Gereja Kristen Kalam Kudus


Andrew Gih (Ji Zhiwen)
lahir di Shanghai, 10 Januari 1901
meninggal di Los Angeles, 13 Februari 1985

GOSIP ANDREW GIH
Andrew Gih lahir pada tanggal 10 Januari 1901 di Shanghai. Ayahnya, Ji Youren, seorang ahli ajaran Konfusius, membuka sebuah sekolah di rumahnya. Sejak kecil, Andrew menerima pendidikan Konfusius tradisional dari ayahnya. Ibunya seorang Buddhis, vegetarian, orang yang berbudi dan berpikiran terbuka. 

Di rumah mereka masih terdapat plakat-plakat leluhur dan mereka masih merayakan perayaan-perayaan tradisional serta berdoa untuk arwah leluhur. Andrew pada masa mudanya adalah orang yang pendiam serta tidak banyak bersosialisasi. Ia sering diajak ibunya ke biara untuk membakar dupa dan mendengarkan para rahib membacakan doa; suatu ketika ia mendapat kesempatan untuk membaca-baca Alkitab, namun pada saat itu ia sama sekali tidak tertarik bahkan dapat dikatakan dingin terhadap hal-hal keagamaan.

Orang tua Andrew Gih memiliki empat orang putera dan tiga orang puteri, tiga di antaranya meninggal pada waktu bayi. Sebagai anak tertua, ia menyaksikan jasad adik-adiknya yang dimasukkan ke dalam peti mati dan dikuburkan. Ia melihat wajah-wajah sedih dan air mata orang yang melayat, dan walaupun ia belum mengerti makna dari kematian, namun pertanyaan tentang mengapa orang mati dan apa yang terjadi setelah mereka mati mulai tertanam di dalam hatinya.

Pada usia 12 tahun, ayahnya sakit keras, dan tidak lama setelahnya ia pun meninggal. Setelah kematian ayahnya, Andrew membantu ibunya yang dari pagi hingga malam bekerja keras bercocok tanam dan menjahit baju untuk menghidupi keluarganya seorang diri. Sebagai anak yang berbakti menyaksikan ibunya yang bekerja keras, ia berjanji bahwa setelah dewasa nanti ia akan menghasilkan uang yang banyak untuk membalas kebaikan ibunya.

Untuk membantu ibunya, Andrew bekerja di bawah asuhan seorang pembuat pakaian. Pada usia 18 tahun, ia merasa perlu belajar bahasa Inggris, oleh karena itu ia mendaftar ke sebuah sekolah yang dikelola oleh misionaris dari Eropa. Meskipun awalnya ia tidak tertarik pada kegiatan agama di sekolah maupun kelas-kelas Alkitab, namun ketentuan sekolah mengharuskannya ikut serta dalam kegiatan-kegiatan tersebut. Tanpa ia sadari, Alkitab menjadi buku yang dijadikannya alat utama untuk belajar bahasa Inggris. Selagi ia mempelajari bahasa Inggris di Alkitab, perkataan-perkataan Yesus tertanam di dalam hatinya, dan perlahan ia mulai mengakui kebesaran Yesus.

Suatu hari, seorang misionaris datang dan berkhotbah di sekolah tersebut. Topiknya adalah "Semua orang telah berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah." Hati Andrew diubahkan untuk selamanya oleh kuasa Firman yang disampaikan pada hari itu. Malamnya ia berlutut di hadapan Tuhan untuk pertama kalinya seraya berseru, "Tuhanku, Engkaulah Juruselamatku; kasihanilah aku orang berdosa ini!" Saat itu juga, Allah mengangkat beban berat yang ada di dalam hatinya dan ia dipenuhi oleh sukacita dan damai.

