga melakukan kebaktian pengabaran Injil nasional di Saigon, yang membawa kebangunan besar bagi gereja Vietnam.

Dalam usaha pengabaran Injil mereka, mereka menggunakan kisah-kisah pribadi, pertemuan-pertemuan di luar gereja, kebaktian-kebaktian Injil yang besar, dan juga metode-metode lainnya. Pengabaran Injil mereka tidak jarang juga disertai dengan peristiwa-peristiwa mujizat. Pdt. Andrew Gih selalu menjawab bahwa keberhasilan-keberhasilan yang dicapai oleh Kelompok Bethel merupakan hasil usaha dari Roh Kudus.

Karena peperangan dengan Jepang yang terus berlanjut, Pdt. Andrew Gih membawa rekan-rekan sekerjanya di Bethel, termasuk Shi Meiyu, Jennie Hughes, murid-murid seminari, dan lebih dari 100 anak yatim piatu ke Hong Kong. Di Kowloon ia mendirikan sebuah gereja, sebuah sekolah dasar, dan sebuah panti asuhan. Peperangan di tanah daratan telah menyisakan banyak anak yatim piatu; Pdt. Andrew Gih menjawab panggilan Song Meiling (Ny. Chiang Kai-shek) dan mendirikan panti asuhan di Hong Kong dan Guizhou untuk menampung para anak-anak yang menjadi korban perang.

Ia kemudian pergi ke Amerika untuk berkhotbah dan menyampaikan tentang kebutuhan anak-anak yatim piatu tersebut, dan ia menerima bantuan dari teman-teman Kristen di Amerika, yang memberikan sponsor kepada lebih dari seribu anak yatim piatu dan juga memberikan dukungan untuk panti asuhan yang ia buka. Ny. Dorcas Gih (Dorcas Zhang) lalu kembali ke Shanghai dan kemudian menyewa sebuah gedung berlantai tiga di Jalan Da Xi yang ia jadikan sebagai panti asuhan dengan bantuan Ou Jialing.

Pada tahun 1943, setelah Shanghai jatuh ke tangan para tentara Jepang, Pdt. Andrew Gih sekali lagi memimpin lebih dari seratus anak-anak yatim piatu korban perang, murid-murid seminari, staf dan para pengajar keluar ke Guizhou. Setelah perjalanan panjang yang melelahkan, mereka akhirnya tiba di panti asuhan Bijie, Guizhou. Akibat dari perjalanan panjang tersebut, penyakit TBC Pdt. Andrew Gih kambuh lagi dan menyebabkan ia muntah darah berkali-kali hingga ia terpaksa dirawat di rumah sakit. Pada waktu ini, ia masih menyempatkan diri untuk pergi ke gereja dan universitas untuk berkhotbah dan mengajar. 

Mulai tahun 1946 hingga 1949, Pdt. Andrew Gih mendirikan Perkumpulan Penginjilan Tiongkok di Shanghai, yang membawahi usaha pengabaran Injil dan panti asuhan secara bersamaan. Pada akhir tahun 1949 mereka telah mengasuh lebih dari 100 anak yatim piatu, namun pemerintahan yang baru terbentuk pada 1 Oktober 1949 tidak mengijinkan organisasi swasta untuk mengelola panti asuhan, sehingga institusi yang dijalankan oleh suami istri Pdt. Andrew Gih terpaksa ditutup tidak lama kemudian.

Pada Februari 1949, Pdt. Andrew Gih pergi ke Amerika Serikat untuk menjadi pembicara dalam pertemuan tahunan orang Kristen di Amerika Serikat yang diadakan di Chicago. Ny. Dorcas Gih harus menjalani pengobatan di Hong Kong untuk penyakit TBC yang dideritanya. Karena perubahan iklim politik yang terjadi di daratan Tiongkok cukup drastis, mereka berdua terpaksa pindah ke Hong Kong. Karena Pdt. Andrew Gih tidak dapat kembali ke daratan Tiongkok, ia mulai mengadakan pengabaran Injil di Teater Kuai Le ("Kebahagiaan"). Mereka yang hadir pada hari Minggu pagi mencapai lebih dari 1.200 orang. Pada bulan Agustus tahun 1951, ia, bersama-sama dengan Paul Shen dan yang lain-lain, secara resmi mendirikan sebuah gereja. Karena jumlahnya yang terus bertambah, mereka akhirnya menjawab panggilan dan mendirikan tempat mereka sendiri. Bangunan tersebut selesai pada bulan Oktober 1956 dan diberi nama "Gereja Kanaan Perkumpulan Penginjilan Tiongkok".

Perkumpulan Penginjilan Tiongkok memulai pekerjaannya di Taiwan pada tahun 1948 ketika Paul Shen diutus oleh Pdt. Andrew Gih ke Taichung untuk mendirikan pusat pelayanan di sana. Dimulai dari nol, pada tahun 1952 mereka telah memiliki ruang pertemuan yang dapat menampung lebih dari 400 orang dengan nama Gereja Si En. Pada bulan Februari tahun 1952, Pdt. Andrew Gih datang pada upacara peresmian tempat tersebut. Tahun-tahun berikutnya, perkumpulan tersebut memulai karya mereka di Taipei, Pingtung, Taidung, Yilin, Yilan, Luodong, Gangshan, Hsinchu, dan tempat-tempat lainnya, dan juga mengabarkan Injil serta mendirikan gereja di antara penduduk asli Taiwan.

Sejak awal tahun 1950-an, Pdt. Andrew Gih memperluas pelayanan pengabaran Injilnya untuk orang-orang Tionghoa di Asia Tenggara. Pada dekade berikutnya, ia terlibat di dalam penginjilan perdana di wilayah Filipina, Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, dan negara-negara lainnya; mendirikan gereja-gereja; menyelenggarakan kebaktian-kebaktian pengabaran Injil dan kebangunan rohani. Di tiap-tiap wilayah, gereja mengalami kebangunan besar, dan ribuan orang memberikan hidup mereka untuk Kristus. Pengaruh Pdt. Andrew Gih untuk gereja-gereja Tionghoa di Asia Tenggara tidak terbilang besarnya. Lebih daripada itu, perjalanannya membawanya keliling dunia lebih dari 15 kali dan mengunjungi lebih dari 50 negara.

Di sepanjang perjalanannya mengabarkan Injil, Pdt. Andrew Gih telah menyediakan kebutuhan gereja-gereja Tionghoa dengan cara mendirikan sekolah-sekolah teologi, termasuk Seminari Bethel di Shanghai, Sekolah Alkitab Taichung, Sekolah Alkitab Asia Tenggara di Indonesia, Sekolah Alkitab Hong Kong, dan Sekolah Alkitab Bethel di Thailand, yang pada gilirannya memperlengkapi ribuan pengabar Injil di masing-masing negara. Pada tahun 1981, untuk mengenang jasa-jasanya, Sekolah Alkitab Asia Tenggara di Malang, Indonesia membangun sebuah gereja dengan kapasitas lebih dari 1.200 orang atas namanya.