Ia diangkat sebagai seorang pegawai di kantor pos Shanghai pada tahun 1924 dengan gaji yang tinggi, kedudukan yang baik, dan karir yang cerah di hadapannya. Namun di dalam hatinya ia tidak merasa puas. Tahun berikutnya, Wang Zai datang ke Shanghai untuk mengadakan kebaktian pengabaran Injil. Mendengar Firman yang disampaikan, tergeraklah hati Andrew dan ia meminta untuk dibaptis oleh Wang Zai. Setelah dibaptis, ia memilih nama baptis "Andrew" dan memutuskan untuk menjadi orang yang membawa jiwa-jiwa bagi Tuhan. Tidak lama setelah itu ia membawa ibu dan kedua adik perempuannya untuk percaya kepada Kristus. Neneknya yang seorang Buddhis pada mulanya menolak Injil dengan keras, namun kemudian ia juga percaya dan menerima Kristus.

Pada tahun 1925 di sebuah kebangunan rohani yang dipimpin oleh seorang misionaris bernama John Gu, Andrew Gih sekali lagi menjawab panggilan Tuhan dan mengambil keputusan untuk bekerja sebagai seorang pengkhotbah. Tetapi bagaimana ia dapat menjelaskan hal tersebut kepada keluarganya sementara ia memiliki pekerjaan yang bayarannya jauh lebih baik? Namun Tuhan menjawab doanya, dan ketika ia berdoa ia diberikan penglihatan yang jelas, sehingga ia mengambil keputusan untuk mundur dari pekerjaannya, mengucapkan selamat tinggal kepada ibunya, dan memasuki jalan hidup seorang pengabar Injil. 

Ia lalu mencari pengalaman di bawah penginjil Shi Meiyu (Mary Stone) dan pendeta Ding Limei. Ia menemani Shi Meiyu ke berbagai tempat untuk kebaktian-kebaktian pengabaran Injil. Pada tahun 1926, ia ditahbiskan oleh Pdt. Mr. Sontas. Sejak saat itu, ia memulai perjalanannya ke Guangxi, Guangdong, Fujian, Xiamen, dan tempat-tempat lainnya untuk mengadakan kebaktian-kebaktian pengabaran Injil dan kebangunan rohani. Roh Kudus selalu menyertainya, memampukannya memberitakan Firman dengan penuh kuasa sehingga ratusan hingga ribuan orang bertobat dan berbalik mengikut Tuhan.

Pdt. Andrew Gih kemudian kembali ke Shanghai dari perjalanan penginjilannya pada tanggal 1 Oktober 1928 untuk upacara pernikahannya dengan Dorcas Zhang, teman sekerjanya di organisasi Bethel, di Gereja Bethel. Tidak sampai seminggu kemudian, pasangan tersebut pergi ke Gereja Baptis di Hangzhou untuk berkotbah, menghabiskan bulan madu mereka dalam pelayanan penginjilan.

Gereja Tiongkok mengalami kebangunan besar pada tahun 1927 yang berlangsung hingga tahun 1930-an. Pdt. Andrew Gih adalah salah satu pemimpin gerakan kebangunan ini. Pada Februari 1931, ia mendirikan "Kelompok Penginjilan Bethel" di Shanghai. Organisasi ini adalah bagian dari Gereja Metodis, yang anggota-anggotanya antara lain adalah Li Daorong, Lin Jingkang, Nie Ziying, John Shi, dan Shong Shangjie (John Sung).

Mulai tanggal 18 Februari hingga empat tahun berikutnya, mereka mengadakan perjalanan sejauh 50.000 km, mengunjungi 133 kota, mengadakan 3389 kebaktian, dan mengabarkan Injil kepada 500.000 orang, 50.000 di antaranya bertobat dan menjadi percaya. Di antara mereka yang menjadi percaya terdapat orang Tiongkok dan orang asing; pekerja, petani, pedagang; pemuda dan tentara; pegawai korup, penjahat, perampok, dan pembunuh. Kuasa khotbah mereka dan pengakuan iman mereka membawa kebangunan besar kemana pun mereka pergi.

Untuk memenuhi kebutuhan pekerjaan penginjilan yang semakin meningkat, mereka membentuk 10 tim di wilayah-wilayah di seluruh Tiongkok untuk mengadakan pengabaran Injil dan kebaktian kebangunan rohani. Pada tahun 1933, mereka juga membentuk suatu "tim pengabaran Injil medan pertempuran", terutama untuk mengabarkan Injil kepada para perwira dan tentara yang berperang melawan Jepang. Di bawah usaha mereka, banyak gereja-gereja lokal yang juga membentuk tim-tim pengabaran Injil.

Pdt. Andrew Gih dan Kelompok Bethel tidak hanya menyebarkan api Injil di daerah perkotaan dan pedesaan di bagian utara dan selatan Tiongkok, namun mereka juga menaburkan benih Injil di daerah-daerah perbatasan Manchuria, Mongolia Dalam, Yunnan, Tibet, dan Xinjiang. Pada akhir tahun 1938, Pdt. Andrew Gih dan Dr. James Edwin Orr melewati perbatasan Yunnan ke Vietnam, mengabarkan Injil di Hanoi dan Haiphong; mereka juga melakukan kebaktian pengabaran Injil nasional di Saigon, yang membawa kebangunan besar bagi gereja Vietnam.

Dalam usaha pengabaran Injil mereka, mereka menggunakan kisah-kisah pribadi, pertemuan-pertemuan di luar gereja, kebaktian-kebaktian Injil yang besar, dan juga metode-metode lainnya. Pengabaran Injil mereka tidak jarang juga disertai dengan peristiwa-peristiwa mujizat. Pdt. Andrew Gih selalu menjawab bahwa keberhasilan-keberhasilan yang dicapai oleh Kelompok Bethel merupakan hasil usaha dari Roh Kudus.

Karena peperangan dengan Jepang yang terus berlanjut, Pdt. Andrew Gih membawa rekan-rekan sekerjanya di Bethel, termasuk Shi Meiyu, Jennie Hughes, murid-murid seminari, dan lebih dari 100 anak yatim piatu ke Hong Kong. Di Kowloon ia mendirikan sebuah gereja, sebuah sekolah dasar, dan sebuah panti asuhan. Peperangan di tanah daratan telah menyisakan banyak anak yatim piatu; Pdt. Andrew Gih menjawab panggilan Song Meiling (Ny. Chiang Kai-shek) dan mendirikan panti asuhan di Hong Kong dan Guizhou untuk menampung para anak-anak yang menjadi korban perang.

Ia kemudian pergi ke Amerika untuk berkhotbah dan menyampaikan tentang kebutuhan anak-anak yatim piatu tersebut, dan ia menerima bantuan dari teman-teman Kristen di Amerika, yang memberikan sponsor kepada lebih dari seribu anak yatim piatu dan juga memberikan dukungan untuk panti asuhan yang ia buka. Ny. Dorcas Gih (Dorcas Zhang) lalu kembali ke Shanghai dan kemudian menyewa sebuah gedung berlantai tiga di Jalan Da Xi yang ia jadikan sebagai panti asuhan dengan bantuan Ou Jialing.

Pada tahun 1943, setelah Shanghai jatuh ke tangan para tentara Jepang, Pdt. Andrew Gih sekali lagi memimpin lebih dari seratus anak-anak yatim piatu korban perang, murid-murid seminari, staf dan para pengajar keluar ke Guizhou. Setelah perjalanan panjang yang melelahkan, mereka akhirnya tiba di panti asuhan Bijie, Guizhou. Akibat dari perjalanan panjang tersebut, penyakit TBC Pdt. Andrew Gih kambuh lagi dan menyebabkan ia muntah darah berkali-kali hingga ia terpaksa dirawat di rumah sakit. Pada waktu ini, ia masih menyempatkan diri untuk pergi ke gereja dan universitas untuk berkhotbah dan mengajar. 