Pdt. Andrew Gih seumur hidupnya merupakan seorang filantropis, ia mendirikan sekolah-sekolah, taman kanak-kanak, dan tempat pengasuhan anak bagi anak-anak yang menjadi korban bencana dan yatim piatu, termasuk Panti Asuhan En Ci di Makau, Sekolah Menengah Malang di Indonesia, Rumah Anak Kalam Kudus di Taipei, Taman Kanak-Kanak Kalam Kudus di Malaysia, serta masih banyak lagi; menyediakan makanan, pakaian, tempat tinggal, dan pendidikan bagi anak-anak yang tidak memiliki tempat tinggal ini. Ia tidak hanya menyelamatkan ribuan nyawa, namun juga menjadikan mereka orang-orang dengan jiwa yang dipenuhi dengan rasa tanggung jawab terhadap lingkungannya.

Pdt. Andrew Gih sangat menekankan pentingnya karya tulis Kristen (Christian literatur work), seperti terlihat dalam organisasi percetakan yang didirikannya. Sejak tahun 1949 ia membuat suatu divisi publikasi di dalam Perkumpulan Penginjilan Tiongkok. Nama divisi tersebut diubah menjadi Holy Word Press (Penerbit Kalam Kudus) pada bulan Juni 1962. Penerbit tersebut menerbitkan "Life Magazine" (Majalah Kehidupan), traktat-traktat Injil, buku-buku kecil penginjilan, dan buku-buku Kristen.

Pdt. Andrew Gih secara resmi pensiun di kantor pusat Perkumpulan Penginjilan Tiongkok (Chinese Evangelization Society) di Los Angeles, Amerika Serikat, pada bulan Oktober 1978. Sejak muda ia telah menderita penyakit TBC, berulang kali memuntahkan darah, namun Tuhan masih menyokongnya, menggunakannya secara luar biasa, dan melakukan pekerjaan-pekerjaan besar melaluinya. Pada tanggal 30 Januari 1985 ia menjalani operasi untuk kanker paru-paru. Ia meninggal dalam damai pada tanggal 13 Februari pada usia 85 tahun. Sebuah kebaktian peringatan diadakan baginya pada tanggal 23 Februari di Forest Lawn, Glendale, California yang dihadiri oleh rekan sekerjanya, Pdt. Xiao Zhenxiang. Khotbah disampaikan oleh Lin Jinkang. Li Qirong menyanyikan sebuah lagu "Kota Suci (Holy City)" untuk memperingati hidup pelayan Tuhan yang setia ini.

Suami istri Pdt. Andrew Gih tidak memiliki anak. Pdt. Andrew Gih kebanyakan berkhotbah dalam bahasa Tionghoa, walaupun ia juga dapat berkhotbah dan mengajar dalam bahasa Inggris. Selain sebuah otobiografi, "My Wonderful God" (Tuhanku yang Ajaib), ia menulis beberapa buku di dalam bahasa Inggris: "Launch Out into the Deep", "Twice Born - and Then?", "Into God's Family", dan "The Fire of Revivalism in Chinese".



Peter Wongso

GOSIP PETER WONGSO
Dr. Peter Wongso lahir dalam keluarga Pendeta Metodis Hok Kian Tiongkok pada tahun 1932. Ia pindah ke Indonesia tahun 1949 dan giat memberitakan Injil di Gereja Metodis Medan. Beliau bertemu dengan Dr. Andrew Gih di Medan saat Dr. Gih berkunjung dan mengadakan KKR di Medan.

Pada tanggal 10 Mei 1952 dihadapan Notaris MR. Raden Soedja, Dr. Andrew Gih yang diwakili isterinya Dorcas Gih, DS Pouw Peng Hong dan rekan-rekan lain mendirikan dua buah yayasan yaitu Yayasan Penyiaran Injil Indonesia dengan akte notaris No. 41 dan Yayasan Madrasah Alkitab Asia Tenggara disingkat Yayasan Malseta dengan akte No. 42. Yayasan Penyiaran Injil Indonesia kemudian berkembang menjadi Sinode GKKK dan Yayasan Kalam Kudus Indonesia yang masing-masing mempunyai Satuan Unit Pelayanan yaitu GKKK dan SKKK.

Madrasah Alkitab Asia Tenggara di Malang, Jawa Timur merupakan sebuah sekolah teologi yang berazaskan Alkitab, berteologi Injili dan berakar pada budaya Tionghoa. Bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa Mandarin. MAAT juga memiliki disiplin belajar dan kehidupan kampus yang ketat. Pada tahun 1960-an MAAT dipimpin oleh Rektor James Hui. Sebelumnya ia menjabat sebagai konsul dari pemerintah Tiongkok Nasionalis untuk Filipina di Manila. Isteri James Hui adalah seorang wanita Kristen Tionghoa yang berbudi luhur. Ia sangat mendukung pelayanan suaminya sebagai rektor dan ia menjadi ibu asrama bersama Ibu Ruth Chang.

Mahasiswa MAAT yang tinggal di kampus memiliki kehidupan yang sangat disiplin. Bangun pagi lalu berdoa, membaca Alkitab, merenungkan firman Tuhan, mengutip salah satu ayat, menghafal ulang sebelum makan pagi dengan mahasiswa lain di meja makan waktu sarapan pagi. No Bible no breakfast, motto Dr. Reland Wong itu selalu diingat. Mahasiswa harus mencuci pakaian sendiri, mencuci kamar mandi dan WC. Pria bertugas ke kantor pos, wanita bergilir masak di dapur dan belanja ke pasar. Pria dan wanita bergilir mencuci piring dan dilarang keras berpacaran. Motto kehidupan di kampus adalah “segala sesuatu harus berlangsung dengan sopan dan teratur (1 Korintus 14 : 40)”. MAAT menggembleng mahasiswanya sedemikian rupa, sehingga kebutuhan hamba Tuhan di gereja-gereja Tionghoa di Indonesia terpenuhi secara kuantitas maupun kualitas.

Setelah Dr. James Hui dan isteri pensiun, mereka kembali ke Taiwan tahun 1964. Yang menggantikan beliau adalah Pdt. Peter Wongso. Sebagai rektor kepemimpinan Pdt. Peter Wongso sangat menekankan misi penginjilan. Sebagian lulusan MAAT yang tergerak diutus untuk membuka GKKK baru di seluruh Indonesia.