Mulai tahun 1946 hingga 1949, Pdt. Andrew Gih mendirikan Perkumpulan Penginjilan Tiongkok di Shanghai, yang membawahi usaha pengabaran Injil dan panti asuhan secara bersamaan. Pada akhir tahun 1949 mereka telah mengasuh lebih dari 100 anak yatim piatu, namun pemerintahan yang baru terbentuk pada 1 Oktober 1949 tidak mengijinkan organisasi swasta untuk mengelola panti asuhan, sehingga institusi yang dijalankan oleh suami istri Pdt. Andrew Gih terpaksa ditutup tidak lama kemudian.

Pada Februari 1949, Pdt. Andrew Gih pergi ke Amerika Serikat untuk menjadi pembicara dalam pertemuan tahunan orang Kristen di Amerika Serikat yang diadakan di Chicago. Ny. Dorcas Gih harus menjalani pengobatan di Hong Kong untuk penyakit TBC yang dideritanya. Karena perubahan iklim politik yang terjadi di daratan Tiongkok cukup drastis, mereka berdua terpaksa pindah ke Hong Kong. Karena Pdt. Andrew Gih tidak dapat kembali ke daratan Tiongkok, ia mulai mengadakan pengabaran Injil di Teater Kuai Le ("Kebahagiaan"). Mereka yang hadir pada hari Minggu pagi mencapai lebih dari 1.200 orang. Pada bulan Agustus tahun 1951, ia, bersama-sama dengan Paul Shen dan yang lain-lain, secara resmi mendirikan sebuah gereja. Karena jumlahnya yang terus bertambah, mereka akhirnya menjawab panggilan dan mendirikan tempat mereka sendiri. Bangunan tersebut selesai pada bulan Oktober 1956 dan diberi nama "Gereja Kanaan Perkumpulan Penginjilan Tiongkok".

Perkumpulan Penginjilan Tiongkok memulai pekerjaannya di Taiwan pada tahun 1948 ketika Paul Shen diutus oleh Pdt. Andrew Gih ke Taichung untuk mendirikan pusat pelayanan di sana. Dimulai dari nol, pada tahun 1952 mereka telah memiliki ruang pertemuan yang dapat menampung lebih dari 400 orang dengan nama Gereja Si En. Pada bulan Februari tahun 1952, Pdt. Andrew Gih datang pada upacara peresmian tempat tersebut. Tahun-tahun berikutnya, perkumpulan tersebut memulai karya mereka di Taipei, Pingtung, Taidung, Yilin, Yilan, Luodong, Gangshan, Hsinchu, dan tempat-tempat lainnya, dan juga mengabarkan Injil serta mendirikan gereja di antara penduduk asli Taiwan.

Sejak awal tahun 1950-an, Pdt. Andrew Gih memperluas pelayanan pengabaran Injilnya untuk orang-orang Tionghoa di Asia Tenggara. Pada dekade berikutnya, ia terlibat di dalam penginjilan perdana di wilayah Filipina, Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, dan negara-negara lainnya; mendirikan gereja-gereja; menyelenggarakan kebaktian-kebaktian pengabaran Injil dan kebangunan rohani. Di tiap-tiap wilayah, gereja mengalami kebangunan besar, dan ribuan orang memberikan hidup mereka untuk Kristus. Pengaruh Pdt. Andrew Gih untuk gereja-gereja Tionghoa di Asia Tenggara tidak terbilang besarnya. Lebih daripada itu, perjalanannya membawanya keliling dunia lebih dari 15 kali dan mengunjungi lebih dari 50 negara.

Di sepanjang perjalanannya mengabarkan Injil, Pdt. Andrew Gih telah menyediakan kebutuhan gereja-gereja Tionghoa dengan cara mendirikan sekolah-sekolah teologi, termasuk Seminari Bethel di Shanghai, Sekolah Alkitab Taichung, Sekolah Alkitab Asia Tenggara di Indonesia, Sekolah Alkitab Hong Kong, dan Sekolah Alkitab Bethel di Thailand, yang pada gilirannya memperlengkapi ribuan pengabar Injil di masing-masing negara. Pada tahun 1981, untuk mengenang jasa-jasanya, Sekolah Alkitab Asia Tenggara di Malang, Indonesia membangun sebuah gereja dengan kapasitas lebih dari 1.200 orang atas namanya.