GOSIP SKKK
GOSIPNYA Sekolah Kristen Kalam Kudus (SKKK) merupakan sekolah Kristen dengan jaringan terluas di Indonesia. Di beberapa kota sekolah ini lengkap mulai dari TKK, SD, SMP, hingga SMA. Hingga 2011 ada 40 SKKK yang tersebar di 17 provinsi:
-Sumatra Utara: Medan (1), Pematang Siantar (2)
-Sumatra Barat: Padang (2)
-Riau: Pekanbaru (2), Selatpanjang (1)
-Kepulauan Riau: Batam (2)
-Bangka Belitung: Pangkalpinang (2)
-Kalimantan: Pontianak (1)
-DKI Jakarta: Mangga Besar (1), Green Garden (1), Kosambi Baru (2)
-Banten: Banten (1)
-Jawa Barat: Bandung (4)
-Jawa Tengah: Surakarta (4)
-DIY Yogyakarta: Yogyakarta (1)
-Jawa Timur: Kesamben (1), Malang (1), Surabaya (2)
-Bali: Badung (1)
-Sulawesi Selatan: Bone (1), Makassar (1)
-Maluku: Ambon (1)
-Papua Barat: Sorong (1)
-Papua: Jayapura (1), Merauke (1), Sentani (1), Timika (1)

GOSIP GKKK
Berdirinya Gereja Kristen Kalam Kudus merupakan hasil misi yang dilaksanakan oleh Evangelize China Fellowship (ECF) / Yayasan Penyiaran Injil Tiongkok atau Zhong Guo Bu Dao Hui, Shanghai, China. ECF adalah Yayasan Penginjilan yang dipimpin oleh Pdt. Andrew Gih. Misi pelayanan ECF adalah mengadakan Penyiaran Injil dan KKR, juga mendirikan panti asuhan yatim piatu akibat perang saudara yang melanda Cina waktu itu.

Setelah Negara RRC berdiri tahun 1949, ECF pindah ke luar daratan Cina yaitu Hongkong, Taiwan, Malaysia, Indonesia, Makau, Singapura, Thailand, Myanmar, Filipina dan Amerika Serikat. Di Indonesia ECF dinasionalisasikan menjadi Yayasan Penyiaran Injil Indonesia (YPI) dengan tujuan untuk merintis GKKK dan Yayasan Malseta yang bertujuan mendirikan sekolah teologi MAAT yang kemudian diubah menjadi SAAT Malang.

GKKK dimulai pertama kali di kota Bandung. Pdt. Andrew Gih setiba di Bandung melihat ada gereja yang menggunakan beberapa bahasa Hokkian atau Hok Chia, dll, namun belum ada yang berbahasa Hakka, oleh sebab itu Pdt. Gih menghubungi beberapa saudara di Jakarta yang fasih berbahasa Hakka, yaitu Alm. Yang Cik Ik; sdr. Liaw Yu Sen dan Liaw Miaw Sen yang membantu memulai gereja Hakka di Bandung.

Pada April 1952, Pdt. Gih mengadakan KKR di gedung Gereja Bala Keselamatan di Jl. Gardujati, yang kemudian dipinjam untuk ibadah dari GKKK Bandung. Pada September 1952, Pdt. Gih membeli sebuah rumah di Jl. Pasundan 54 (sekarang 78) untuk memulai Sekolah Teologia. GKKK Bandung pada awalnya digembalakan oleh Alm. Ev. Sie Mei Hoa.

Mahasiswa Teologia angkatan pertama pada waktu itu adalah Peter Wongso, Ruth Chandra, dan Yakub Setiawan, mereka juga merupakan guru sekolah minggu angkatan pertama. Kebaktian Umum di bawah bimbingan Ev. Sie terus bertambah. Sehingga pada bulan September 1952 diadakan Upacara Baptisan I yang dipimpin oleh Dr. Gih. Baptisan angkatan pertama adalah:
-Sdr. Hie Kiun Hua
-Sdri. Tjia Moy Siong
-Sdr. Tjong Tjet Ngo
-Sdri. Tjoe Joen Thuy
-Sdri. Lioe Soen Njin
-Sdri. Lim Joen Moy
-Sdr. Hie Koeng Min
-Sdr. Ie Fa Tjoen
-Sdr. Yakub Setiawan.

Kesembilan sdr/i. tersebut merupakan buah sulung GKKK Bandung. Bulan Maret 1953 diadakan Baptisan Kudus angkatan ke 2, ada 18 orang Sdr/i. yang di baptis. Pada tahun yang sama bulan September ada 7 orang Sdr/i. yang di baptis dan bulan Desember ada 9 orang Sdr/i. yang di baptis. Dalam satu tahun jemaat sudah menjadi 30 orang. Dalam waktu dua tahun, jumlah yang berbakti berkisar antara 50-60 orang. Demi perkembangan gereja, maka pada tahun 1953, Dr. Gih mengundang Pdt. Stephen Chen untuk menggembalakan jemaat 1 tahun. Kemudian pada tahun 1955, Dr. Gih mengundang Pdt. Tham Yum dan isteri dari Hongkong untuk menjadi Gembala Sidang.

Demi perkembangan MAAT, maka pada tahun 1954 MAAT dipindahkan ke Malang, Jawa Timur, dan lokasi untuk sekolah MAAT diserahkan kepada GKKK Bandung. Tahun 1958 direnovasi dan diresmikan oleh Pdt. Gih pada tahun 1959.

Oleh karena mempunyai beban yang lain, pada tahun 1957, Ev. Sie Mei Hoa meninggalkan GKKK Bandung. Pada akhir tahun 1959 Pdt. Tham Yum yang telah melayani genap 5 tahun kembali ke Hongkong. Pekerjaan Tuhan di gereja ditangani oleh Ev. Timothy Lim dan istri. Demi kelancaran pekerjaan Tuhan pada tahun 1959, Ev. Timothy Lim ditahbiskan menjadi pendeta. Demi kebutuhan pelayan gereja, maka pada tahun 1961 majelis mengundang alumni SAAT yaitu Ev. Grace Natapraja untuk melayani.

Pada tahun 1964 Pdt. Lim dan istri, mengundurkan diri untuk melanjutkan studi ke Amerika Serikat. Pada saat itu pengembalaan ditangani oleh Ev. Grace Natapraja. Setelah Pdt. Yanto Elia dan istri melayani 5,5 tahun, oleh karena beban mengajar di SAAT, pada tahun 1969 mereka mengundurkan diri untuk menjadi dosen di SAAT Malang.

Kekosongan tersebut dilanjutkan oleh Ev. Eddy Paulus dan istri (alumni SAAT). Ev. Eddy Paulus selain menggembalakan jemaat juga telah mendirikan sekolah TK/SD. Pada pertengahan tahun 1974 Ev. Eddy Paulus ditahbiskan menjadi pendeta. Pada tahun 1975, Pdt. Eddy Paulus dan istri mengundurkan diri. Saat itu gereja mengundang Ev. Ribka Lo yang baru lulus untuk melayani.

Pada bulan Oktober 1976, Pdt. Andrew Wusan dan istri menerima undangan majelis untuk melayani hingga emeritus. Pada masa pelayanan Pdt. Andrew Wusan, ada beberapa pelayanan penting yang telah dilakukan antara lain mendirikan TK Kristen Kalam Kudus (1978).