Pdt. Andrew Gih seumur hidupnya merupakan seorang filantropis, ia mendirikan sekolah-sekolah, taman kanak-kanak, dan tempat pengasuhan anak bagi anak-anak yang menjadi korban bencana dan yatim piatu, termasuk Panti Asuhan En Ci di Makau, Sekolah Menengah Malang di Indonesia, Rumah Anak Kalam Kudus di Taipei, Taman Kanak-Kanak Kalam Kudus di Malaysia, serta masih banyak lagi; menyediakan makanan, pakaian, tempat tinggal, dan pendidikan bagi anak-anak yang tidak memiliki tempat tinggal ini. Ia tidak hanya menyelamatkan ribuan nyawa, namun juga menjadikan mereka orang-orang dengan jiwa yang dipenuhi dengan rasa tanggung jawab terhadap lingkungannya.

Pdt. Andrew Gih sangat menekankan pentingnya karya tulis Kristen (Christian literatur work), seperti terlihat dalam organisasi percetakan yang didirikannya. Sejak tahun 1949 ia membuat suatu divisi publikasi di dalam Perkumpulan Penginjilan Tiongkok. Nama divisi tersebut diubah menjadi Holy Word Press (Penerbit Kalam Kudus) pada bulan Juni 1962. Penerbit tersebut menerbitkan "Life Magazine" (Majalah Kehidupan), traktat-traktat Injil, buku-buku kecil penginjilan, dan buku-buku Kristen.

Pdt. Andrew Gih secara resmi pensiun di kantor pusat Perkumpulan Penginjilan Tiongkok (Chinese Evangelization Society) di Los Angeles, Amerika Serikat, pada bulan Oktober 1978. Sejak muda ia telah menderita penyakit TBC, berulang kali memuntahkan darah, namun Tuhan masih menyokongnya, menggunakannya secara luar biasa, dan melakukan pekerjaan-pekerjaan besar melaluinya. Pada tanggal 30 Januari 1985 ia menjalani operasi untuk kanker paru-paru. Ia meninggal dalam damai pada tanggal 13 Februari pada usia 85 tahun. Sebuah kebaktian peringatan diadakan baginya pada tanggal 23 Februari di Forest Lawn, Glendale, California yang dihadiri oleh rekan sekerjanya, Pdt. Xiao Zhenxiang. Khotbah disampaikan oleh Lin Jinkang. Li Qirong menyanyikan sebuah lagu "Kota Suci (Holy City)" untuk memperingati hidup pelayan Tuhan yang setia ini.

Suami istri Pdt. Andrew Gih tidak memiliki anak. Pdt. Andrew Gih kebanyakan berkhotbah dalam bahasa Tionghoa, walaupun ia juga dapat berkhotbah dan mengajar dalam bahasa Inggris. Selain sebuah otobiografi, "My Wonderful God" (Tuhanku yang Ajaib), ia menulis beberapa buku di dalam bahasa Inggris: "Launch Out into the Deep", "Twice Born - and Then?", "Into God's Family", dan "The Fire of Revivalism in Chinese".



Peter Wongso

GOSIP PETER WONGSO
Dr. Peter Wongso lahir dalam keluarga Pendeta Metodis Hok Kian Tiongkok pada tahun 1932. Ia pindah ke Indonesia tahun 1949 dan giat memberitakan Injil di Gereja Metodis Medan. Beliau bertemu dengan Dr. Andrew Gih di Medan saat Dr. Gih berkunjung dan mengadakan KKR di Medan.

Pada tanggal 10 Mei 1952 dihadapan Notaris MR. Raden Soedja, Dr. Andrew Gih yang diwakili isterinya Dorcas Gih, DS Pouw Peng Hong dan rekan-rekan lain mendirikan dua buah yayasan yaitu Yayasan Penyiaran Injil Indonesia dengan akte notaris No. 41 dan Yayasan Madrasah Alkitab Asia Tenggara disingkat Yayasan Malseta dengan akte No. 42. Yayasan Penyiaran Injil Indonesia kemudian berkembang menjadi Sinode GKKK dan Yayasan Kalam Kudus Indonesia yang masing-masing mempunyai Satuan Unit Pelayanan yaitu GKKK dan SKKK.