Pada bulan Juli 1994, Majelis mengundang Sdr. Philip Andrew dari SAAT Malang untuk praktik 1 tahun. Oleh karena Pdt. Andrew Wusan memasuki masa emeritasi, maka pada tahun 1997, Ev. Philip Andrew menjabat sebagai gembala sidang hingga hari ini dan telah ditahbiskan menjadi pendeta pada bulan April 1998. Saat ini beberapa hamba Tuhan yang turut melayani antara lain: Ev. Viliejana Widjaja (1995), Ev. Maria Sulistio (1996), Ev. Djong She Kiun (2002), Ev. Sonny Tunggamoro Putra (2006), Ev. Magdalena Hananing Triyanti (2006) dan Mahasiswa praktik 1 tahun dari STT Bandung, Sdr. Kwee Tjin Sin (2006). GOSIPNYA hingga tahun 2011 ada sekitar 5.000 jemaat GKKK di seluruh Indonesia.

Hingga tahun 2011 ada 64 GKKK yang tersebar di 16 provinsi:
-Sumatra Utara: Medan (1), Pematang Siantar (1), Sibolga (1), Padang Sidempuan (1), Batang Toru (1)
-Sumatra Barat: Padang (1)
-Riau: Pekanbaru (1), Selatpanjang (1)
-Bangka Belitung: Pangkal Pinang (1)
-DKI Jakarta: Mangga Besar (1), Green Garden (1), Kosambi Baru (1), Kelapa Gading (1)
-Banten: Gading Serpong (1), Duta Garden (1)
-Jawa Barat: Bandung (3), Bekasi (1)
-Jawa Tengah: Surakarta (1), Sukoharjo (1)
-DIY Yogyakarta: Yogyakarta (1)
-Jawa Timur: Surabaya (3), Malang (4), Blitar (14)
-Bali: Denpasar (1)
-Sulawesi Utara: Manado (1)
-Sulawesi Selatan: Makassar (3)
-Maluku: Ambon (1)
-Papua Barat: Sorong (1), Manokwari (1)
-Papua: Jayapura (13)

Gereja Bethel Indonesia



Ho Lukas Senduk (Ho Liong Seng / Oom Ho)
lahir di Ternate Ternate, 4 Agustus 1917
meninggal di Jakarta, 26 Februari 2008

GOSIP GPdI
Pada tahun 1922, Pendeta W.H. Offiler dari Bethel Pentecostal Temple Inc., Seattle, Washington, Amerika Serikat, mengutus dua orang misionarisnya ke Indonesia, yaitu Pdt. Van Klaveren dan Groesbeek, orang Amerika keturunan Belanda. Pada mulanya mereka memberitakan Injil di Bali, tetapi kemudian pindah ke Cepu, Jawa Tengah. Di sini mereka bertemu dengan F.G. Van Gessel yang bekerja pada Perusahaan Minyak Belanda Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM). Van Gessel pada tahun sebelumnya telah bertobat dan menerima hidup baru dalam kebaktian Vrije Evangelisatie Bond yang dipimpin oleh Pdt. Charles Hoekendijk (ayah dari Karel Hoekendjik). Groosbeek kemudian menetap di Cepu dan mengadakan kebaktian bersama-sama dengan Van Gessel. Sementara itu, Van Klaveren pindah ke Lawang, Jawa Timur.

Januari 1923, Nyonya Van Gessel sebagai wanita yang pertama di Indonesia menerima Baptisan Roh Kudus dan demikian pula dengan suaminya beberapa bulan setelahnya. Tanggal 30 Maret 1923, pada hari raya Jumat Agung, Groesbeek mengundang Pdt. J. Thiessen dan Weenink Van Loon dari Bandung dalam rangka pelayanan baptisan air pertama kalinya di Jemaat Cepu ini. Pada hari itu, 15 jiwa baru dibaptiskan.

Dalam kebaktian-kebaktian berikutnya, bertambah-tambah lagi jemaat yang menerima Baptisan Roh Kudus, banyak orang sakit mengalami kesembuhan secara mujizat. Karunia-karunia Roh Kudus dinyatakan dengan ajaib di tengah-tengah jemaat itu. Inilah permulaan dari gerakan Pentakosta di Indonesia. Berempat, Van Klaveren, Groesbeek, Van Gessel, dan Pdt. J. Thiessen, merupakan pionir dari "Gerakan Pentakosta" di Indonesia. Kemudian Groesbeek pindah ke Surabaya, dan Van Gessel telah menjadi Evangelis yang meneruskan memimpin Jemaat Cepu.

April 1926, Groesbeek dan Van Klaveren berpindah lagi ke Batavia (Jakarta). Sementara Van Gessel meletakkan jabatannya sebagai Pegawai Tinggi di BPM dan pindah ke Surabaya untuk memimpin Jemaat Surabaya. Jemaat yang dipimpin Van Gessel itu bertumbuh dan berkembang pesat dengan membuka cabang-cabang di mana-mana, sehingga mendapat pengakuan Pemerintah Hindia Belanda dengan nama “De Pinksterkerk in Indonesia” (sekarang Gereja Pentakosta di Indonesia atau GPdI).

Pada 1932, Jemaat di Surabaya ini membangun gedung Gereja dengan kapasitas 1.000 tempat duduk (GOSIPNYA merupakan gereja terbesar di Surabaya saat itu). Tahun 1935, Van Gessel mulai meluaskan pelajaran Alkitab yang disebutnya “Studi Tabernakel”.

Gereja Bethel Pentecostal Temple, Seattle, kemudian mengutus beberapa misionaris lagi. Satu di antaranya yaitu, W.W. Patterson yang membuka Sekolah Akitab di Surabaya bernama NIBI (Netherlands Indies Bible Institute). Sesudah Perang Dunia II, para misionaris itu membuka Sekolah Alkitab di berbagai tempat.

Setelah perang usai pimpinan gereja harus diserahkan kepada orang Indonesia. H.N. Rungkat terpilih sebagai ketua Gereja Pentakosta di Indonesia untuk menggantikan Van Gessel. Jemaat gereja yang seharusnya menjaga jarak dari sikap politik yang terpecah belah terjebak dalam nasionalisme yang tengah berkobar-kobar pada saat itu. Akibatnya roh nasionalisme meliputi suasana kebaktian dalam gereja-gereja Pentakosta. Van Gessel menyadari bahwa ia tidak bisa lagi bertindak sebagai pemimpin.

Kondisi rohani Gereja Pentakosta di saat itu menyebabkan ketidakpuasan di sebagian kalangan pendeta-pendeta Gereja tersebut. Ketidakpuasan ini juga ditambah lagi dengan kekuasaan otoriter dari Pengurus Pusat Gereja. Akibatnya, sekelompok pendeta yang terdiri dari 22 orang, memisahkan diri dari Organisasi Gereja Pentakosta, salah satunya adalah Pdt. H.L. Senduk atau lebih dikenal sebagai Oom Ho (GOSIPNYA dari sinilah awal mula istilah PANTEKosta berasal. Pantek berarti vagina dalam bahasa slang Indonesia).

GOSIP GBIS
Pada tanggal 21 Januari 1952, di kota Surabaya, orang-orang yang memisahkan diri dari Organisasi Gereja Pentakosta kemudian membentuk suatu organisasi gereja baru yang bernama Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS). Van Gessel dipilih menjadi “Pemimpin Rohani” dan H.L Senduk ditunjuk menjadi “Pemimpin Organisasi” (Ketua Badan Penghubung). Senduk berperan sebagai Pendeta dari jemaatnya di Jakarta, sedangkan Van Gessel memimpin jemaatnya di Jakarta dan Surabaya.

Pada tahun 1954, Van Gessel meninggalkan Indonesia dan pindah ke Irian Jaya (waktu itu di bawah Pemerintahan Belanda). Jemaat Surabaya diserahkannya kepada menantunya, Pdt. C. Totays. Di Hollandia (sekarang Jayapura). Van Gessel membentuk suatu organisasi baru yang bernama Bethel Pinkesterkerk (sekarang Bethel Pentakosta). Van Gessel kemudian meninggal dunia pada tahun 1957 dan kepemimpinan Jemaat Bethel Pinkesterkerk diteruskan oleh Pdt. C. Totays.

Tahun 1962, sesudah Irian Jaya diserahkan kembali kepada Pemerintah Indonesia, maka semua warga negara Kerajaan Belanda harus kembali ke negerinya. Jemaat berbahasa Belanda di Hollandia ditutup, tetapi jemaat-jemaat berbahasa Indonesia berjalan terus di bawah pimpinan Pendeta-pendeta Indonesia.

GBIS di bawah pimpinan H.L. Senduk berkembang dengan pesat. Pada 1968-1969, kepemimpinan Senduk di GBIS diambil alih oleh pihak-pihak lain yang disokong suatu keputusan Menteri Agama. Senduk dan pendukungnya memisahkan diri dari organisasi GBIS. Pada 6 Oktober 1970, di Sukabumi, Jawa Barat, Pdt. H.L. Senduk dan rekan-rekannya membentuk Gereja Bethel Indonesia (GBI). Gereja ini diakui oleh Pemerintah secara resmi melalui Surat Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 41 tanggal 9 Desember 1972.

GOSIP GBI & GBI Jemaat Petamburan
Berdirinya Gereja Bethel Indonesia Jemaat Petamburan dimulai dari persekutuan rumah tangga di rumah keluarga Thio Song Goan sekitar tahun 1942 dengan Gembala Sidang pertama Pdt A. Aroen. Pada waktu itu jemaat ini masih berada dalam organisasi GPdI (GOSIPNYA dalam persekutuan rumah tangga ini ada seorang jemaat yang dipakai Tuhan untuk bernubuat bahwa gereja ini akan menjadi besar sehingga memiliki jemaat yang besar dan banyak hamba Tuhan diutus dari tempat ini).

GBI Jemaat Petamburan mengalami proses beberapa kali Gembala Sidang. Sekitar tahun 1950-an Pdt A. Aroen digantikan oleh Pdt Liem Toan Tjhay dengan dibantu oleh Pdt Kwe Hok To. Ketika mereka berdua mengundurkan diri maka Tua-Tua Sidang meminta Pdt H.L. Senduk untuk menjadi Gembala Sidang yang dibantu oleh Pdt Go Tjeng Hoa. Pdt Go Tjeng Hoa mendirikan GBIS di Rawa Kemiri, Kebayoran Lama, Jakarta. Pdt Kwe Hok To kemudian mendirikan GPdI di Kebon Kacang, Jakarta.

GBI Jemaat Petamburan berkembang dari rumah kecil sampai pada tahun 1965 keluarga Thio Song Goan menyerahkan tanahnya untuk dibangunkan sebuah gereja yang berukuran 9 x 36,5 meter.

Pdt H.L. Senduk melayani GBI Jemaat Petamburan dibantu oleh istrinya Pdt Helen Theska Senduk, Pdt Thio Tjong Koan, dan Pdt Harun Sutanto. Pada tahun 1972, Pdt H.L. Senduk memanggil anak rohaninya, Pdt S.J. Mesach dan Pdt Olly Mesach untuk membantu pelayanan di GBI Jemaat Petamburan. Saat itu, Pdt S.J. Mesach telah menjadi Gembala Sidang GBI Jemaat Sukabumi, yang telah dilayaninya sejak tahun 1963.

Pada tahun 1980, tercatat anggota baptisan berjumlah 503 orang ditambah dengan jemaat yang tidak tercatat. Jumlah ini sudah melebihi kapasitas gedung gereja yang berukuran 9 x 36,5 meter tersebut (kapasitas maksimum 500 tempat duduk). Hal ini menggugah hati majelis untuk membentuk panitia pembangunan gereja, namun kesulitan mendapatkan ijin mendirikan (IMB). Pertumbuhan yang cepat dan kesulitan perijinan berdampak lahirnya kebaktian kedua pada setiap Minggu sejak awal tahun 1982 dan kemudian kebaktian ketiga sejak awal 1987. Jumlah jemaat terus meningkat hingga tercatat 2000 orang (umum dan kategorial). Setelah mendapat IMB, akhirnya Pdt Dhannyal Tantular yang mendapatkan tugas pembangunan, dapat meresmikan gedung gereja baru pada tanggal 1 April 1991.

Pdt H.L. Senduk meninggal pada tanggal 26 Februari 2008. Ia meninggalkan visi 10.000 gereja GBI bagi generasi berikutnya. Seperti GBI yang merupakan sinode yang lahir dari tubuh Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) dan Gereja Pentakosta di Indonesia (GPdI), maka dari tubuh Sinode GBI juga lahir beberapa sinode-sinode baru, di antaranya: Gereja Bethany Indonesia, Gereja Mawar Sharon, Gereja Tiberias Indonesia, dan Gereja Berita Injil.

GOSIPNYA
Pdt HL Senduk adalah anak pertama dari lima bersaudara, tiga pria dan dua wanita yaitu: Ho Goat Go, Ho Goat Song (meninggal tahun 1947), Ho Liong Hoat, dan Ho Liong Goan (meninggal tahun 1989). la mengikuti pendidikan sekolah dasar di HIS (Hollands Inlandsche School) dan sekolah lanjutan tingkat pertama di MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) di Manado.

Ayah Pdt HL Senduk, Ho Koei Sioe (meninggal tahun 1965), adalah seorang pedagang berwarga negara Singapura, yang memulai usahanya di Ternate, dan kemudian pindah ke Manado, pada awal abad ke-20. Ayahnya menganut kepercayaan Kong Hu Cu. la menjadi Kristen saat menjelang ajalnya. Ayahnya pernah menjadi "kapitan", yaitu pemimpin para pedagang keturunan Cina di Manado. Ibunya, Tjan Oen Nio (Oemi, meninggal tahun 1972), seorang keturunan Tionghoa yang memiliki hubungan dengan kerajaan Ternate, juga seorang pemeluk Kong Hu Cu. Pada masa tuanya ia menjadi pengikut Yesus. Keadaan ekonomi mereka cukup baik; termasuk keluarga pertama yang memiliki mobil di Manado.