Madrasah Alkitab Asia Tenggara di Malang, Jawa Timur merupakan sebuah sekolah teologi yang berazaskan Alkitab, berteologi Injili dan berakar pada budaya Tionghoa. Bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa Mandarin. MAAT juga memiliki disiplin belajar dan kehidupan kampus yang ketat. Pada tahun 1960-an MAAT dipimpin oleh Rektor James Hui. Sebelumnya ia menjabat sebagai konsul dari pemerintah Tiongkok Nasionalis untuk Filipina di Manila. Isteri James Hui adalah seorang wanita Kristen Tionghoa yang berbudi luhur. Ia sangat mendukung pelayanan suaminya sebagai rektor dan ia menjadi ibu asrama bersama Ibu Ruth Chang.

Mahasiswa MAAT yang tinggal di kampus memiliki kehidupan yang sangat disiplin. Bangun pagi lalu berdoa, membaca Alkitab, merenungkan firman Tuhan, mengutip salah satu ayat, menghafal ulang sebelum makan pagi dengan mahasiswa lain di meja makan waktu sarapan pagi. No Bible no breakfast, motto Dr. Reland Wong itu selalu diingat. Mahasiswa harus mencuci pakaian sendiri, mencuci kamar mandi dan WC. Pria bertugas ke kantor pos, wanita bergilir masak di dapur dan belanja ke pasar. Pria dan wanita bergilir mencuci piring dan dilarang keras berpacaran. Motto kehidupan di kampus adalah “segala sesuatu harus berlangsung dengan sopan dan teratur (1 Korintus 14 : 40)”. MAAT menggembleng mahasiswanya sedemikian rupa, sehingga kebutuhan hamba Tuhan di gereja-gereja Tionghoa di Indonesia terpenuhi secara kuantitas maupun kualitas.

Setelah Dr. James Hui dan isteri pensiun, mereka kembali ke Taiwan tahun 1964. Yang menggantikan beliau adalah Pdt. Peter Wongso. Sebagai rektor kepemimpinan Pdt. Peter Wongso sangat menekankan misi penginjilan. Sebagian lulusan MAAT yang tergerak diutus untuk membuka GKKK baru di seluruh Indonesia.

GOSIP SKKK
GOSIPNYA Sekolah Kristen Kalam Kudus (SKKK) merupakan sekolah Kristen dengan jaringan terluas di Indonesia. Di beberapa kota sekolah ini lengkap mulai dari TKK, SD, SMP, hingga SMA. Hingga 2011 ada 40 SKKK yang tersebar di 17 provinsi:
-Sumatra Utara: Medan (1), Pematang Siantar (2)
-Sumatra Barat: Padang (2)
-Riau: Pekanbaru (2), Selatpanjang (1)
-Kepulauan Riau: Batam (2)
-Bangka Belitung: Pangkalpinang (2)
-Kalimantan: Pontianak (1)
-DKI Jakarta: Mangga Besar (1), Green Garden (1), Kosambi Baru (2)
-Banten: Banten (1)
-Jawa Barat: Bandung (4)
-Jawa Tengah: Surakarta (4)
-DIY Yogyakarta: Yogyakarta (1)
-Jawa Timur: Kesamben (1), Malang (1), Surabaya (2)
-Bali: Badung (1)
-Sulawesi Selatan: Bone (1), Makassar (1)
-Maluku: Ambon (1)
-Papua Barat: Sorong (1)
-Papua: Jayapura (1), Merauke (1), Sentani (1), Timika (1)

GOSIP GKKK
Berdirinya Gereja Kristen Kalam Kudus merupakan hasil misi yang dilaksanakan oleh Evangelize China Fellowship (ECF) / Yayasan Penyiaran Injil Tiongkok atau Zhong Guo Bu Dao Hui, Shanghai, China. ECF adalah Yayasan Penginjilan yang dipimpin oleh Pdt. Andrew Gih. Misi pelayanan ECF adalah mengadakan Penyiaran Injil dan KKR, juga mendirikan panti asuhan yatim piatu akibat perang saudara yang melanda Cina waktu itu.