Pada umur 16 tahun, Ho merantau ke Ambon. Di sana ia bekerja di perusahaan minyak BPM (Batavsche Petroleum Maatschappij). Di sini, ia menjadi pengikut Yesus. Ia menerima baptisan Yesus pada tanggal 19 April 1935. Baptisan Roh Kudus dialaminya seminggu kemudian, 26 April 1935. Ia menjadi anggota Gereja Pentakosta (De Pinkster Gemeente in Nederlandsche Indie).

Pada tahun 1936, ia memutuskan untuk belajar di Surabaya, di sekolah Alkitab Netherlands Indies Bible Institute (NIBI). Di sana ia tinggal di rumah gurunya, Pdt Frans Gerald van Gessel. Setamat dari pendidikan, tahun 1939, ia memutuskan untuk merintis jemaat di Banda Neira, Maluku. Waktu itu, tahun 1937, Gereja Pentakosta berubah nama menjadi "De Pinkster Kerk in Nederlandsch Indie". Setahun kemudian, tahun 1940, ia kembali ke Surabaya. Sambil melayani, ia kembali bekerja di perusahaan ekspor-impor Borsumij. Tanggal 26 September 1940, ia menikah dengan Helen Theska (The Koan Nio, meninggal tahun 1992). Pada tahun itu juga perusahaannya memindahkan ia ke Jakarta.

Di Jakarta, ia bekerja di Borsumij sampai tahun 1942, dan berhenti bersamaan dengan masuknya penjajah Jepang. melanjutkan mata pencahariannya dengan menjadi pedagang kecil, yaitu menjual kacang, limun, dan telur. Sementara itu, ia terlibat dalam pelayanan di jemaat, dalam bidang anak dan pemuda. Pada masa pendudukan Jepang, Gereja Pentakosta berubah nama menjadi Gereja Pentakosta di Indonesia (GPdI). Ia menjadi sekretaris pimpinan pusat (Badan Pengurus Umum) GPdI ketika itu. Pada tahun 1945-1946, ia ditugaskan menggembalakan jemaat Pentakosta di Tasikmalaya, Jawa Barat. Kembali ke Jakarta ia tetap dalam layanan jemaat. Dan di tahun 1950, ia ditugaskan menggembalakan jemaat GPdI di Petamburan, Jakarta. Ia dan istri dikaruniakan tiga anak: Hanna Hosiany Senduk (1944), Steve Hosea Senduk (1947), dan Inge Hosiany Senduk (1954). Mereka juga mengangkat Hadi Satyagraha dan Yosia Satyagraha sebagai anak mereka.

Karena merasa tidak cocok dengan rekan kerja lainnya, pada 9-10 Agustus 1952, di Surabaya, Ho dan beberapa rekannya, mendirikan Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS). Ia menjadi ketuanya (Ketua Badan Penghubung) sejak tahun 1955.

Pada masa kepemimpinannya GBIS menjadi anggota DGI (Dewan Gereja-gereja di Indonesia, sekarang PGI). Bersamaan dengan itu pada tahun 1952 ia membentuk yayasan Bethel yang bertugas sebagai pendukung kegiatan gereja dalam pelayanan penginjilan, pendidikan teologi, pendidikan umum, kesehatan, dan sosial lainnya.

Kursus Sekolah Penginjil Bethel (SPB) diselenggarakan sejak tanggal 7 April 1956. Sekolah Pendidikan Guru Agama (Kristen) Protestan dimulai pada tahun 1968, yang sempat berubah nama menjadi Sekolah Menengah Agama Kristen (SMAK) dan kini bernama Sekolah Menengah Theologia Bethel (SMTB). Pada tahun 1968 juga dimulai Akademi Theologia Bethel (ATB). SP, PGA, dan ATB dikenal sebagai Seminari Bethel (SB).

Ia juga aktif di LAI (Lembaga Alkitab Indonesia) sebagai anggota Badan Pengurus selama tahun 1966-1980. Ia merintis dan pembangun kerja sama dengan salah satu Gereja Pentakosta terbesar di Amerika mulai tahun 1967, yaitu COG (Church of God) yang berpusat di Cleveland, Tennessee, Amerika Serikat. Pendidikan sekolah lanjutan atas diteruskannya melalui pendidikan jarak jauh, dan berhasil tamat dari HBS/LOI (Hogere Buger School/Leid se Onderwijs Instelling) negeri Belanda. Ia mengikuti kursus tertulis jurnalistik dan publisistik dari Leiden dan Rotterdam negeri Belanda untuk mendukung program penerbitan majalah Penyuluh. Setelah itu ia meneruskan pendidikan perguruan tingginya melalui studi jarak jauh di sekolah teologi Americas Bible College dan American Divinity School, Chicago, Amerika, dan dianugerahi gelar D.D. (Doctor of Divinity) pada tahun 1968. Di tahun 1960-an ia mengubah nama menjadi Ho Lukas Senduk.

Jemaat "Eben Haezer" di Jl. Wahid Hasyim 67 Jakarta didirikan pada tahun 1958, dulu disebut Jemaat "Asem Lama". Beberapa Jemaat yang didirikannya lagi yaitu antara lain: Karang Anyar, Rangkasbitung, dan Sukabumi.

Pada 6 Oktober 1970, di Wisma Oikumene, Sukabumi, Jawa Barat, ia bersama beberapa temannya mendirikan GBI (Gereja Bethel Indonesia) karena tidak dapat bekerja sama dengan rekan-rekan lainnya. Ia menjadi ketua pada Sidang Sinode II, di Jakarta, tahun 1972. Tugas ini, ia kerjakan sampai tahun 1994, Sidang Sinode X GBI, di Jakarta. Selanjutnya ia melayani sebagai Ketua Badan Pembina Rohani GBI.

STE (Sekolah Theologia Extension) didirikannya pada tahun 1972; buku-buku pelajaran ditulisnya sendiri. Ia sempat merintis jemaat baru di Vlaardingen, Belanda selama tahun 1975-1977; sekarang dilayani oleh Dr. S.K. The, Rev. Adrian Koppens dan Ir Steve H Senduk. Tahun 1981, ATB mulai menyelenggarakan program Strata Satu dan merubah nama menjadi Institut Theologia dan Keguruan Indonesia (ITKI) pada tahun 1983. Program Strata Dua dimulai pada tahun 1991. SB pada tahun 1983 berubah nama menjadi Lembaga Pendidikan Theologia Bethel Jakarta (LPTBJ). Ia turut membangun perumahan sederhana di Tangerang pada tahun 1988 melalui YPK (Yayasan Pemukiman Kemanusiaan) yang bekerja sama dengan HFHI (Habitat for Humanity International) di Americus, Georgia, Amerika. la dipilih menjadi anggota Badan Pengurus COG selama 1989-1992; untuk itu ia harus berada di Cleveland selama sebulan setiap tahun. Pada tahun 1990, ia mendapat gelar Profesor Emeritus dari Sekolah Teologi COG. Tahun 1998, ia membuka pelayanan pendidikan teologi jarak jauh melalui Sekolah Tinggi Teologi Terbuka Nusantara.

Pada masa kepemimpinannya, GBI menjadi anggota Dewan Pentakosta Indonesia (DPI), mendirikan Persekutuan Injili Indonesia (PII), dan masuk anggota Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI). GOSIPNYA hingga tahun 2011 GBI memiliki sekitar 5.000 gereja dengan jumlah jemaat sekitar 2,3 juta orang. GBI dan GBI Bethany yang lebih dikenal sebagai Gereja Karismatik GOSIPNYA sama-sama mengusung Teologi Kemakmuran dan sering dikaitkan dengan praktek komersialiasi.

Gereja Kristen Indonesia


GOSIP GKI
Gereja Kristen Indonesia (GKI) merupakan salah satu gereja dengan Teologi Ekumenikal dengan denominasi Calvinis. Gereja ini juga merupakan anggota-anggota dari Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), Dewan Gereja-gereja Asia (CCA), Persekutuan Gereja-gereja Reformasi Sedunia / World Communion Of Reformed Churches (WCRC) dan Dewan Gereja-gereja Sedunia (WCC).

Pada mulanya, GKI terdiri dari tiga gereja yang terpisah, yaitu GKI Jawa Timur yang didirikan tanggal 22 Februari 1934, GKI Jawa Barat yang didirikan tanggal 24 Maret 1940, dan GKI Jawa Tengah yang didirikan tanggal 8 Agustus 1945. Baru pada tanggal 27 Maret 1962, ketiga gereja itu berusaha meleburkan dirinya menjadi satu wadah Sinode Am GKI. Usaha tersebut terwujud dengan ditandai oleh pengikraran satu GKI pada 26 Agustus 1988 (GOSIPNYA hingga tahun 2011 jumlah gereja GKI mencapai 220 buah dengan jumlah jemaat 250 ribu orang).

Gereja ini mempunyai afiliasi dengan sejumlah badan pendidikan di Indonesia, yaitu:
-BPK PENABUR yang mengasuh sekolah-sekolah di beberapa kota di Provinsi DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, dan Lampung
-PPPK Petra yang mengasuh sekolah-sekolah di Jawa Timur
-Sekolah Tinggi Teologi Jakarta (STT Jakarta) di Jakarta
-Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA) di Jakarta
-Universitas Kristen Maranatha (UKM) di Bandung
-Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) di Yogyakarta
-Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) di Salatiga
-Universitas Kristen Petra di Surabaya
-YPPN Budya Wacana yang mengasuh sekolah-sekolah di Yogyakarta
-Yayasan Sekolah Kristen Indonesia (YSKI) di Semarang, Jawa Tengah

GOSIP BPK PENABUR
Sejarah Badan Pendidikan Kristen (BPK) PENABUR tidak dapat dilepaskan dari sejarah Gereja Kristen Indonesia Jawa Barat yang sudah ada sejak zaman Belanda. Saat bersejarah yang penting dicatat ialah 19 Juli 1950 sebagai lahirnya Badan Pendidikan Tiong Hoa Kie Tok Kauw Hwee Khu Hwee Djawa Barat (selanjutnya disingkat BP THKTKHKH Jabar) berdasarkan Akte Notaris H.J.J. Lamers di Bandung yang diwakili oleh calon Notaris Tan Eng Kiam.

Pada awalnya sekolah ini terletak di Jl. Pintu Air 1, Jakarta Pusat. Namanya pun waktu itu lebih dikenal sebagai SMA Pintu Air, yang menyelenggarakan aktivitas belajar-mengajar pada pagi hari. Di sore harinya diselenggarakan kegiatan SMAK 2, atau SMA Pintu Air Sore.

Pada pertengahan tahun 1980-an Yayasan BPK Penabur membeli lahan di daerah Tanjung Duren, Jakarta Barat. Lahan ini digunakan untuk mendirikan sejumlah fasilitas sekolah, SMAK 1, STM Kristen, UKRIDA, dan sejumlah gedung lainnya yang merupakan bagian dari lembaga yang sama di bawah GKI Jawa Barat.

Pada tahun pelajaran 1989–1990, SMAK 1 mulai menempati gedung sekolah bertingkat 8 yang terletak di Jalan Tanjung Duren Raya No. 4 Jakarta Barat berdampingan dengan UKRIDA dan kantor Dinas Pemadam Kebakaran.

Pada tahun pelajaran 2007-2008, SMAK 1 masih menempati gedung berlantai 8 di Jalan Tanjung Duren Raya no. 4 Jakarta Barat, namun kini berdampingan dengan gedung PENABUR International School Tanjung Duren yang baru diresmikan pada 2007 dan gedung UKRIDA. GOSIPNYA SMAK 1 kini adalah SMA paling bergengsi di Indonesia.

Ayam Goreng Mbok Berek

Noor Indarti (generasi ke 3)

Ratna Djuwita Umiyatsih Rejeki (generasi ke 4)
lahir 4 Juni 1944 di Yogyakarta

CABANG TOKO
-Jl. Prof. Dr. Supomo SH 14, Jakarta Selatan Telp. 021 829 5366 - 831 2921/19
-Jl. Metro Duta 5-6 Pondok Indah, Jakarta Selatan Telp. 021 750 0808
-Jl. Ciputat Raya, Pondok Cabe Km 9, Jakarta Selatan Telp. 021 749 0867
-Jl. Pamulang Raya 1-2 Ciputat, Tangerang Telp. 021 7470 0302
-Jl. A Yani Blok A1 Ruko Bekasi Mas, Bekasi Telp. 021 884 0086
-Jl. Raya Puncak-Tugu Selatan, Bogor Telp. 0251 825 7652
-Jl. Solo-Yogya, Candisari, Kalasan, Yogyakarta Telp. 0274 496 298

GOSIP MBOK BEREK
Ronopawiro yang lebih dikenal dengan nama Djakiman, menyunting Nini Ronodikromo yang mempunyai nama panggilan Nyi Rame. Mereka tinggal di Desa Candisari, Yogyakarta. Dari hasil perkawinannya, Nyi Rame mempunyai beberapa putra dan putri yaitu Samidjo Mangundimedjo, Saminten Pawirosudarsono, Sukinah Mulyodimejo, Tumirah Martohanggono, Saminun dan Suwarto.

Salah satu anak tersebut sangat rewel, suka menangis menjerit-jerit, yang bahasa Jawa-nya disebut berek-berek. GOSIPNYA para tetangga mulai memanggil Nyi Rame menjadi Mbok Berek dan ayam goreng dagangannya hingga kini dikenal sebagai Ayam Goreng Mbok Berek.

Suatu hari datang seorang kakek-kakek yang berpakaian serba wulung (ungu) ke warung Mbok Berek. Melihat orang tua itu berkeringat, Mbok Berek hendak mengambilkan segelas air putih. Belum sempat melaksanakan niatnya, tiba-tiba kakek itu bertanya, "Kamu jualan apa?"