Setelah Negara RRC berdiri tahun 1949, ECF pindah ke luar daratan Cina yaitu Hongkong, Taiwan, Malaysia, Indonesia, Makau, Singapura, Thailand, Myanmar, Filipina dan Amerika Serikat. Di Indonesia ECF dinasionalisasikan menjadi Yayasan Penyiaran Injil Indonesia (YPI) dengan tujuan untuk merintis GKKK dan Yayasan Malseta yang bertujuan mendirikan sekolah teologi MAAT yang kemudian diubah menjadi SAAT Malang.

GKKK dimulai pertama kali di kota Bandung. Pdt. Andrew Gih setiba di Bandung melihat ada gereja yang menggunakan beberapa bahasa Hokkian atau Hok Chia, dll, namun belum ada yang berbahasa Hakka, oleh sebab itu Pdt. Gih menghubungi beberapa saudara di Jakarta yang fasih berbahasa Hakka, yaitu Alm. Yang Cik Ik; sdr. Liaw Yu Sen dan Liaw Miaw Sen yang membantu memulai gereja Hakka di Bandung.

Pada April 1952, Pdt. Gih mengadakan KKR di gedung Gereja Bala Keselamatan di Jl. Gardujati, yang kemudian dipinjam untuk ibadah dari GKKK Bandung. Pada September 1952, Pdt. Gih membeli sebuah rumah di Jl. Pasundan 54 (sekarang 78) untuk memulai Sekolah Teologia. GKKK Bandung pada awalnya digembalakan oleh Alm. Ev. Sie Mei Hoa.

Mahasiswa Teologia angkatan pertama pada waktu itu adalah Peter Wongso, Ruth Chandra, dan Yakub Setiawan, mereka juga merupakan guru sekolah minggu angkatan pertama. Kebaktian Umum di bawah bimbingan Ev. Sie terus bertambah. Sehingga pada bulan September 1952 diadakan Upacara Baptisan I yang dipimpin oleh Dr. Gih. Baptisan angkatan pertama adalah:
-Sdr. Hie Kiun Hua
-Sdri. Tjia Moy Siong
-Sdr. Tjong Tjet Ngo
-Sdri. Tjoe Joen Thuy
-Sdri. Lioe Soen Njin
-Sdri. Lim Joen Moy
-Sdr. Hie Koeng Min
-Sdr. Ie Fa Tjoen
-Sdr. Yakub Setiawan.

Kesembilan sdr/i. tersebut merupakan buah sulung GKKK Bandung. Bulan Maret 1953 diadakan Baptisan Kudus angkatan ke 2, ada 18 orang Sdr/i. yang di baptis. Pada tahun yang sama bulan September ada 7 orang Sdr/i. yang di baptis dan bulan Desember ada 9 orang Sdr/i. yang di baptis. Dalam satu tahun jemaat sudah menjadi 30 orang. Dalam waktu dua tahun, jumlah yang berbakti berkisar antara 50-60 orang. Demi perkembangan gereja, maka pada tahun 1953, Dr. Gih mengundang Pdt. Stephen Chen untuk menggembalakan jemaat 1 tahun. Kemudian pada tahun 1955, Dr. Gih mengundang Pdt. Tham Yum dan isteri dari Hongkong untuk menjadi Gembala Sidang.

Demi perkembangan MAAT, maka pada tahun 1954 MAAT dipindahkan ke Malang, Jawa Timur, dan lokasi untuk sekolah MAAT diserahkan kepada GKKK Bandung. Tahun 1958 direnovasi dan diresmikan oleh Pdt. Gih pada tahun 1959.