"Jualan ayam goreng," jawab Mbok Berek singkat. Tanpa diminta, kakek tersebut memberi resep cara membuat ayam goreng yang enak. Setelah kakek itu selesai berbicara, Mbok Berek bergegas mengambilkan air putih ke dapur. Ketika keluar, kakek itu sudah pergi menghilang.

Mbok Berek mengingat petuah kakek berbaju ungu itu yang di kemudian hari diabadikan menjadi nama perusahaan oleh cicitnya, Ny. Umi dengan nama PT Weling Simbah Wulung yang artinya petuah kakek berbaju ungu.

Sebelum Meninggal, Mbok Berek yang mempunyai 5 orang anak berpesan agar anak-cucunya meneruskan usahanya. "Karena itu, semua anak cucu Mbok Berek berhak memakai nama Ayam Goreng Mbok Berek," ujar Ny. Umi. Ny. Umi merupakan cucu dari anak pertama Mbok Berek, Samidjo Mangundimedjo.

GOSIP NY. UMI
Ratna Djuwita Umiyatsih Rejeki alias Umi lahir di dekat bandara Adi Sucipto, desa Grogol, Yogyakarta. Ibunya meninggal sejak ia masih bayi. Karena waktu itu ia cucu satu-satunya, ia menjadi rebutan antara orang tua pihak bapak dengan pihak ibu. Setelah selesai SMP, ia pergi ke Jakarta dan tinggal di rumah tantenya di Jl. Talang Betutu.

Ia melanjutkan pendidikan di sekolah keputrian dan mengikuti berbagai kursus untuk mengisi waktu luang. Biaya kursus untuk satu pelajaran Rp. 2000 dan ia membuka kursus di garasi rumah dengan biaya yang sama dan memiliki banyak murid sehingga menghasilkan untung. Karena itu pula ia menguasai keterampilan merias wajah dan menjahit. Selain membuka kursus ia juga berdagang pakaian yang ditawarkan secara kredit pada para tetangganya. Dengan berbagai usaha yang ia lakukan ditambah gaya hidupnya yang hemat membuat tabungannya terus bertambah.

Suatu ketika ia menyetor uang sekaligus mengambil barang dagangan di rumah langganannya. Karena hampir malam, pemilik rumah meminta tolong adiknya, Noor Salim, untuk mengantarkan Umi. Setelah berkenalan, satu waktu Noor meminjam buku dan menyelipkan sebuah surat ketika mengembalikannya dan mereka pun menjadi sepasang kekasih.

Setelah berpacaran untuk sekian lama, mereka bersepakat untuk menikah. Pesta pernikahan diselenggarakan oleh nenek dari pihak ibu di Yogyakarta. Karena usaha ayam goreng neneknya telah dikenal dimana-mana, tamu yang datang begitu banyak dan GOSIPNYA tamu dari keraton Yogyakarta pun hadir.

Saat itu ia menerima kado berupa resep mengolah ayam goreng dari neneknya. Setelah itu ia dan suaminya kembali ke Jakarta dan menumpang di rumah salah seorang bibinya di Rawamangun. Tahun 1969 karena gaji suaminya tidak cukup, ia ikut membantu perekonomian keluarga dengan berjualan ayam goreng. Untuk memberikan ciri khas dan memudahkan konsumen mengingat, ia memakai istilah "ayam desa masuk kota", karena masakan ini berasal dari daerah.

Tidak lama kemudian, neneknya meninggal. Ia dan anak-anaknya pergi ke Yogyakarta, berduka selama sebulan. Karena tabungannya hampir habis, ia kembali ke Jakarta dan memulai lagi usaha dari awal. Penghasilan suaminya yang bekerja di ekspedisi muatan kapal laut sebesar Rp 15 ribu per bulan (yang GOSIPNYA ketika itu hanya cukup untuk biaya hidup seminggu di Jakarta) dibelikan perlengkapan rumah tangga yang lalu dikreditkan pada tetangga, dengan cicilan Rp. 50 per hari (GOSIPNYA banyak orang yang tidak membayar hutangnya).

Pasangan suami istri dengan tiga anak perempuan dan satu anak laki-laki ini lalu mengontrak rumah di daerah Menteng Dalam dan masih mempraktekkan usaha kredit tersebut. Meski merupakan keturunan Mbok Berek, banyak orang yang tidak mempercayainya. Hal itu membuatnya pindah berjualan ayam goreng di pasar Cikini. Karena kesulitan keuangan, ia berhutang pada sesama pedagang ayam sedangkan bumbu ia minta ke tetangga.

Setiap hari ia hanya menggoreng 3 ekor ayam. Kadang laku kadang tidak. Jika tidak laku, ia bagikan kepada teman-temannya di pasar karena ia merasa berhutang budi pada mereka. Sebaliknya ketika dagangan mereka tidak habis, mereka juga memberikan dagangannya.

Sadar akan kekuatan merek, tahun 1972 ia mendaftarkan merek dagangnya dengan nama "Mbok Berek" di Departemen Kehakiman RI. Di tahun yang sama dibuka cabang baru di daerah Pegangsaan Timur Jakarta. Tahun 1974 cabang baru di Tanjung Karang berdiri (GOSIPNYA ditutup karena kena gusur). Tahun 1976 cabang baru di Cikini berdiri. Tahun 1978 cabang di Prof. Supomo berdiri. Sejak saat inilah usahanya berkembang pesat. Ia membuka lagi cabang di Jl. Prof. Supomo no. 10, 14, dan 16, yang hingga kini menjadi kantor pusat sekaligus rumahnya.

Meski usahanya mulai maju, gaya hidupnya tetap hemat. Hal itu ia ajarkan pada anak-anaknya. Ia membiasakan mereka tidak memakai barang dan mobil mewah. Untuk keperluan tertentu, ia sesekali membuatkan mereka baju pesta dan jas 3 buah. Jika ada anaknya yang berulang tahun, mereka makan bersama ke restoran sedangkan jika ia atau suaminya berulang tahun, ia akan membuat nasi tumpeng dan merayakannya bersama karyawan. Gaya hidup hematnya membuat usahanya terus membesar dan membuatnya mendirikan PT. Karena neneknya pernah memberi petuah untuk memakai baju ungu, ia memberi nama Weling Simbah Wulung (yang artinya petuah kakek berbaju ungu) yang disingkat menjadi WSW.

Karena banyaknya masakan ayam goreng dari luar negri, ia juga mengembangkan usaha dengan sistem waralaba. Untuk memenuhi kebutuhan restoran waralaba itu, ia mendirikan pabrik di kawasan Cikarang yang bertujuan membuat bumbu, sambal dan pengepakan ayam beku yang sudah dibumbui. Suaminya bergabung dalam usaha ini setelah pensiun dari perusahaan asuransi. Kini usahanya dikelola oleh anak-anaknya.