Oleh karena mempunyai beban yang lain, pada tahun 1957, Ev. Sie Mei Hoa meninggalkan GKKK Bandung. Pada akhir tahun 1959 Pdt. Tham Yum yang telah melayani genap 5 tahun kembali ke Hongkong. Pekerjaan Tuhan di gereja ditangani oleh Ev. Timothy Lim dan istri. Demi kelancaran pekerjaan Tuhan pada tahun 1959, Ev. Timothy Lim ditahbiskan menjadi pendeta. Demi kebutuhan pelayan gereja, maka pada tahun 1961 majelis mengundang alumni SAAT yaitu Ev. Grace Natapraja untuk melayani.

Pada tahun 1964 Pdt. Lim dan istri, mengundurkan diri untuk melanjutkan studi ke Amerika Serikat. Pada saat itu pengembalaan ditangani oleh Ev. Grace Natapraja. Setelah Pdt. Yanto Elia dan istri melayani 5,5 tahun, oleh karena beban mengajar di SAAT, pada tahun 1969 mereka mengundurkan diri untuk menjadi dosen di SAAT Malang.

Kekosongan tersebut dilanjutkan oleh Ev. Eddy Paulus dan istri (alumni SAAT). Ev. Eddy Paulus selain menggembalakan jemaat juga telah mendirikan sekolah TK/SD. Pada pertengahan tahun 1974 Ev. Eddy Paulus ditahbiskan menjadi pendeta. Pada tahun 1975, Pdt. Eddy Paulus dan istri mengundurkan diri. Saat itu gereja mengundang Ev. Ribka Lo yang baru lulus untuk melayani.

Pada bulan Oktober 1976, Pdt. Andrew Wusan dan istri menerima undangan majelis untuk melayani hingga emeritus. Pada masa pelayanan Pdt. Andrew Wusan, ada beberapa pelayanan penting yang telah dilakukan antara lain mendirikan TK Kristen Kalam Kudus (1978).

Pada bulan Juli 1994, Majelis mengundang Sdr. Philip Andrew dari SAAT Malang untuk praktik 1 tahun. Oleh karena Pdt. Andrew Wusan memasuki masa emeritasi, maka pada tahun 1997, Ev. Philip Andrew menjabat sebagai gembala sidang hingga hari ini dan telah ditahbiskan menjadi pendeta pada bulan April 1998. Saat ini beberapa hamba Tuhan yang turut melayani antara lain: Ev. Viliejana Widjaja (1995), Ev. Maria Sulistio (1996), Ev. Djong She Kiun (2002), Ev. Sonny Tunggamoro Putra (2006), Ev. Magdalena Hananing Triyanti (2006) dan Mahasiswa praktik 1 tahun dari STT Bandung, Sdr. Kwee Tjin Sin (2006). GOSIPNYA hingga tahun 2011 ada sekitar 5.000 jemaat GKKK di seluruh Indonesia.

Hingga tahun 2011 ada 64 GKKK yang tersebar di 16 provinsi:
-Sumatra Utara: Medan (1), Pematang Siantar (1), Sibolga (1), Padang Sidempuan (1), Batang Toru (1)
-Sumatra Barat: Padang (1)
-Riau: Pekanbaru (1), Selatpanjang (1)
-Bangka Belitung: Pangkal Pinang (1)
-DKI Jakarta: Mangga Besar (1), Green Garden (1), Kosambi Baru (1), Kelapa Gading (1)
-Banten: Gading Serpong (1), Duta Garden (1)
-Jawa Barat: Bandung (3), Bekasi (1)
-Jawa Tengah: Surakarta (1), Sukoharjo (1)
-DIY Yogyakarta: Yogyakarta (1)
-Jawa Timur: Surabaya (3), Malang (4), Blitar (14)
-Bali: Denpasar (1)
-Sulawesi Utara: Manado (1)
-Sulawesi Selatan: Makassar (3)
-Maluku: Ambon (1)
-Papua Barat: Sorong (1), Manokwari (1)
-Papua: Jayapura (13)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.